[Oneshoot] Only You

onlyou1 (1)

Title :: Only You
Author :: G-ntan
Genre :: Marriage life
Length :: One Shoot
Main Cast :: Kwon Jiyong and Sandara Park
Desclaimer :: This fanfiction totally mine!”

Happy Reading ^^


 

Di altar sebuah gereja seorang pengantin pria sedang mengucapkan janji sucinya didepan seorang pastur yang disaksikan oleh kerabat-kerabatnya. Dia mengucapkan janjinya begitu lancar dan mantap.

“sekarang kau boleh mencium pengantin wanitamu tuan Kwon.” Ucap sang pastur. Pengantin pria itu menghadap ke arah pengantin wanitanya dan menatapnya dengan seringaian jahat. Sebuah smirk tercetak dibibir indahnya.

“Apa kau begitu gugup nona Park? Ani maksudku nyonya Kwon.” Bisik pengantin pria yang bernama Kwon Jiyong.

“Sialan kau! Lakukanlah dengan cepat agar semuanya cepat selesai.” Geram sang pengantin wanita bernama Sandara Park yang kini telah berganti marga menjadi Kwon yang mengikuti marga suaminya. Wanita cantik itu mengepalkan kedua tangannya menahan semua amarahnya. Namun dibalik amarahnya tersimpan rasa gugup hingga membuat jantungnya berdetak begitu cepat. Ini merupakan ciuman pertamanya.

“Kau sungguh tak sabaran eoh. Kau akan mendapat ciuman manis seorang Kwon Jiyong.” Ucap Jiyong dengan terkekeh pelan. Dara semakin merasa ingin mematahkan hidung lelaki didepannya itu.

            Jiyong mendekatkan wajahnya ke wajah Dara dan mulai menyapu lembut bibir Dara dengan bibirnya. Perlahan Dara membalas ciuman Jiyong namun tanpa disangka oleh Dara, Jiyong sangat berani memperdalam ciumannya didepan semua orang. Semua orang yang melihatnya semakin berteriak riuh dan menepukkan tangan untuk kedua pengantin baru itu. Dara membelalakan matanya tak percaya. Batinnya terus mengumpati kelakuan lelaki yang kini sah menjadi suaminya. Terlintas ide gila dibenak Dara. Dia menggigit bibir Jiyong dengan keras dan cara itu berhasil menghentikkan Jiyong. Dara tersenyum puas saat melihat Jiyong tengah kesakitan dan mengusap bibirnya.

“Rasakan itu pervert.” Ejek Dara tanpa melihat kearah Jiyong.

            Setelah pesta pernikahan Jiyong dan Dara selesai, mereka berdua pulang ke apartement baru mereka. Apartement mewah hadiah untuk pernikahan mereka dari appa Jiyong, tuan Kwon Hyun Suk. Dengan menaiki mobil Lamborghini putih milik Jiyong, mereka berdua menembus jalanan kota Seoul.

“GAHHH lelahnya.” Dara menggeliatkan tubuhnya. Dia merasa semua tulangnya terasa kaku.

“Kau terlihat seperti nenek-nenek berusia 80 tahun.” Ejek Jiyong yang mendapat tatapan tajam dari Dara. Jiyong tidak menghiraukan tatapan Dara. Dia tetap focus pada jalanan didepannya.

            Tak perlu memerlukan waktu terlalu lama bagi Jiyong dan Dara untuk sampai di apartement mereka. Dengan menggunakan mobil sport sekelas Lamborghini jarak 30 Km terasa sangat dekat.

“Aku akan menggunakan kamar mandi terlebih dahulu. Badanku sudah terasa sangat lengket.” Dara berbicara dengan nada jutek seperti biasa. Dia dengan segera menuju kamar mandi. Sedangkan Jiyong merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur empuknya. Suara gemericik air yang keluar dari shower terdengar sampai keluar. Jiyong yang mendengar suara gemericikan air itupun ingin juga merasakan kesegaran guyuran air shower.

*Brak..Brak..*

“Cepatlah sedikit badanku juga sudah sangat lengket.” Jiyong terus menggedor pintu kamar mandi. Namun tak ada jawaban dari Dara.

“Sampai hitungan kelima kalau kau tak keluar juga aku akan-“. Belum juga Jiyong menyelesaikan kalimatnya, pintu kamar mandi terbuka dan sesosok wanita cantik yang hanya memakai handuk kimono keluar dari dalam kamar mandi.

“Kau akan apa huh?.” Pertanyaan Dara seakan seperti preman yang menantang untuk berkelahi. Jiyong kehilangan semua kata-katanya ketika menatap Dara yang terlihat begitu cantik dan sexy.

“Cepatlah mandi jangan hanya membuka mulutmu seperti idiot.” Ucap Dara dengan melewati tubuh Jiyong. Kesadaran Jiyong kembali sepenuhnya dan dia berteriak kearah Dara sebelum dia masuk kedalam kamar mandi.

