My Chosen Wife #5

chosen

Author : Cyscha | Tittle : Wife of My Choice | Cast : Sandara Park (2NE1’s Dara), Kwon Jiyong (Bigbang’s G-Dragon), Kiko Mizuhara | Support Cast : YG family | Genre : marriage life, romance, slightly angst

Huaaahhh.. Sebenarnya aku tidak yakin dengan chapter ini. Serius moodku sangat buruk ketika menyelesaikannya, tidak ada ide yang lebih baik yang mampu kupikirkan setelah aku kehilangan moodku.

So tetap nikmati ini yaa? Aku berpikir hanya perlu 2 or 3 chapter lagi untuk menyelesaikan ini.. Semoga!

^Happy Reading^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Desau angin membelai perlahan rambut Dara, sesekali menutupi wajahnya. Langkahnya pelan dan enggan menuju parkiran dimana kini suaminya menunggu.

Bayangan apa yang dia lihat membuatnya merasakan pedih, tidak pernah sebelumnya berpikir bahwa itu akan terasa lebih menyakitkan.

“Jagiya..”

Suara Jiyong membelai telinganya lembut. “Dee, kau sudah makan?” Dia bertanya merangkul tubuhku membawa kemobilnya.

Aku tidak bersuara menatapnya dalam diam bahkan ketika dia membuka pintu mobil untukku.

“Pulanglah..” Kataku dingin.

“Ya, kita akan pulang sekarang.” Jiyong memberiku senyum hangat tapi itu justru mengoyak perasaanku, dia bisa menjadi begini manis setelah menyakitiku? Setelah aku menemukannya bersama wanita lain? Dimana perasaanmu Kwon Jiyong.

“Tidak. Pulanglah sendiri. Kau mengerti sepenuhnya bahwa kita butuh waktu sendiri sekarang.” Suaraku bergetar ketika mengatakan itu.

Dia terperangah kaget, menghembus nafas kasar dan memalingkan pandangan dariku.

***

Hatiku remuk untuk yang ke sekian kalinya. Seluruh tubuhku bergetar hebat hingga kakiku terasa tak menapak lantai semakin berat menopang tubuh lemahku. Aku melorot kesisi ranjang berpaut pada salah 1 kaki ranjang untuk memperolah kekuatan.

Pedih dan teriris. Merasa sudah jatuh terlalu sering. kusandarkan kepalaku disisi kasur membiarkan lelehan bening perlahan mengalir.

Ini bukan yang pertama kalinya. Ini bahkan tidak terhitung. Dan rasa sakit itu semakin mendalam saat menyadari kami bukan sepasang kekasih. Kami suami istri. Dan dia bisa melakukan hal itu dengan wanita lain? Inikah rasanya dikhianati?

Sakit tentu saja. Tapi aku harus tetap menguatkan diri selama yang ku bisa. Haruskah aku bertanya padanya apa kurangku? Aku sadar dengan segudang kegiatanku setelah memulai konser kami beberapa waktu lalu membuatku benar-benar tidak bisa membagi waktu secara adil antara keluarga dan pekerjaan.

Tapi bukankah dia juga sedang dalam kesibukan hingga aku sangat jarang menemukannya pulang kerumah, atau kami terkadang hanya bisa saling berkomunikasi melalui telpon. Tak jarang dia tertidur di studionya dan aku tak pernah mengeluh.

Aku mendengar pintu kamarku terbuka.

“Dara, ya Tuhan apa yang terjadi?” Teriak Bom cemas berlari secepat kilat untuk menjangkauku.

Bom memapahku bangkit. “Kau baik-baik saja?” Tanya-nya ketika sudah mendudukkanku di kasur.

Lidahku kaku, hanya rembesan bening yang menjawab bahwa aku tidak sedang baik-baik saja.

Bom menyeka airmataku lalu tangannya menarik tubuhku merapat untuk menyandarkanku dibahunya.

“Menangislah, tapi setelah itu ceritakan padaku apa yang terjadi?” Pintanya memberiku seulas senyum hangat.

Aku tidak bisa menjawab hanya memberikan anggukan kecil sebagai respon atas pertanyaannya.

Kubiarkan tubuh lemahku bersandar seutuhnya pada bahu Bom. Aku menatap nanar keluar jendela kaca sambil menerawang berapa banyak aku mengalah hingga akhirnya aku putuskan bahwa kami tidak bisa bersama. Kami terlalu rapuh untuk menyadari bahwa kami akan hancur bukan tanpa alasan.

