It’s War #20

war

Author : Cyscha
Main Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong, Ahn Sohee
Support Cast : Park Bom, Lee Chaerin

Sohee Pov

Aku berjalan mengitari beberapa pusat perbelanjaan sebelum akhirnya berhenti di pinggir sungai Han. Aku duduk disalah 1 kursi tak jauh dari sungai.

Aku sesekali melirik pasangan muda-mudi bergandengan tangan melintas disepanjang jalan disekitar sungai Han. Aku tersenyum dulu sekali aku sering menikmati masa pacaran bersama lee joon disini. Lee joon? Kenapa aku tiba-tiba teringat tentang mantanku semasa SMA itu? Sebelum akhirnya putus saat Lee joon memutuskan untuk kuliah keluar negeri aku dan dia pernah berjanji untuk bertemu dikemudian hari dan menikah. Lee joon memintaku setia pada saat itu. Tapi aku pikir itu hanya janji anak remaja. Bagaimanapun masa itu sudah lama berlalu. Sekarang kami sudah berumur hampir 25th. Dan Lee joon tidak pernah datang lagi. Aku rasa dia sudah bahagia disana.

Setelah aku putus dari Lee joon aku bertemu Jiyong dan kami merasa cocok 1 sama lain. Itu membuatku dengan cepat melupakan Lee joon.

Aku mencintai banyak hal didiri Jiyong. Sehingga aku tidak pernah bisa menjauh darinya. Ketika aku dihadapkan pada kenyataan Jiyong berkhianat rasanya sakit ini menusukku hingga hampir menghancurkan sendiku. Aku lemah sekarang. Tapi aku tidak bisa berbuat banyak. Aku membenci sandara jauh sebelum aku tahu hal ini. Dan ketika Jiyong mengatakan Dara mengandung bayinya, aku bersumpah akan membenci Dara seumur hidupku.

Tapi aku tidak bisa menggunakan alasan benci untuk menghancurkan Dara. Disini aku menyadari posisinya terjebak dan kami jelas sama-sama terluka.

Mataku memandang kosong kearah sungai Han tapi pikiranku tidak kesana. Pikiran berkelana.

“Boleh aku duduk disini?” Aku tersentak saat mendengar seseorang berbicara kepadaku. Kualihkan mataku untuk menatapnya.

“Boleh sa-” Mata kami bertemu. Aku terkesiap, benarkah penglihatanku? Mataku berkedip beberapa kali untuk memperjelas penglihatanku.

“Hei.. Ini benar kau Sohee!” Pria itu duduk disebelahku. Aku masih terpaku tak percaya.

“Joonie..” desisku akhirnya saat pria itu sudah menghempaskan tubuhnya disebelahku.

“Kau tidak banyak berubah. Tetap cantik.” Lee joon tertawa lalu dia melirikku. Aku mengatur nafasku. Ini benar dia? Baru tadi aku memikirkannya sekarang dia ada dihadapanku.

“Emm.. Ka-kau kapan pulang?” Tanyaku gugup. Lee joon tampak lebih tampan dari masa lalu. Dia lebih matang dan dewasa sekarang, itu membuat bara cintaku yang sempat padam tersulut kembali. Tidak! Ini salah. Ingat Sohee kau sudah memiliki seseorang dan itu sudah resmi menjadi suamimu.

“Aku baru saja sampai hari ini. Seseorang menawariku untuk menggantikannya posisinya disebuah perusahaan. Tadinya aku menolak tapi ketika tau perusahaannya ada diseoul aku mengatakan iya. Kau tau kan aku sudah sejak lama ingin kembali.” Lee joon tersenyum. Aku membalasnya dengan canggung.
Apakah sekarang Lee joon kembali untuk menepati janjinya?
Itu tidak boleh terjadi sudah cukup kerumitan yang tercipta diantara aku,Jiyong dan Dara!