            Hanya butuh waktu sepuluh menit bagi Jiyong membersihkan tubuhnya. Dengan memakai pajamanya dia membaringkan tubuhnya disamping Dara.

“Apa yang kau lakukan disini?.” Terdengar suara dingin Dara dari balik selimut.

“Apa lagi kalau bukan tidur.” Dengan enteng Jiyong menjawabnya. Dia semakin memposisikan tubuhnya senyaman mungkin.

“Mwo? Siapa yang menyuruhmu tidur disini. Kau pikir aku mau tidur seranjang dengan laki-laki pervert sepertimu.” Sindir Dara yang membuat Jiyong tersentak dengan kata-kata tajam Dara.

“Eyy kau pikir aku mau tidur seranjang denganmu. Kalau bukan karena perjodohan sialan ini aku tak akan menikahi wanita datar sepertimu.” Jiyong menjawabnya tak kalah tajam.

“Apa maksudmu dengan wanita datar eoh?.” Tanya Dara yang tidak mengerti akan ucapan Jiyong.

“Itu. Punyamu sangat datar bahkan lebih datar dari anak yang baru mengalami pubertas.” Jiyong menunjuk dada Dara dengan telunjuknya membuat Dara dengan reflex menutup dadanya dengan tangannya.

“PERVERT!.” Bentak Dara dengan kilatan amarah dimatanya. Jiyong menyambar sebuah guling dan menaruhnya ditengah-tengah tempat tidur.

“Well ini pembatas daerah tidur kita. Aku sangat berbaik hati kepadamu karena tidak membiarkanmu tidur disofa.” Ucap Jiyong dengan kembali membaringkan tubuhnya.

“YAA!! Tak bisa begitu.” Protes Dara dengan kesal.

“Kalau kau tidak setuju, silahkan tidur disofa.” Jiyong menggumam dengan mata yang terpejam. Dara mendengus kesal dan tanpa ada pilihan lain dia menerima peraturan yang dibuat suaminya.

***

“Morning nyonya Kwon.” Sapa Jiyong saat melihat istrinya sedang menyiapkan sarapan.

“Cepatlah mandi. Aku sudah menyiapkan kimchi fried rice untuk sarapan.” Perintah Dara. Jiyong segera bergegas menuju kamar mandi ketika mendengar makanan yang sangat dia sukai akan segera siap.

            Dara hanya mendecahkan lidahnya melihat tingkah suaminya yang kadang kala seperti seorang anak kecil. Dia masih melanjutkan menyiapkan piring dan sendok untuk suaminya. Meskipun Dara menerima perjodohan ini dengan terpaksa namun bagaimanpun dia adalah seorang istri dan sudah menjadi kewajibannya untuk menyiapkan makanan bagi suaminya. Tak perlu waktu lama untuk menunggu waktu sarapan karena dalam waktu 10 menit Jiyong telah kembali menuju meja makan dengan keadaan yang segar.

“Apa acaramu hari ini?.” Tanya Dara sambil menikmati sarapan pertamanya dengan Jiyong sebagai suami-istri.

“Kenapa kau mendadak jadi peduli kepadaku? Jangan bilang kau mulai jatuh cinta kepadaku.” Goda Jiyong dengan senyuman jail yang tersungging dibibirnya.

“Cih, mimpi apa aku semalam sampai jatuh cinta kepadamu.” Dara membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Jiyong.

            Mereka berdua menyelesaikan sarapannya dengan diselingi ejekan dari keduanya. Setelah selesai sarapan Dara dan Jiyong berangkat bekerja. Meskipun mereka bekerja di tempat yang berbeda namun sudah menjadi kewajiban Jiyong untuk mengantar dan menjemput Dara selaku istrinya.

“Kau tak ingin memberikan sebuah kisseu kepada suamimu?.” Kata Jiyong saat sampai didepan butik milik Dara dikawasan Gangnam.

“When pig fly!.” Ucapan Dara memang singkat namun tajam. Jiyong hanya tertawa mendengar jawaban istrinya. Dia akan merasa aneh jika istrinya bersikap manis kepadanya.

            Dara melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil Lamborghini Jiyong. Dia segera masuk kedalam butiknya. Jiyong segera melajukan kembali mobilnya ketika tubuh Dara telah menghilang dibalik pintu kaca butiknya. Tepat ketika Jiyong memutar radio di mobilnya lagu Give Love dari AKMU menemaninya menuju kantornya.

“Sampai kapan kau mampu menolak pesona ketampanan suamimu ini Sandara Kwon.” Gumam Jiyong dengan menatap pantulan bayangannya dikaca mobilnya.