Menjalani pernikahan tidak semudah yang kubayangkan. Seharusnya dulu sebelum aku memutuskan menerima lamarannya aku memikirkan bahwa akan semakin berat dan sakit jika kami tetap memilih dunia hiburan.

Haruskah aku berhenti? Haruskah dia mengalah? Atau haruskah kami membiarkan kondisi ini selamanya begini?

Flashback

“Kau kembali menemuinya?” Aku bertanya dengan nafasku untuk mengurangi rasa sakit dibohongi.

Jiyong memandangku kosong. Tatapannya sangat menyirat kehancuran. Tapi dia tidak bergeming sama sekali.

“Aku kecewa.” Kuremas dadaku menyalurkan rasa sakit untuk yang sekian kalinya nyaris membuatku mati terbunuh karena kecewa.

“Untuk apa lagi aku bertahan?” Aku berucap lirih ketika Jiyong tidak menjawab setiap pertanyaanku.

“Dee.. A-aku-“

“Tidak Jiyong, jangan katakan apapun lagi. Aku lelah.”

Aku menangis. Menyakitkan tahu suami yang begitu aku percayai menemui gadis lain dibelakangku. Menyakitkan saat tau bahwa gadis itu gadis masalalunya. Bukan masalalu mungkin masih berlangsung hingga sekarang.

Untuk apa ada pernikahan jika dia belum mantap hidup bersamaku. Seharusnya dari awal aku sadar bahwa aku bukan untuknya, seharusnya dari awal aku mengerti bahwa dia dan Kiko bukan sekedar skandal tapi benar-benar begitu adanya.

“Aku butuh waktu.” Senyum getir mengukir diwajahku. Sakit! Ini benar-benar sakit tapi aku memang butuh berpikir jernih.

Jiyong mematung menatapku sakit dan penuh rasa bersalah, ketika kakiku membentuk langkah-langkah kecil meninggalkannya pria itu tetap terpaku membiarkanku pergi.

Flasback End

“Bom, aku ingin tinggal disini sementara waktu.” Suaraku terdengar serak.

Bom tidak menjawab. Hanya menangguk lemah. “Kau dan Jiyong baik-baik saja?” Aku tidak bisa membebani yang lain dengan masalah ini. Tentu saja aku tidak akan memilih menceritakan hal ini pada Bom. “Y-ya, kami baik-baik saja. Bertengkar dalam kehidupan rumah tangga itu hal yang biasa. Kami hanya perlu konsentrasi pada kesibukan masing-masing.” Jawabku membuat kebohongan.

“Baiklah, tapi jangan menyimpan masalahmu sendiri Dee..” Bom tersenyum.

Aku membalasnya dengan senyum tipis. Kali ini aku harus melakukan kebohongan.

Bom Pov

Dia mencoba menyembunyikannya tapi aku tidak pernah bisa kau bohongi Dara. Senyumku mengukir mencoba membuatnya yakin bahwa aku tidak tahu dan aku tidak ingin terlihat menjadi tahu karena itu akan menjadi beban baginya.

“Kau belum minum susumu? Akan kubuatkan ya.. Kasihan aegymu kelaparan karena hari ini kita sangat sibuk dan tentu saja melelahkan. Tunggulah.”

Aku meninggalkannya untuk membuat susu. Jika bukan kami maka siapa lagi yang akan peduli pada gadis itu? Suaminya? Aku tidak pernah percaya seseorang yang kami pilihkan untuk Dara sebagai yang terbaik dari banyak pria justru menyakitinya.

Aku mencoba menutup mata pada semua skandalnya tapi tadi siang? Puncak kesabaranku meletus sudah, bagaimana tidak ditempat kami dia berulah. Wanita sialan itu memang benar sial. Dia menghalalkan segala cara demi obsesinya.

Jika sampai Dara terluka lebih dari ini aku menyiapkan segala persoalan untuk melayangkan gugatan cerai pada pria brengsek ini, maka Dara kami akan jauh lebih baik.

“Bagaimana keadaannya?” Pertanyaan Chaerin membuatku terkejut. Dia berjalan disisiku membuka kulkas untuk mengambil minum dingin.

