The Admirer [3. Butterfly Sweets&Coffee]

 



 

Unnie, aku tidak tahu aku harus berterima kasih pada Jiyong-ssi atau merutukinya,” dengus Hayi, salah satu pegawai Dara saat memasuki dapur.

Wae?” tanya Dara, tapi tetap fokus pada apa yang tengah dilakukannya.

“Bahkan sebelum aku membuka pintu dan membalik tanda ‘buka’, orang-orang mulai berdatangan.” Adunya.

Hayi adalah salah satu dari empat orang pegawai yang dimiliki Dara, dua pelayan merangkap kasir, seorang barista, dan seorang lagi yang membantunya di dapur. Hayi adalah salah satu dari pelayan.

“Tapi seharusnya aku tidak boleh komplain, karena tips yang kuperoleh menjadi dua kali lipat dan bahkan kadang tiga kali lipat sejak dia rutin datang dan memposting tentang kafe ini di akun Instagramnya.” Dia terkikik.

“Terserah,” gumam Dara acuh.

Sejak dua bulan yang lalu, saat fotonya diambil tanpa izin dan diposting kemudian tersebar di segala media sosial yang ada. Dan tiba-tiba saja, pria itu yang lalu diketahuinya bernama Jiyong itu berhasil menemukan kafenya dan menjadi pengunjung tetap. Tidak hanya itu, tapi pria itu juga membawa banyak kostumer baru dengan cara memposting secara reguler tentang kafe ini di akun Instagramnya. Apa yang pria itu posting selalu saja bertengger di halaman populer dengan hashtag #butterflysweetscoffee. Dara sebenarnya ingin melarang Jiyong datang ke kafenya, tapi ia dan pegawainya butuh setiap sen tambahan yang bisa mereka peroleh. Jadi, siapa dirinya mau memprotes?

“Berikan ini padanya.” Kata Dara, menyerahkan tiga potong sandwich kepada Hayi. Ia tidak pernah tahu sampai empat hari yang lalu jika pria itu tidak bisa makan makanan manis. Hayi yang memberitahunya.

Selama beberapa minggu Jiyong datang – dia tidak pernah meninggalkan dapur, caranya sendiri untuk menghindari pria itu – dan meminta menu spesial yang disajikan, yang selalu saja manis. Tidak penah ada complain yang keluar dari mulutnya, dan selalu habis, jadi jika bukan karena Hayi dan pegawainya yang lain (pegawai macam apa mereka?!) yang kini telah menjadi pengikut Instagram Jiyong, Dara tidak akan pernah tahu. Itulah kenapa sejak tiga hari yang lalu dia membuatkan sandwich spesial untunya.

Bukannya ia peduli. Hanya tidak ingin jika kafenya dituduh menjadi penyebab jika pria itu terserang diabetes. Dirinya hanya mengupayakan langkah antisipasi agar kafenya tidak mendapat masalah di masa mendatang. Ya, begitulah.

“Kurasa dia tidak akan datang lagi hari ini,” kata pegawainya. “Aku belum melihatnya. Postingan terakhirnya di Instagram masih quote yang kau jadikan pajangan di meja tengah, Unnie, dan  itu adalah postingan tiga hari yang lalu.”

Apa yang Hayi katakan mungkin memang benar, karena Jiyong biasanya selalu datang paling awal, tepat setelah pintu kafe dibuka. Tapi sejak dua hari yang lalu, pria itu absen dan menurut Hayi belum ada postingan baru lagi. Meskipun Dara tidak keluar dari dapur sejak dia datang ke kafe, tapi saat mereka menutup kafe, entah bagaimana Jiyong akan menjadi pengunjung terakhir. Dia akan menunggu sampai mereka selesai bersih-bersih, berpamitan kepada para pegawainya, dan mengantarkannya pulang. Dara jelas memprotes, tapi hanya sampai minggu pertama, dan selanjutnya diam saja karena apa pun yang ia  katakan tidak pernah digubris. Jiyong mengerti akan apa yang Dara coba lakukan dan ikut diam sepanjang perjalanan sampai mereka tiba di depan gedung apartemen Dara. Setelah itu, ia akan berbalik pulang begitu Dara sudah masuk ke gedung apartemennya.

Dan sudah dua hari ini dia berjalan sendirian saat pulang.

Dan mungkin hari ini akan jadi hari ketiga.

“Aku jadi penasaran dia ke mana.” Gumam Hayi, lalu matanya melebar saat menatap Dara. “Omo, Unnie! Bagaimana jika dia sakit?!” serunya.

Dara mendesah atas kepanikan pegawainya itu.

“Hayi-ah, kalaupun dia sakit apa yang bisa kita lakukan?” sebelum Hayi mengatakan apa pun, dia menambahkan. “Kita tidak tahu di mana dia tinggal. Dia pasti punya teman dan keluarga untuk membantunya.”

Hayi membuka mulut, tapi Dara mendahuluinya. “Sekarang, kembali bekerja.” Suaranya tegas, menandakan bahwa dia tidak ingin dibantah.

Tapi dalam hati, Dara sendiri juga merasakan kecemasan yang dirasakan oleh pegawainya.