            Mobil Lamborghini Jiyong berhenti didepan kantor GD Entertainment. Sebuah agency hiburan terbesar di Korea Selatan. Agency yang telah mendebutkan artis-artis yang bertalenta dan berkualitas. Di perusahaan besar inilah Jiyong bekerja.Tanpa banyak yang menduga kalau sebenarnya namja yang sekarang sebagai song writer dan produser music muda ini adalah calon penerus GD Entertainment.

**

            Dara terlihat sangat lelah. Terlihat dari raut wajahnya yang kusam dan tak bersemangat. Dia menjatuhkan tubuhnya disofa ruang tamunya. Disusul Jiyong yang juga ikutan duduk disofa. Jiyong mengusap pahanya sebagai isyarat untuk Dara tidur dipangkuannya.

“Kau kenapa? Kau gatal-gatal eoh?.” Tanya Dara yang tak mengerti dari isyarat Jiyong.

“Pabo. Kau jadi orang tak peka sama sekali.” Jiyong menjitak kepala Dara namun detik berikutnya dia mengusap lembut bekas jitakkannya.

Tanpa meminta ijin kepada istrinya, Jiyong menidurkan kepala istrinya diatas pangkuannya. Sempat ada perlawanan dari Dara namun karena dia terlalu lelah akhirnya dia menyerah. Dara selalu merasakan kenyamanan saat bersama Jiyong. Dara berkali-kali mengganti posisi kepalanya hingga membuat jiyong menggeram tertahan.

“Hentikan menggesekkan kepalamu terus menerus. Kau ingin membunuh juniorku eoh?.” Jiyong masih menahan erangannya saat kepala Dara kembali bergerak yang kini menghadap tepat kearah junior Jiyong.

“Apa maksudmu? Bicaralah yang jelas.” Dara menatap kearah mata Jiyong meminta sebuah penjelasan.

“Cukup kau diam dan jangan gerakan kepalamu lagi atau aku akan menghukummu karena telah menyiksa kebanggaanku.” Perintah Jiyong. Dara merasa kesal karena Jiyong tidak memberikan jawaban seperti yang dia harapkan. Dengan jail Dara kembali menggerak-gerakkan kepalanya hingga membuat Jiyong tak tahan menahan erangan tersiksanya.

“Aku telah memberi peringatan kepadamu nyonya Kwon jadi jangan salahkan aku jika aku menghukummu.” Ancam Jiyong. Dia dengan segera menggendong tubuh Dara menuju kamar.

            Jiyong membaringkan tubuh Dara dan dengan segera melucuti pakaiannya satu persatu. Hingga kini hanya tinggal sebuah boxer yang memamerkan sesuatu yang mengeras dibaliknya. Dara menutup matanya ketika melihat milik Jiyong.

“Kau telah membuatnya terbangun jadi sudah saatnya kau memanjakannya nyonya Kwon.” Ucap Jiyong dengan menyunggingkan smirknya.

“GAHHH ANDWAE!!! MENJAUHLAH DARIKU PERVERT.” Teriak Dara yang masih menutup matanya dengan rapat.

            Jiyong yang melihat wajah shock Dara hanya bisa mendesah frustasi. Dia tidak mungkin memaksa Dara untuk melakukannya disaat istrinya belum siap. Terlebih karena diantara mereka masih belum ada cinta.

“ARGHHH!!! Kau sungguh membuatku frustasi.” Teriak Jiyong dengan mengacak rambutnya kasar. Dengan langkah gontai Jiyong berjalan menuju kamar mandi. Dara membuka matanya ketika mendengar suara gebrakan dari arah pintu kamar mandi. Dara dengan segera menempatkan dirinya dibawah selimut. Tak lupa dia menambah pembatas wilayah tempat tidur dengan gulingnya.

***

            Dua hari semenjak kejadian malam itu baik Dara dan Jiyong sama-sama tak banyak berkomunikasi. Suasana canggung dan kikuk menyelimuti seluruh ruangan dimana mereka berdua berada.

“Kau tidak ke butik hari ini?.” Tanya Jiyong ketika melihat Dara masih menggunakan pakaian santai.

“Ani.” Hanya jawaban singkat dan canggung yang terlontar dari bibir Dara.

            Mereka kembali diam satu sama lain. Tidak saling menegur dan bertengkar seperti biasanya. Mereka berdua menikmati sarapan dengan diam. Baik Jiyong dan Dara sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing.

“Mianhae kalau aku membuatmu takut malam itu.” Ucap Jiyong sebelum dia pergi meninggalkan apartementnya. Dara merasakan tubuhnya menegang ketika Jiyong membahas kejadian malam itu. Mata Dara melebar dengan mulut yang masih setengah terbuka.

            Dara memilih tidak pergi kebutiknya karena dia ingin meluangkan waktunya untuk membersihkan apartementnya. Dilihatnya keadaan apartementnya yang terlihat sedikit berantakan dan berdebu. Diambilnya vacuum cleaner dari tempat penyimpanan lalu dia mulai membersihkan setiap ruangan. Cukup lelah juga bagi Dara untuk membersihkan apartement sebesar ini sendirian. Dia menyimpan kembali vacuum cleaner ditempat semula setelah selesai membersihkan apartementnya. Dara meregangkan tubuhnya dan terdengar bunyi gemeratak tulang-tulangnya.