“Dia hancur Chae, tapi tentu saja dia akan menutupi itu dari kita.” Aku membawa gelas susu untuk menuju kamar Dara tanpa perlu mendengarkan respon CL.

Aku membuka pintu kamarnya dan lagi-lagi aku mendapati pemandangan menyedihkan. Tubuh kecil Dara meringkuk diranjang sesekali bergetar terisak. Aku sakit melihatnya seperti ini.

Ya Tuhan.. Tidak pernah aku melihatnya sehancur sekarang setelah hampir bertahun-tahun kami menjalani hidup bersama. Aku mengangkat wajahku membendung airmata yang mendesak dipelupuk. Aku tidak boleh menjadi lemah. Karena aku harus menguatkan dia sekarang.

“Dee.. Minumlah, kandunganmu perlu nutrisi.” Suaraku bergetar. Kuletakkan nampan susu dimeja sebelah ranjang.

“Aku akan keluar. Kau minum susunya baru setelah itu kau istirahat.” Pamitku mengelus rambutnya menatap iba tubuhnya yang membelakangiku.

Aku berjalan menuju pintu kamar saat suaranya terdengar memanggilku.

“Bomie..”

Aku berhenti sebentar diambang pintu.

“Terimakasih.” Lirihnya tanpa berbalik kearahku.

Aku menghela nafas. “Ne, kita harus istirahat dan kau juga.” Jawabku menutup pintu kamarnya perlahan.

***

Author Pov

Mata Seungri menyipit melihat Jiyong yang menyenderkan kepalanya ke meja sambil meracau tak jelas. Sebelah tangannya menggapai keatas entah apa maksudnya. Seungri hanya berpikir mungkin Jiyong tengah melakukan dance tangan.

“Hyung, berhentilah minum.” Seungri menyambar botol terakhir yang hendak diraih Jiyong. Mata pria itu merah, bau alkohol dari mulutnya sudah sangat menyengat.

“Aku haus maknae, apa kau tega membiarkanku begini? Dia sudah tidak mencintaiku lagi, bagaimana jika dia memintaku menceraikannya?” Racau Jiyong membuat mulut seungri terbuka lebar. Apa yang dikatakan Jiyong menyiratkan bahwa dia sedang bertengkar dengan Dara. Tau bagaimana kacaunya Jiyong ketika sudah bertengkar dengan Dara Seungri berinisiatif membawa hyungnya pulang saja.

“Kau sudah mabuk, sebaiknya kita pulang.” Seungri menahan tangan Jiyong yang menggapai kearah bartender.

“Aku belum mau pulang bo-doh!” Maki Jiyong meninju lengan Seungri.

“Dara noona akan mengkhawatirkanmu. Apa hyung tega membuatnya menunggumu pulang selarut ini dalam keadaan mabuk?” Geram Seungri saat Jiyong masih tidak mau pulang.

“Dia ti-dak dirumah.” Jiyong bersendawa membuat aroma alkohol menyebar kewajah Seungri nyaris membuatnya muntah.

Kehabisan akal akhirnya terpaksa Seungri meminta beberapa staff menggotong tubuh Jiyong ketika keluar club menuju parkiran. Beberapa orang didepan parkiran sempat mengabadikan foto Jiyong.

Seungri tercekat, ini tentu saja akan heboh besok. Akan semakin kacau dan tentang pertengkarannya dengan Dara noona semakin jelas. Inilah kelemahan Jiyong ketika tengah bertengkar dia akan melakukan hal-hal konyol di semua akun sosial medianya dan dia akan pergi bersenang-senang untuk mengurangi beban pikirannya.

“Kami akan pulang keapartemen Bigbang.” Seungri berkata pada sopir mereka untuk mengantarkan mereka ke apartemen Bigbang.

***

YoungBae Pov

Dara berlari ketika dia mendapati Kiko bersama Jiyong. Jelas sudah Dara terluka dan Jiyong seperti tidak pernah mencoba untuk berhenti melukainya.

Kurasakan kepalaku berdenyut kupikir aku mengharapkan dia bahagia dengan pilihannya hingga perlahan mundur teratur melepaskan dia.

Tapi orang seberuntung Jiyong tidak bisa dikatakan layak mendapatkan Dara. Andai saja ini bukan dalam sebuah pernikahan aku mungkin bisa masuk dan merebut sesuatu yang memang seharusnya akan lebih baik menjadi milikku.