“Aku senang kau kembali.” kataku pelan. Aku merasakan banyak emosi tergambar diwajahku. Jika aku boleh jujur aku merindukannya. Tapi apakah perasaan itu masih boleh?

“Bagaimana kabarmu? Apakah kau sudah menikah?” Lee joon bertanya sembari memperhatikan cincin dijariku. Terlambat untuk menyembunyikannya.

“Ne, aku baru saja menikah. 3 hari yang lalu..” lirihku dengan helaan nafas berat. Aku menunduk memandangi cincin dijariku. Bukan pernikahan yang seharusnya terjadi. Tapi Lee Joon tak perlu tau tentang ini.

“Aku terlambat rupanya. Chukkae.. Semoga langgeng! Akan kukirim kadonya kerumahmu.” Lee joon tertawa renyah. Itu membuatku semakin merasa bersalah.

“Kau sendiri bagaimana??” aku menanyakan hal yang sama untuk mengurangi perasaan bersalahku.

Dia mengangkat bahu. “Aku masih seperti dulu. Melajang sampai suatu hari aku menemukan orang yang tepat. Aku pikir dengan kembali kesini aku bisa menemukan orang itu. Tapi sungguh aku sudah terlambat.”

kata-katanya menusukku. Aku terdiam. Dia menyindirku. Aku bisa merasakan kegetiran dinada bicaranya. Itu menyakitiku secara tidak langsung.

“Emm Jonnie.. Senang bertemu denganmu! Tapi aku rasa aku harus pulang.” Aku bersiap hendak meninggalkannya saat pergelangan tanganku ditariknya.

Aku tidak menoleh. Tapi Lee joon bangkit dari duduknya dan berbisik parau ditelingaku. “Aku mencari wanita yang setia. Karena sampai detik ini aku masih setia kepadanya.”

Aku membatu. Perlahan pria itu melepaskan genggamannya dan bergerak meninggalkanku. Airmata yang sedari tadi kutahan mengalir deras. Aku kembali dihadapkan pada masalah. Kenapa hidupku begitu rumit.

Kenapa dia muncul disaat seperti ini? Apa yang salah padaku? Pernikahanku,Perselingkuhan Jiyong dan pertemuanku dengan Lee joon.

Pandanganku mengabur. Aku berlari meminggalkan tempat itu. Sekarang semua semakin jelas membuatku terluka.

***

Dara Pov

Saat aku baru pulang aku menemukan Lee joon tengah melamun di meja makan. Matanya kosong, sementara tangannya mengaduk-aduk gelas teh didepannya.

Aku memutuskan masuk kekamar untuk mandi sebelum berbicara dengannya. Setelah mengenakan piyamaku aku bergerak kedapur untuk membuat segelas susu. Ini susu ibu hamil. Aku perlu memberi nutrisi janinku setelah seharian berkutat dengan pekerjaan.

Aku terkejut mendapati Lee joon tetap pada posisinya. Aku membawa gelas susuku dan ikut duduk didepannya.

“Jadi kapan kau pindah keapartemenmu?” Tanyaku basa-basi. Hanya memancingnya untuk bicara. Lee joon terkejut dan berusaha menyadari kehadiranku.

“Em.. Aku malam ini sudah akan pindah. Apartemenku berada 1 lantai diatas apartemenmu.” Jawabnya berusaha tetap tenang. Aku mengangguk dan meneruskan mengaduk susuku.

Lee joon tidak juga bergeming. Dia kembali diam. Aku menghela nafas. Aku yakin sesuatu telah terjadi padanya siang tadi.

“Besok kau akan mulai bekerja. Aku akan tetap menjadi general manager. Kuputuskan kau menjadi presdirnya, kurasa lebih baik dipimpin oleh seorang pria, mengingat kau cukup sukses diphilipine.” Aku bersuara lagi. Lee joon bukan type orang yang mau dipancing untuk bercerita. Dia akan bercerita dengan sendirinya ketika mood nya bagus. Dan aku mencoba untuk tidak membahas perubahan moodnya.