“Aigoo aku merasa seperti nenek-nenek.” Gumam Dara yang ngeri mendengar bunyi gemeratakan tulangnya sendiri. Seketika itu juga Dara teringat akan ucapan suaminya beberapa waktu yang lalu. Dara beristirahat sejenak disofa. Dipejamkannya matanya dan dia mulai memasuki alam mimpinya.

**

Tak terasa hari sudah hampir gelap ketika Dara membuka matanya. Dengan tubuh yang masih merasa capek dan lemas dia memaksakan diri untuk membasuh tubuhnya dengan air hangat. Merasa sudah bersih dan segar kembali, Dara keluar dari bath up.

Jiyong pulang dari kerja tepat ketika Dara hendak menyiapkan makan malam. Tak seperti biasanya, Jiyong tidak menyapa Dara.

“Kau tak perlu membuatkanku makan malam. Aku sangat capek jadi aku ingin istirahat.” Ucap Jiyong sebelum dia masuk kedalam kamar. Dara yang baru saja mengeluarkan daging dan sayur-sayuran dari kulkas akhirnya harus mengembalikannya lagi.

            Dara mengikuti Jiyong masuk kedalam kamar. Dilihatnya wajah tampan Jiyong yang nampak letih sedang terpejam dengan damainya. Bahkan Jiyong tak sempat melepas sepatu dan kemejanya. Dara menatap lekat-lekat wajah suaminya. Ditelusurinya garis wajah Jiyong yang lembut namun tegas. Ada perasaan hangat ketika menatap wajah jiyong.

            Dara melepas sepatu dan kaos kaki Jiyong. Dara meletakkan sepatu Jiyong ditempatnya dan meletakkan kaos kaki Jiyong dibak pencucian. Setelah itu dia kembali membuka dua kancing atas kemeja Jiyong agar Jiyong lebih nyaman. Tangannya terus turun untuk melepas ikat pinggang Jiyong. Namun tangannya bergetar saat melepas ikat pinggang kulit Jiyong. Bayangan akan malam itu kembali terlintas dibenaknya.

“Andwae.” Gumam Dara pelan sambil menggelengkan kepalanya pelan.

            Mata Dara tertuju kesesuatu yang ada dibalik celana jins ketat Jiyong. Tanpa dia sadari kini tangannya ada diatas junior Jiyong. Matanya terbelalak ketika menyadari tangannya telah berpindah tempat.

“GAHHH!! AND-waeee.” Dara meredam teriakkannya dengan tangan satunya. Dengan cepat dia berlari ke arah pintu.

“PERVERT.” Gumam Jiyong dengan mata yang masih terpejam. Bibirnya kembali menyunggingkan sebuah smirk.

***

            Keesokan harinya Jiyong bangun lebih awal dari biasanya. Tangan Jiyong meraba udara kosong disampingnya. Jiyong bangun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar. Dia tersenyum ketika melihat Dara masih terlelap diatas sofa.

“Pabo. Jadi kau tidur disini semalaman.” Ucap Jiyong dengan menyunggingkan senyum renyahnya.

“Bagaimana aku bisa menolak perjodohan ini jika mengetahui seorang malaikatlah yang akan menemani hari-hariku.” Jiyong mengusap pelan pipi Dara dan mengecupnya.

“Sebenarnya aku berbohong malam itu. Sungguh aku sangat beruntung dapat dijodohkan dengan yeoja secantik kau.” Jiyong membuat pengakuan didepan tubuh Dara yang masih tertidur. Perlahan tubuh Dara menggeliat pelan. Matanya mengerjap berkali-kali sebelum terbuka sempurna.

“Apa yang kau lakukan disini?.” Tanya Dara ketika melihat Jiyong sedang tersenyum penuh arti. Dara merasa risih dengan tatapan Jiyong. Dia mendorong tubuh Jiyong untuk menjauh. Belum sempat Dara beranjak dari tempatnya, Jiyong telah menyerang tubuh Dara dengan pelukan hangatnya.

            Dara hanya dapat terdiam kaku ketika Jiyong memeluknya secara tiba-tiba. Cukup lama Jiyong memeluk Dara hingga Dara dengan perlahan merilekskan tubuhnya dan menikmati kehangatan pelukan Jiyong.

“Saranghae. Kumohon cintailah aku seperti aku mencintaimu.” Perkataan Jiyong sontak membuat Dara terlonjak kaget. Dara melepaskan pelukannya dan sedikit mundur untuk menatap langsung wajah Jiyong. Dia mencari sebuah keraguan diwajah tegas jiyong namun tak dia temukan. Dia hanya menemukan ketulusan diraut wajah Jiyong.