Tapi Dara adalah istri Jiyong, mau tak mau aku harus sadar bahwa bagaimanapun mereka suami istri, memiliki masalah sendiri dan aku tidak berhak ikut campur.

***

Dara Pov

Kami berempat menikmati sarapan pagi ini dalam diam, aku menyuapkan makanku perlahan-lahan. Bom berkutat dengan kuku-kunya, Chaerin heboh dengan ponselnya sedangkan Mingkki yang duduk disebelahku makan dengan tenang.

Mataku menerawang. Sedang apakah dia pagi ini? Apakah sudah makan? Tidur dimana dia? Semoga dia baik-baik saja. Rasanya keadaan ini tidak pernah merasuki pikiranku. Terlalu sulit aku berdiri mendampinginya, tapi haruskah aku menyerah?

Memiliki Jiyong, mempunyai mertua seperti eomma dan appa Kwon juga seorang kakak ipar yang baik seperti Dami unnie membuatku merasakan indah keutuhan keluarga. Aku senang menjadi bagian dari keluarga mereka.

“OH MY.. Jiyong oppa!” Teriak Chaerin memecah keheningan.

Kami bertiga spontan menatap gadis itu penasaran.

“Apa yang terjadi?” Tanya Bom mendahuluiku. Dahiku mengernyit kenapa Bom lebih antusias dariku?

“Jangan katakan berita itu tentang sadako! Aku bersumpah akan memotong leher si jal*ng itu!” Tangan gadis jagung itu terkepal membuatku meringis.

“Jiyong oppa mabuk!” Minzy menyela, menyerahkan ponselnya padaku. Aku meraih ponsel Minzy dan detik itu juga mataku tertumbuk pada gambar sebuah parkiran club dimana Jiyong digotong oleh para staff menuju mobilnya.

“Dara, inikah yang kau katakan kalian baik-baik saja?” Pertanyaan Bom membuat kepalaku berdenyut seketika. Dia selalu begitu dan aku merasa aku seperti pemicu kebiasaannya minum. Jiyong akan menjadi labil ketika sedang bertengkar denganku.

“Y-ya, kami memang baik-baik saja.” Jawabku gugup.

“Aku tau semuanya Dee! Apalagi yang coba kau tutupi? Kau tidak percaya pada kami? atau kau merasa kau kuat hingga tidak butuh kami lagi?” Tuding Bom dengan kemarahan tertahan membuatku merasa seperti maling jemuran tertangkap basah.

“Bu-bukan begitu Bomie, kami memang sedang tidak akur tapi bukan masalah besar kok.” Jujur aku tau mungkin Bom tidak akan bisa tertipu dengan apa yang keluar dari mulutku karena dia jelas mampu melihat jauh kedalam mataku.

“KAU BOHONG!” Geram Bom terdengar kasar.

“Unnie..” Sergah Chaerin melerai.

“Kenapa dia harus teler seperti itu? Semakin mempertegas kalau kalian bermasalah. Aku pikir dia begitu karena perselingkuhannya denga Kiko sudah terbongkar.” Komentar Bom tidak peduli.

“Unnie, mungkin oppa begitu frustasi melihat Dara unnie meninggalkannya.” Bela Chaerin tak setuju dengan perkataan Bom.

“Frustasi? Dia bahkan lebih membela si jal*ng itu daripada memikirkan perasaan istrinya!” Bom melotot kearah Chaerin.

Aku menghela nafas letih melihat orang lain memiliki asumsi berbeda dengan keadaan yang menimpa kami.

“Bomie-ah..” Desisku mencoba menyurhnya berhenti, aku tidak ingin Chaerin ataupun Minzy tau hal ini.

“Kenapa? Kau mencoba menutupi kebusukan suamimu sekarang? Aku sudah tau semuanya Dara-ya! Dan aku jugalah yang menghajar si kurus itu. Tapi suami sialanmu itu justru melindunginya. Tidak berguna!”

Jangan tanya apa reaksiku. Terkejut? Tidak. Aku shock lebih tepatnya. Bagaimana bisa Jiyong melakukan hal itu didepan Bom? Tidak cukupkah cuma aku yang tau bahwa dia bersikap begitu melindungi Kiko? Kenapa harus dia perlihatkan kepeduliannya pada Kiko didepan Bom?