**

 

g_dragon Quote of the day: “Apa yang benar-benar kamu butuhkan pasti akan datang” aku sepenuhnya setuju #butterflysweetscoffee
rumi_san Hashtagnya… kau benar-benar sweet oppa…

g_dragon kata mereka ini buatan spesial darinya. Dia tahu aku sudah hampir menyerah dengan yang manis-manis #butterflysweetscoffee T_T *o*
jin_hwang Kelihatannya enak~ perlu dicoba…
kimi_girl OMO! Akhirnya! Oppa fighting! :*
hanadeul_12 Tolong beritahu petunjuk tempat kafenya…

g_dragon bentuk dukungan dari pegawainya #butterflysweetscoffee *o*
yin_yin Aku menikmati food porn-mu seperti foto-foto yang lain… XD

g_dragon Menu spesial hari ini (katanya ini tidak begitu manis) #butterflysweetscoffee
yoo_i aku sudah pernah mencoba cheesecakenya, oppa. Dan itu enak banget! OMG! Mulai sekarang aku akan membeli kue ke sana saja! ^_~
leesuhyunie aku tahu tempatnya, itu hanya—

g_dragon Baru tahu ada kue yang dinamakan Red Velvet. Pada akhirnya, aku bisa menjadi ahli kue. XD #butterflysweetscoffee
choi_nam Nah, setidaknya ada yang sudah kau dapatkan! XD
king_kang itu di mana? Masih di Seoul?

g_dragon Chocolate cake. Akun instagram ini berubah menjadi food porn XD #butterflysweetscoffee
hi_yang aku sama sekali tidak protes kok! ;p
happy_go_lucky aku kelaparan melihat postinganmu T_T
hero_dies foto-foto panoramamu lebih bagus.

g_dragon Tempat nongkrong baru. Setiap hari aku pasti akan datang ke mari @park_dal #butterflysweetscoffee
young_b Itu tempat @park_dal! XD *hands up*
bom_bommie_park Aku tahu apa yang sedang coba kau lakukan! ^_~
superman_189 Di mana?

**

Sementara itu, di bagian paling selatan dari Semenanjung Korea

Jiyong menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa frustasi terhadap editornya. Hari ini sudah menjadi hari ketiga dirinya diculik dan dikirim ke Jeju.

Siapa bilang dia ingin berlibur?

Tiga malam yang lalu, Seunghyun tiba-tiba muncul di depan rumahnya setelah dia mengantarkan Dara pulang. Editornya itu bilang mereka harus pergi ke suatu tempat. Empat puluh lima menit kemudian mereka sampai di Bandara Gimpo. Tiga puluh menit kemudian mereka sudah berada di dalam pesawat. Sejam kemudian mereka mendarat di Jeju. Dua puluh menit kemudian mereka menapakkan kaki di lobi hotel.

“Kau hanya punya sisa waktu sebulan untuk menyelesaikan novelmu. Dan terakhir kalinya kau mengirimkan naskahmu padaku hanya sampai bab tiga, jadi kuputuskan kau butuh liburan dan sebagai editormu aku juga butuh untuk berlibur.” Ujarnya saat mendorong Jiyong ke dalam sebuah kamar.

Masa  bodoh dengan liburan ini!

Dia sama sekali tidak membutuhkan liburan!

Dan bagaimana bisa editornya itu menuntut progres di saat dia justru malah merasa frustasi di sini?

Sebenarnya, Jiyong sudah berencana untuk mengirimkan pekerjaannya sampai bab tiga puluh kepada Seunghyun, yang sudah diselesaikannya sejak tiga hari yang lalu di kafe milik Dara, lalu dia hanya butuh sedikit edit di sana-sini jika diperlukan dan menulis epilog. Tapi dengan kelakuannya ini, editornya menolak update yang diinginkannya, dan secara sepihak Jiyong memutuskan untuk mengirimkan seluruh naskahnya tiga hari sebelum deadline.

Editornya itu harus membayar sudah membuatnya gila karena Jiyong tidak bisa bertemu dengan sumber inspirasinya!

Merasa frustasi karena tidak ada yang bisa dilakukannya, dia membuka ponsel. Dia tidak terkejut melihat ponselnya dibanjiri pemberitahuan, meskipun postingan terakhirnya adalah tiga hari yang lalu. Biasanya dia tidak mau repot untuk membuka pemberitahuan itu satu per satu, tapi ada sesuatu yang mendorongnya kali ini.

Dan apa yang dilihatnya hampir saja membuat matanya melompat ke luar. Dia harus mengkonfirmasi dulu. Siapa tahu matanya menipu karena otaknya sudah merasa depresi.

Dengan tangan gemetaran, jarinya bergerak untuk mengklik sebuah pemberitahuan.

Holy crap!” serunya. Matanya tidak menipu.

Dan apa pun yang akan Seunghyun katakan, dirinya harus kembali ke Seoul.

Sekarang juga.

**

 



 

The most frustrating part in writing this story?

Yes, you’re right. BIKIN SC PALSUNYA…….. T_________T OTL

Oh, tentu doong.. masih nggak bosen doong, buat minta dikomenin.. tanya kenapa? gimana kalo anggep aja sebagai bayaran karena udah nulis cerita yang bikin pelengkapnya aja lebih rempong ketimbang nulisnya sendiri dan kemudian terjemahin (walopun minta bantuan)? LOL *masih ada yang bilangin saya songong, biarin -_-*

Seriusan, males nerusin tau kalo sini udah semangat2 di depan, eh taunya respon yang didapet cuman ala2…padahal keliatan buanget2 kalo udah lumayan yang buka dan baca…. OTL mending langsung kasihin filenya ke yang bener2 mau apresiasi aja… >.< *nah kan ngomel.. OTL

Udah ah.. bubbye~

 

<< Back Next >>

43 thoughts on “The Admirer [3. Butterfly Sweets&Coffee]

Leave a comment