“Aku akan mencintaimu mulai detik ini dan seterusnya.” Jawab Dara dengan menatap Jiyong penuh kehangatan. Jiyong tersenyum bahagia mendengar jawaban Dara.

“Cah, sekarang kau mandilah biar aku yang menyiapkan sarapan untuk pagi ini.” Dara tersenyum mendengar ucapan Jiyong. Dara mengecup pipi Jiyong. Sesaat setelah mencium pipi Jiyong, Dara berlari menuju kamar mandi dengan menyembunyikan wajahnya yang memerah.

“Aigoo. Apa yang aku lakukan. Dia pasti sedang menertawakanku. Pabo, pabo~.” Dara meruntukki tindakannya sendiri. Dia merasakan gemuruh dihatinya. Hatinya terus berdebar ketika bayangan Jiyong terbesit dibenaknya.

***

            Semenjak hari itu hubungan Jiyong dan Dara semakin dekat. Benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Jiyong semakin bersikap possessive terhadap istrinya. Tak ada lagi pembatas pembagian tempat tidur.

“Morning my queen.” Bisik Jiyong membangunkan Dara yang masih terlelap. Suaranya yang serak melantun indah ditelinga Dara. Suara sexy Jiyong mampu membangunkan Dara yang masih menutup matanya.

“Kau sudah bangun.” Ucap Dara dengan mata yang masih berat.

“Saranghae.” Bisik Jiyong hingga membuat Dara bergidik geli merasakan hembusan nafas Jiyong ditelinganya.

“Nado.” Dara membalas ucapan Jiyong. Tubuhnya kini telah berbalik menghadap tepat kearah wajah suaminya.

            Hari ini Dara terpaksa berangkat sendirian karena Jiyong mendapat panggilan mendadak dari kantornya. Jiyong memang sedang sibuk memproduseri album debut girlband pendatang baru Pink Punk.

“Hubungi aku jika kau sudah pulang nanti. Mungkin aku akan sedikit sibuk hari ini.” Ucap Jiyong yang kini sedang bersiap berangkat menuju kantornya.

“Aku bisa pulang sendiri. Bekerjalah dengan baik jangan khawatirkan aku.” Jawab Dara yang langsung mendapat tatapan tajam dari suaminya. Dara hanya tersenyum kaku sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Ne araso. Aku akan menghubungimu.” Dara meralat ucapannya. Jiyong tersenyum mendengar jawaban istrinya. Dia mencium singkat bibir Dara sebelum pergi.

**

            Dara menggenggam erat ponselnya. Dipandanginya ponselnya berharap panggilannya dijawab oleh suaminya. Sudah beberapa kali Dara menghubungi Jiyong namun tak ada jawaban dari Jiyong. Dara semakin merasa frustasi saat hampir semua toko-toko disamping butiknya telah tutup. Dara berjongkok didepan butiknya sambil menenggelamkan kepalanya dilututnya. Sorot mobil menerpa tubuh Dara hingga membuat yeoja cantik itu mendongakkan kepalanya. Dahinya mengernyit saat lampu mobil itu mengenai matanya.

“Apa suamimu belum menjemputmu?.” Tanya sebuah suara yang tak asing bagi Dara. Dara sedikit kecewa saat mengetahui ternyata bukan Jiyong yang datang. Dara menggelengkan kepalanya lemah.

“Mari kuantar kau pulang. Ini sudah hampir tengah malam dan sebentar lagi semua toko tutup.” Tawar namja bertubuh atletis itu dengan mendekati tubuh Dara yang masih terpaku ditempatnya semula.

“Gomawo Wooyoungie. Biar aku menunggu Jiyong saja. Kau bisa pulang terlebih dahulu.” Tolak Dara dengan halus.

            Namja bernama Jang Wooyoung itupun tak menerima penolakan dari sahabat sekaligus yeoja yang pernah dia cintai. Tubuh Dara didorong secara paksa untuk masuk kedalam mobil. Dara hanya dapat menurut. Dia sangat paham akan sifat sahabatnya. Wooyoung melajukan mobilnya menuju apartement baru Dara.

“Gomawo Wooyoungie.” Dara melambaikan tangannya dengan dihiasi senyuman manis dari bibirnya.

            Tanpa Dara sadari sepasang kilatan amarah dari mata Jiyong sedang mengawasinya. Jiyong memang telah membuntuti Dara dan Wooyoung mulai dari butik. Tadinya dia hendak menjemput Dara. Namun saat dia sampai disana Dara telah masuk kedalam mobil Wooyoung. Dia ingin mengejar Dara namun mobil Wooyoung terlebih dahulu melaju.

*Brakk*

            Dara terlonjak kaget saat pintu apartement terbanting dengan keras. Dara membalikan badannya dan melihat Jiyong yang sedang berdiri kaku didepan pintu. Dengan polosnya Dara melemparkan senyumannya.