“Kenapa tidak kau saja yang jd presdir? Aku ingin bersantai.” Jawabnya lugas.

“Presdir YG seorang namja. Dan aku pikir lebih baik kau saja yang jadi presdir. Akan lebih baik kan? Kalian sama-sama seorang namja. Ketika harus bepergian itu lebih nyaman.” Aku memberi alasan. Memang itulah alasanku memutuskan Lee joon sebagai presdir, setidaknya akan mengurangi frekwensi pertemuan aku dan Jiyong.

Lee Joon hanya memandangku. Saat aku menenggak susuku sekaligus.

“Dee..”

aku menatapnya saat merasa namaku dipanggil. Tanpa menjawab Lee joon tau aku meresponnya.

Kudengar Lee joon menghela nafas sebelum memulai kata-katanya.
“Aku bertemu dia.” lirihnya sembari menatap gelas teh didepannya.

Aku mengernyitkan dahiku “dia? Nugu?” tanyaku polos. Aku memang tidak mengerti maksud ucapannya.

“pacarku” pelan saja suara itu. Tapi telingaku mampu mendengarnya.

Pacar? Wanita yang dia ceritakan bertahun-tahun yang lalu? Wanita yang dia bilang akan dia nikahi jika dia kembali kekorea. Aku tidak percaya! Maksudku setelah menceritakan hal itu diawal kami bertemu dia tidak pernah membahasnya lagi. Aku pikir dia sudah melupakan itu.

“Dimana kalian bertemu?” Tanyaku hati-hati. Takut membuatnya semakin sedih.

“Didekat sungai Han. Pertemuan tidak sengaja saat aku keluar mencari angin setelah kau kekantor. Aku melihatnya duduk disalah 1 bangku. Awalnya aku ragu itu dia tapi ketika kudekati itu benar dia! Aku merindukannya. Dan dia tidak banyak berubah tetap cantik seperti dulu.” wajah Lee joon terlihat murung.

Kenapa dengannya? Harusnya dia senang kan bertemu dengan kekasih masalalunya! Jika saja wajahnya tidak murung aku pasti menggodanya dengan bertanya cantik mana aku dengan kekasihnya itu? Sejauh ini Lee joon selalu mengatakan akulah yang tercantik! Kekeke aku sering membuatnya cemberut saat kugoda dia, bahwa suatu saat Lee joon akan jatuh cinta padaku. Tapi nyatanya kami tetap sahabat hingga detik ini. Tidak ada yang berubah. Perhatian-perhatian Lee joon tetap sama. Aku menyayanginya dan dia menyayangiku.

“Joon.. Bukankah kau seharusnya senang bertemu dia lagi? Inilah kesempatanmu untuk membuktikan janjimu dulu. Bahwa kau akan kembali dan menikahinya.” Aku menghiburnya. Tapi justru sekarang wajahnya berubah suram. Aigoo aku salah ngomong.

“Seharusnya itulah yang kulakukan. Tapi kenyataannya itu hanya sebuah kenangan dia tidak lagi sendiri.” Lee joon menatap nanar kearahku. Aku meringis membayangkan sakit yang dia rasa.

“Dia sudah punya kekasih lain?” Aku berusaha tidak menyinggung perasaan Lee joon. Dia sedang melow sekarang.

Lee Joon menggeleng. “Bukan kekasih. Tapi dia sudah menikah.” Nada suara Lee joon seperti berbisik berat dan bergetar.

Aku ternganga kaget. Pasti sakit sekali? Teringat masalah sendiri membuat perasaanku campur aduk. Aku tidak bisa berkata banyak. Aku pun mengalami sakit yang sama. Hanya saja aku tidak mencintai laki-laki itu. Tapi Lee joon dia terkhianati oleh orang yang dia cintai.

Lee joon bangkit dari kursinya.