Aku melindunginya tapi apa yang bisa kulakukan jika Bom melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa skandal Jiko itu nyata.

“Unnie kendalikan amarahmu.” Desis CL melirik kearahku. “Jangan dengarkan Bom unnie, Oppa tidak mungkin melindungi Kiko.” Chaerin mengelus bahu.

“Ne unnie, oppa juga sangat mencintaimu dan calon bayi kalian.” Minzy bersuara, tangannya mendarat diperutku menunjuk bahwa ada mahluk hidup didalam sana yang tentu saja sangat di cintai Jiyong.

“Aku tidak percaya kau masih membela suamimu setelah dia lagi-lagi menyakitimu.” Bom melengos. Bangkit dari duduknya lalu meninggalkan kami.

Pandanganku buram tertutup butiran bening yang sedari tadi kutahan.

Jiyong kenapa begini? Kenapa aku harus kembali merasa terluka?

***

Author Pov

Jiyong mengerjapkan matanya saat Seungri membuka jendela kamar hingga sinar matahari tepat menerpa wajahnya.

Kepalanya masih berdenyut saat memaksakan tubuhnya bangkit. Pandangannya sedikit demi sedikit bisa mengenali dimana dia sekarang.

Bukan kamar mereka. Tidak ada Dara, tidak ada foto pernikahan mereka yang seperti biasa menyambutnya ketika dia baru membuka mata.

“Aku harus membiarkan tubuhku remuk dipelukanmu semalaman karena kau mengigau membayangkan tubuhku adalah tubuh Dara noona.”

Suara cempreng Seungri membuatku sadar sepenuhnya bahwa memang aku tidak berada dikamar kami.

“Hyung..” Seungri kini berada tepat disebelahku, memberiku tatapan iba. Aku benci itu, benci ketika orang lain mengasihaniku.

“Kau sebaiknya meminta maaf pada noona, jelaskan semuanya baik-baik. Mintalah Kiko bekerja sama untuk membuat Dara noona percaya.”

“Bagaimana kau tau?” Aku terkesiap kaget.

What? Bagaimana dia tau masalah yang menimpa kami? Aku tidak pernah menceritakan hal ini kecuali pada YoungBae, juga tentang Kiko yang sering kali mengusik kehidupanku.

Seungri tertawa kecil sebelum memulai bicara. “Kau mungkin tidak akan percaya bahwa kau mengatakan semua masalahmu ketika kau mabuk. Aku bersyukur membawamu keapartemen Bigbang hingga semua rahasia itu hanya aku yang dengar.”

Aku mendelik. Apa maksud panda ini.

“Aku tidak akan bercerita jika tidak ditanya.” Kilahku menatapnya tajam.

“Memang.” Senyum Seungri mencurigakan. “Tapi aku cuma bertanya tentang perasaanmu ke Dara noona. hanya saja kau menceritakan hal lain lagi yang menjurus ke-“

PLAK

Aku sudah menempeleng kepala si panda yadong itu. Aku berharap tidak ada yang keluar dari mulutku tentang urusan ranjang kami.

“BWAHAHAHAHA..” Tawanya menggelegar. Aku menahan nafas untuk menurunkan emosiku. Bahkan sebelum dia memberitahu apa yang kukatakan itu sudah membuatnya terpingkal geli.

“Mau tau apa yang kau katakan tentang Dara noona?” Tawar Seungri disela tawanya. Mata sipitnya mengecil.

Aku melemparinya tatapan curiga. Apa yang pria yadong ini ketahui memangnya? Jangan harap dia bisa mengarang untuk memperdayaku. “Jangan mengarang.” Geramku mengacungkan tangan kearahnya.

“Aniya, aku serius kau memang menceritakan ini padaku.” Kilah Seungri cepat. Sebelah alisnya dinaik-naikkan untuk menggodaku.

Sabar Ji.. Ku sugesti otakku untuk tidak terpancing oleh Seungri.

“Babe, aku tau aku salah, Tapi itu tidak benar-benar sama seperti yang dikatakan orang. Aku tidak selingkuh, Tolong maafkan aku. Jika kau memaafkan aku, maka aku janji tidak akan brutal lagi di ranjang. Aku mencintaimu babe..” Suara Seungri ketika mengucapkan itu membuatku ingin muntah.