“KAU TAK PERNAH MENDENGARKAN PERKATAANKU.” Bentak Jiyong dengan mendekat kearah Dara. Dara melangkahkan kakinya mundur saat melihat kilatan amarah dimata Jiyong.

“A-apa maksudmu?.” Tanya Dara dengan tergagap.

“KENAPA KAU PULANG DIANTAR OLEH NAMJA LAIN. BUKANKAH AKU SUDAH BILANG HUBUNGI AKU.” Jiyong membentak tepat diwajah Dara. Mata Dara memanas mendengar bentakkan Jiyong. Air matnya meluncur dari pelupuk matanya.

“m-mianhae. A-aku t-tadi telah m-menghubungimu t-ta-.” Belum juga Dara menyelesaikan kalimatnya kakinya terasa lemas dan tubuhnya ambruk. Untungnya Jiyong dengan sigap menangkap tubuh istrinya. Kekhawatiran dan penyesalan tercetak diwajah tampan Jiyong saat melihat Dara begitu ketakutan hingga tubuhnya bergetar.

“mianhae. Tak seharusnya aku membentakmu. Jeongmal mianhae.” Ucap Jiyong dengan nada yang halus. Dia menyandarkan kepala Dara didada bidangnya dan mengusapnya pelan agar istrinya merasa tenang.

“seharusnya aku yang meminta maaf. Seharusnya aku menunggumu bagaimanapun keadaannya. Sebenarnya aku sudah menghubungimu beberapa kali namun kau tak menjawab panggilanku. Dan namja tadi adalah sahabatku. Kita sudah berteman sejak kita kecil.” Dara mencoba menjelaskan kepada suaminya setelah dia mulai tenang. Penjelasan Dara semakin membuat Jiyong menyesal karena telah dibutakan oleh amarah sehingga membentak wanita yang sangat dia cintai.

“Sekarang kau istirahatlah. Kau pasti sangat lelah. Aku harus menyiapkan beberapa pakaian karena besok aku harus ke Jepang. Aku mendapat tugas untuk memproduseri album solo Jepang Nam Taehyun.” Ucap Jiyong dengan menggendong tubuh istrinya menuju kamar. Ditidurkannya tubuh istrinya diatas tempat tidur.

“Berapa lama kau disana?.” Tanya Dara yang kini sudah benar-benar merasa tenang.

“Satu minggu.”

“Kenapa begitu lama. Dua hari lagi ulang tahunmu dan aku ingin merayakan ulang tahunmu.” Dara merasa kecewa karena tidak dapat merayakan ulang tahun suaminya bersama. Dia ingin menyiapkan sesuatu yang special untuk suaminya.

“Jangan menekuk wajah cantikmu. Aku akan pulang besok malam, sebelum pukul 12 aku pastikan sudah sampai disini jadi kita bisa merayakan ulang tahunku.” Jiyong mencubit pipi istrinya. Dara menyunggingkan senyumnya saat mendengar jawaban dari suaminya.

***

            Dara mengantar keberangkatan suaminya ke Incheon International Airport. Dipeluknya suaminya sebelum pergi. Setetes air mata mengiringi keberangkatan Jiyong.

“Eyy kenapa kau menjadi cengeng seperti ini. Kemana Dara yang kuat dan jutek.” Goda Jiyong dengan mengusap air mata yang keluar dari mata istrinya.

“Pabo. Bagaiman aku bisa bersikap seperti itu saat kau telah benar-benar mencuri hatiku. Jaga dirimu baik-baik dan jangan lupa makan yang banyak. Tubuhmu terlihat lebih kurus.”

            Jiyong menganggukkan kepalanya lalu mencium bibir istrinya sebelum masuk kedalam pesawat. Dara terus menatap punggung Jiyong yang sekarang telah hilang dibalik pintu pesawat. Dara keluar dari bandara dan dia memutuskan untuk pergi mencari kado buat Jiyong. Dia pergi menuju salah satu pusat perbelanjaan. Dikelilinginya seluruh toko didalam pusat perbelanjaan untuk mencari kado yang pas untuk suaminya.

“Parfum?.” Gumam Dara saat melewati toko parfum. Dia berpikir kalau tidak buruk memberi kado Jiyong sebotol parfum.  Dia masuk kedalam toko parfum dan mulai memilih aroma yang cocok bagi Jiyong.

“Aku akan mengambil parfum ini.” Pinta Dara kepada pemilik toko setelah menemukan aroma yang cocok untuk Jiyong.