“Mau kemana? Kau tidak berniat bunuh dirikan?” aku mengernyitkan alisku melihatnya. Lee joon menjitak kepalaku pelan.

“Ya! Kau kira aku pria bodoh!” Dia cemberut, dan mau tak mau sudut bibirku tertarik menjadi sebuah senyuman.

“Aku akan ke apartemenku. Besok pagi aku jangan lupa ingatkan aku untuk kekantor.” Lee joon meraih tas nya dan berjalan menuju pintu.

Aku menghela nafas lega. Akhirnya dia kembali kehabitatnya. Kekekkee..

***

Jiyong Pov

Aku pulang kerumah dan tidak menemukan Sohee. Mungkin dia tidak akan pulang.

Kuhempaskan tubuhku dikasur mencoba membuang penat. Aku merasa pikiranku kacau. Aku tidak pernah mengerti bagaimana hal ini terjadi. Aku menginginkan Dara tapi aku mempertahankan Sohee. Alasan yang tidak pernah kumengerti aku hanya ingin Dara membesarkan janinnya bersamaku. Tapi aku menjadi egois menyakiti Sohee karena keinginanku yang begitu besar terhadap Dara.

Aku memutuskan mandi dan akan pergi kesebuah club untuk meringankan beban pikiranku. Aku merasa kerumitan saat menghadapi Dara dan Sohee dua pribadi berbeda yang seolah-olah membelah pikiranku.

***

Author Pov

Dilain sisi Bom tiba-tiba menyerbu apartemen Dara dan mengajak Dara merayakan kedatangan Lee joon. Bom sudah cukup mengenal Lee joon meskipun belum bertemu. Tapi sebagai karyawan pada perusahaan yang sama mereka tentu menjalin hubungan meski belum bertatap muka.

“Lee Joon sudah kembali keapartemennya. Kumohon aku capek dan Tidak ingin keluar.” Dara membenamkan wajahnya kebantal sementara Bom merengek-rengek.

“Oh ayolah.. Kita perlu merayakan ini. Aku akan menjemput Lee joon keapartemennya. Dan kau bersiaplah” Seru Bom beranjak dari kamar Dara dan menuju lantai atas.

Dara menggeram. Bisakah mahluk 1 itu tidak memaksanya melakukan apapun. Dia benar-benar menyebalkan.

“Ya Eonn.. Jangan lupakan aku ini sedang hamil!” Teriak Dara kesal tapi Bom tidak mendengarnya.

Mau tak mau Dara berdandan ala kadarnya. Bom tidak bisa ditolak ketika dia menginginkan sesuatu. Dara menyesal telah menceritakan kedatangan Lee joon pada gadis itu.

***

Sekarang mereka ber-3 sudah duduk disebuah konter bar. Dara menekuk wajahnya karena kesal, tapi Lee joon nampak enjoy menikmati dentuman music. Bom sendiri sudah menggerakan kepalanya mengikuti irama.

Dara menbuang nafasnya dengan kasar. Mereka kan bisa makan malam disebuah restoran tanpa harus ke club seperti ini.

“Kalian menikmatinya?” Bom menatap Dara dan Lee joon bergantian.

“Ya”

“Tidak”

Lee joon menjawab serempak dengan Dara. Bom cemberut mendengar jawaban Dara.

“Kenapa tidak? Bukankah ini menyenangkan?” Tanya gadis itu dengan tatapan kesal.

“Menyenangkan? Itu karena kau terlahir di sebuah club bukan dirumah sakit.” Kecam Dara dengan bibir manyun.

“Oh ayolah Dee.. Coba nikmati ini!” rengek Bom. Dara cuma memalingkan wajahnya dan saat itulah dia melihat sosok Jiyong disalah 1 sudut. Jiyong sendirian. Dara memperhatikan pria itu. Dia duduk menyendiri dengan beberapa gadis yang mencoba menggodanya namun ia tolak.