“YA!” Ketika tanganku hendak melayang kekepalanya dia sudah lebih dahulu berlari meninggalkanku.

Apa mungkin benar seperti itu yang kukatakan? Tapi bagaimana Seungri bisa mengarang begitu sempurna tentang kebrutalan yang kerap kali diprotes Dara.

Panda itu membuat moodku buruk pagi ini tapi nyatanya memang moodku tidak bagus sejak kemarin. Sejak Dara memergokiku bertemu dengan Kiko. Sejak pertengkaran kami, dan akhirnya dia memilih pergi ke dorm 2NE1 meninggalkan apartemen kami.

Aku meraih ponselku untuk mengecek apakah dia menghubungiku, atau dia membuat sesuatu di akun sosial medianya. Tapi tidak ada yang kutemukan. Kalian tau gadisku? Dia memiliki kebiasaan menutup diri, menghilang ketika ada masalah. Gadis yang baik. Tapi justru membuatku semakin merasa bersalah.

Jam di dinding menunjukkan hampir pukul 10 pagi. Aku harus mandi untuk ke YG building. Setidaknya aku bertemu dengan Dara disana untuk menyelesaikan masalah kami.

***

Kiko Pov

Cinta?

Persetan dengan kata itu. Tentang perasaan itu! Aku membencinya. Mungkin sangat. Dan aku akan tetap menghancurkan mereka, tidak adil jika hanya aku terluka karena hal ini.

Sekian kalinya panggilanku ditolak. Jiyong brengsek! Kegigihannya membuatku semakin penasaran. Tidak mudah menemuinya di YG tapi apa boleh buat aku memang perlu pergi ke gedung itu untuk menyelesaikan urusan ini. Aku tidak berpikir untuk berhenti.

Langkahku terhenti saat mendapati sosok Dara memandangku dari kejauhan. Aku menyipitkan pandangan. Itu benar Dara!

Dia benar menemuiku? Aku tidak percaya gadis kecil itu punya keberanian. tapi ketika merasa miliknya terancam seseorang tentu akan mempertahankannya. Dara tentu saja tidak akan membiarkanku merebut sesuatu yang memang sudah menjadi hak patennya.

Itu membuatku semakin kacau. Mereka berdua saling memiliki dan saling mempertahankan.

Dia melangkah kearahku. Semakin dekat dan wajahnya menghiasi bola mataku. Cantik.

Aku mendengus! Dia memang memiliki kecantikan diatas rata-rata untuk gadis berusia 30tahun. Sial! Siapapun tidak akan percaya gadis itu lebih tua enam tahun dariku mengingat wajahnya yang tetap seperti remaja belasan tahun.

Wajar jika pria brengsek itu memilihnya lalu meninggalkanku. Meninggalkan? Aku bahkan tidak yakin kami benar-benar terikat hubungan cinta mengingat dia memacari Dara sejak gadis itu menandatangani kontrak di YG entertaiment.

***

To be continue..

Note :  Selama aku menjadi author aku mungkin bukan type author yang suka ngecekin koment2 kalian entah kalian ada yang ngerti atau tidak, atau yang merasa kurang cocok dan mengkritik tulisan saya terkadang suka terlewatkan.

Inilah kemampuan saya menulis. Sangat terbatas memang. Basic saya bukan penulis, Saya sama seperti kalian kok mungkin yang membedakan saya rajin menuangkan apa yang terlintas dikepala saya menjadi sebuah tulisan sementara kalian bisa memikirkan mungkin ide cerita yang lebih baik tapi agak males menulisnya.

Untuk yang merasa tidak nyaman dengan cerita ini. Khususnya chapter sebelumnya karena ada sedikit kesalahanku mengedit sehingga terkesan bahwa dalam cerita kali ini DG kembali menyembunyikan hubungan mereka. Aku sadar salahku tidak teliti mengedit atau pikiran readers yang sudah membacanya masih terpaku pada isi cerita ff (khusus chapt 4) itu dibuat pada awalnya.

Untuk yang mengkritik, aku akan perbaiki tulisanku. Hanya saja jangan menuntut lebih. Inilah yang mampu kutulis dan tidak bisa dipaksakan agar sama dengan apa yang anda pikirkan. Jika tidak suka cukup berhenti membaca. Terimakasih.

<< Back  Next >>

64 thoughts on “My Chosen Wife #5

Leave a comment