“Parfum dengan aroma sandalwoods, musk, chyphre dan aroma laut dari Dolce & Gabanna Light Blue Men EDT 125ml sangat cocok untuk orang yang memiliki karakter perfeksionis, tegas dan disiplin. Parfum dengan kategori EDT atau Eu de Toilette satu tingkat lebih tinggi dari EDC atau cologne. Jenis wewangian ini pilihan yang paling ideal karena aromanya ringan, tidak terlalu tajam serta awet hingga 3-4 jam, cocok untuk segala suasana.” Pemilik toko itu memberikan penjelasan mengenai parfum yang akan dibeli oleh Dara. Pemilik toko mengoleskan sample dari parfum yang akan dibeli Dara dipergelangan tangan Dara. Dara menghirup aroma parfum ditangannya dan dengan yakin membeli parfum itu untuk kado suaminya.

            Setelah Dara membeli kado untuk suaminya. Dia pergi ke swalayan untuk membeli bahan-bahan untuk membuat cake ulang tahun.

***

            Seharian penuh Dara menghabiskan waktunya didapur untuk membuat cake ulang tahun. Dengan melihat resep diponselnya dia mulai mencampur satu persatu bahan-bahannya dan setelah itu memasukkan campuran bahan tadi keloyang dan mengovennya. Dara mengatur waktu diovennya 15 menit. Dengan menunggu kuenya matang Dara mengirim pesan kepada Jiyong untuk cepat pulang. Namun pesan Dara tidak mendapat balasan. Dara berpikir Jiyong masih sibuk jadi dia menaruh ponselnya dan mengeluarkan cakenya yang telah matang. Dia mengoleskan cream vanilla kepermukaan kuenya. Dan menghiasinya dengan buah-buahan tak lupa dia tuliskan nama Jiyong diatasnya. Dara melihat kearah jam dinding yang menunjukkan telah pukul 7 malam.  Dara menyiapkan kuenya diatas meja lengkap dengan lilin dan kadonya. Dia menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket dan penuh cream.

            Sudah hampir pukul 12 Jiyong belum datang juga. Dara mengetukkan kukunya diatas meja sambil menatap cake buatannya. Diambilnya ponsel putihnya dan mengirimkan pesan untuk suaminya. Namun tetap tak ada balasan. Dia memutuskan untuk memfoto cake buatannya untuk diungguh diakun instagramnya. Saat Dara membuka akunnya dia dikejutkan dengan foto-foto Jiyong yang bertebaran disana sedang merayakan ulang tahun bersama teman-temannya. Dan yang lebih membuat Dara sakit hati ialah beberapa foto yang memperlihatkan kedekatan Jiyong dengan mantan kekasihnya Kiko Mizuhara, model cantik asal Jepang. Air mata yang dari tadi terbendung sekarang telah tumpah. Dia menyalahkan lilin-lilin yang ada diatas cake buatannya dan membiarkan lilin-lilin itu menyala sendiri dan lilin-lilin itu mulai meleleh diatas cake.

            Sementara itu Jiyong dengan cemas terus memikirkan Dara. Awalnya setelah rekaman untuk Taehyun dia akan kembali ke Korea dengan Taehyun namun teman-temannya yang ada di Jepang memaksanya untuk merayakan pesta ulang tahun ke 27nya di Jepang karena mereka telah membuat pesta untuk dirinya. Akhirnya Taehyun harus kembali sendiri ke Korea karena besok dia ada jadwal dengan groupnya. Jiyong melihat ponselnya yang dari tadi dia matikan dan terdapat beberapa pesan dari istrinya.

            Meskipun keadaan club begitu ramai akan teman-temannya yang sedang berpesta merayakan ulang tahunnya namun dia tetap tidak bisa menikmatinya karena pikirannya sedang melayang ke sosok yang sekarang mungkin sedang menunggu kepulangannya. Jiyong berusaha menghubungi istrinya namun tak ada jawaban.

“Nikmati pestamu Ji.” Ucap Kiko dengan memberi minuman untuk Jiyong.

“Mari kita ambil beberapa foto.” Seru seorang teman Jiyong yang lain.

            Mereka semua saling berkumpul dan berpose. Meskipun Jiyong tersenyum namun jauh dilubuk hatinya dia masih tetap cemas.

“Maaf aku harus pergi.” Tanpa mendengar protes dari teman-temannya, Jiyong segera pergi menuju bandara dan membeli tiket penerbangan ke Seoul malam itu juga.

**

            Tepat pukul 6 pagi Jiyong sampai di Seoul dan segera menuju apartementnya. dilihatnya apartementnya yang kosong. Dia melihat keatas meja, sebuah cake ulang tahun yang telah tertetesi cairan lilin dan sebuah bungkusan indah.

“Dara.” Gumamnya saat melihat tubuh mungil Dara tengah meringkuk diatas kasur. Mata sembabnya menandakan kalau dia telah menangis semalaman. Rasa sakit yang dia rasakan jelas tercetak diwajah cantiknya. Gaun indahnya terlihat kusut. Jiyong meneteskan air matanya saat melihat keadaan istrinya seperti itu. Dipeluknya istrinya yang masih tertidur. Dengan perlahan tubuh Dara menggeliat ketika merasakan sesuatu menimpah tubuhnya.