Penasaran dengan Jiyong Dara bergerak mendekati pria itu. Jiyong rupanya menyadari kehadiran Dara.

“Kau? Kenapa disini? Angin malam dan minuman tidak baik untuk janinmu.” Jiyong berucap ketus saat Dara duduk didepannya.

“Aku tidak minum. Aku disini hanya menemani Bom. Kau sendiri? Apa kau mau mabuk lagi dan pulang dalam keadaan teler? Jangan lupakan terakhir kali kau mabuk Kau membuat masalah.” Dara tersenyum sinis. Jiyong tertegun.

“Kalau begitu mari kita pulang sebelum aku mabuk.” Jiyong menarik Dara berdiri. Tapi Dara melepaskan pegangan Jiyong.

“Aniya.. Pulanglah sendirian. Aku disini bersama Bom dan Lee joon.” tolak Dara halus. Tapi itu membuat Jiyong duduk kembali,

“Lee joon?” tanyanya dengan Dahi berkerut.

“Presdir baru J Tune. Mulai besok dia yang menjabat. Itu akan membuat kita jarang bertemu.” Dara menjelaskan secara singkat.

“Kenapa? Siapa dia?” Jiyong merasakan wajahnya menegang. Dia butuh jawaban detail mengenai siapa Lee Joon.

“Karena aku tidak bisa menghandle 2 jabatan sekaligus. Lee Joon sahabatku, aku rasa kau akan nyaman bekerja sama dengannya. Dia baik dan cekatan.” Dara berusaha menenangkan Jiyong. Tapi Jiyong malah menatapnya dingin.

“Apa dia kekasihmu?” pertanyaan Jiyong membuat Dara tersentak. Dia berpikir Jiyong sedang cemburu sekarang?

“dia sahabatku. Bukankah sudah kujelaskan?” Dara menghela nafas tak percaya melihat kilat cemburu dimata Jiyong.

“Aku tidak suka ada pria lain di dekatmu Dara.” desis Jiyong dengan tatapan tak bersahabat.

“Kenapa aku merasa anda sedang cemburu sekarang?” Dara membalas tatapan Jiyong.

“Aku memang cemburu! Kita akan menikah Dara. Dan aku tidak mau kau berada dekat dengan pria manapun meski cuma sahabat.” Seru Jiyong dengan geraman. Dara tercengang tak mengerti arah otak Jiyong berpikir.

“Aku belum mengatakan iya! Dan kau tidak bisa mengekangku. “

“Aku Bisa! Aku tidak perlu persetujuanmu untuk pernikahan itu.” Kilah Jiyong cepat. Dara hendak melawan saat Lee Joon dan Bom mendatangi meja mereka.

“Dalong, kau membuat kami panik!” Bom memukul bahu Dara. Tapi saat melihat raut wajah kesal yang tergambar dari wajah Jiyong dan Dara bom segera mengerti mereka bertengkar.

“Emm hai Jiyong-ssi.. Kau disini juga? Kita bisa merayakan kedatangan Lee Joon bersama-sama” Bom mencoba mencairkan suasana.

Tbc…

<<back next>>

47 thoughts on “It’s War #20

  1. ohhhh…jadi joon itu sukanya sama sohee toh….heheh bagus lah di komen sebelumnya sya nyurh dara sama joo. tpi stlah tau joon suka sma sohee. maka dara harus sama jiyong…heheheheh

  2. Hahaha jenong naga2 nya udh mulai cmburu di mulut bilang btuh dan mencintai sohe tpi di hati tdk bgitu…
    Poor jonie yg sabar ya ambil aja sohe dri jiyong dan bwa pergi klian mnikah itu malah lbih baik 🙂

  3. Seharusnya lee joon dateng lebih awal,sebelum jiyong nikah sama sohee biar jiyong sadar lebih awal tentang tanggung jawabnya
    Udah sohee balik aja sama lee joon

Leave a comment