“Mianhae, jeongmal mianhae.” Ucap Jiyong yang masih menangis. Dara ikut meneteskan air matanya ketika merasakan air mata suaminya mengalir jatuh dipundaknya. Perasaannya kini bercampur aduk antara kecewa, marah dan kasihan.

            Namun rasa cintanya mengalahkan perasaan kecewa dan marahnya. Dara membalas pelukan Jiyong dan mengusap punggung suaminya. Jiyong mengangkat wajahnya menghadap Dara.

“Maafkan aku karena mengingkari janjiku. Seharusnya aku merayakan ulang tahunku bersamamu.” Ucap Jiyong dengan penuh penyesalan.

            Dara mengusap air mata yang keluar dari mata Jiyong. Dikecupnya lembut kedua mata Jiyong. Sebuah senyuman manis terukir dibibir tipisnya.

“Aku mengerti. Mungkin jika aku diposisimu aku juga melakukan hal yang sama.”

            Jiyong mengernyitkan keningnya tak mengerti. Dara mencubit hidung Jiyong gemas saat melihat raut wajah suaminya yang begitu menggemaskan.

“Tadi malam setelah pulang dari Jepang Taehyun datang kesini dan menjelaskan semuanya kepadaku. Aku merasa bodoh karena telah menyumpahimu dengan semua sumpah serapahku.” Ucap Dara yang mengundang tawa Jiyong.

“Mianhae.” Ucap Dara yang segera dibungkam oleh Jiyong dengan bibirnya.

“Seharusnya akulah yang meminta maaf. Mianhae” Jawab Jiyong disela ciumannya.

“Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri.” Dara melumat lembut bibir Jiyong. Mereka menyalurkan segala perasaannya melewati ciuman.

            Tiba-tiba Dara melepas tautan bibirnya. Dia menatap tajam ke arah Jiyong hingga membuat Jiyong bingung akan arti tatapan istrinya.

“Kenapa ada Kiko dipestamu semalam?.” Tatapan tajam Dara mengunci manic mata suaminya.

“Eyy kau cemburu eoh?.” Goda Jiyong dengan mencolek hidung Dara.

“Jangan mengalihkan pembicaraan. Cepat jawab.”

“Seperti teman-temanku lainnya dia juga ikut merayakan ulang tahunku. Aku dan dia hanya berteman biasa. Hanya kau perempuan yang paling berharga dihidupku setelah eomma. Hanya kau yang mampu membuatku gila karena cintamu. Only you..” Perkataan Jiyong mampu membuat Dara tersenyum. Pipinya kini merona akan ucapan suaminya.

            Jiyong menarik tangan Dara menuju meja ruang tengah. Jiyong menyalahkan kembali lilin-lilin kecil yang telah meleleh diatas cake dan meniupnya setelah melakukan wish. Jiyong memotong kuenya.

“Apa ini buatanmu sendiri?.” Tanya Jiyong. Dara menganggukkan kepalanya malu-malu. Jiyong tersenyum dan bersiap memasukkan potongan kue yang dia pegang kedalam mulutnya.

“Jangan dimakan itu mungkin sudah basi.” Cegah Dara saat Jiyong akan memakan potongan kuenya.

“Tak masalah bagiku meskipun ini basi. Kue buatan istriku ini akan tetap terasa enak. Meskipun aku akan keracunan aku akan meninggal dengan bahagia.” Ucap Jiyong yang membuat dia mendapat pukulan pelan dilengannya. Jiyong memasukkan potongan kue yang dia pegang kedalam mulutnya.

“Jinja mashita.” Jiyong tersenyum bahagia setelah menelan kuenya. Dara tersenyum mendengar pujian dari suaminya.

            Jiyong membuka bungkusan kado diatas meja. Dia terlihat bahagia saat menerima parfum sebagai kado ulang tahunnya. Disemprotkan parfum itu ditubuhnya dan seketika itu juga aroma mewah dari parfum itu menyerbak.

“Gomawo atas semuanya. Terutama atas cinta dan pengertianmu selama ini. Sarangahae.” Jiyong mengecup kening Dara.

“Mari kita rayakan ulang tahunku dengan membuat Jiyong kecil.” Perkataan Jiyong mampu membuat pipi Dara merona. Dara menganggukkan kepalanya malu-malu.

            Jiyong tersenyum ketika melihat sikap malu-malu istrinya. Dia mulai mencium kembali bibir istrinya dengan lebih kasar dan berjalan menuju kamar dengan bibir yang masih terpaut dengan bibir istrinya. Jiyong menutup pintu kamarnya dan mereka berdua menjalani program pembuatan malaikat kecil mereka.


~END~

Yuhuu akhirnya selesai juga. Mian kalau terlalu panjang dan membosankan ^^

26 thoughts on “[Oneshoot] Only You

Leave a comment