Showdown [Part 2] : Black Death

showdown

Author             : VA Panda
Lenght            : Series
Genre              : Thriller, Mystery

-Black Death-

Sandara mengeratkan cengkramannya pada boneka kelinci itu. Bila diingat dari penyekapan yang pernah ia lalui bisa dipastikan bahwa gadis itu akan lebih sulit mempercayai oranglian, termasuk inspektur kepolisian, Yang Hyun Suk.

“Dee, ini Paman Hyun Suk, jangan khawatir orang ini memang benar orangnya.” Chaerin menenangkan Sandara dengan suara lembut.

Sandara sejenak menoleh kearah Chaerin, menatap kedua mata sipitnya yang menyejukan baginya untuk dirinya.

“Maafkan Saya jika Saya sebelumnya merasa ragu,” ucap Sandara yang kemudian memberikan boneka kelinci itu kepada Hyun Suk.

Mereka masih berada di ruang tamu kediaman Hyun Suk, saat Jiyong mengabari pamannya, Hyun Suk bersama dengan Woo Bin dan TOP beserta anak buah mereka segera mengendarai mobil untuk menemui Sandara Park, satu-satunya orang yang menghabiskan waktu bersama Profesor Lee sebelum ledakan itu terjadi.

“Paman, menurut pendapatku, ayah menyembunyikan sesuatu di dalam tubuh boneka itu. Aku sangat yakin, karena sewaktu kecil Aku dan Ayah selalu bermain permainan menyembunyikan rahasia yang ditaruh dimanapun, sempat suatu hari ayah menaruh kamera yang berbentuk kancing yang dijahit pada bonekaku untuk mengintai ruangannya. Tapi kali ini Aku rasa bukan kamera atau apapun yang ada di luar boneka itu, mungkin ada di dalam isi perut si boneka.”

Sesuai dengan pernyataan Chaerin, Hyun Suk mulai merobek isi perut boneka itu dengan hati-hati. Matanya terperanjat saat melihat benda berukuran sedang yang terbungkus oleh kain berwarna merah di tengah kapas dalam boneka itu.

Semua pasang mata yang berada di sana memfokuskan pada benda yang dipegang hati-hati oleh Hyun Suk menggunakan sarung tangan.

Dengan pasti Hyun Suk membuka benda itu dan melepaskannya dari kain merah tadi, “Ini sebuah pesan.” Kata Hyun Suk, “Lee Joon cek CD ini dalam laptopmu,” serunya.

Lee Joon dengan sigap melakukannya, “Pak, ini ada kata sandi.” Balas Lee Joon.

“Nona Sandara kau tahu kata sandinya ?” tanya Hyun Suk merujuk pada Sandara yang terduduk di sofa.

“Aku tidak tahu, Paman Lee tak pernah menceritakan ini padaku.” Jawab Sandara.

“Chaerin ?”

“Akupun demikian, Paman.”

Hyun Suk dengan para penyelidik lainnya masih tersibukkan dengan kata sandi di CD itu, sedangkan Jiyong bergelut dengan pikirannya, ‘mungkinkah kalau…..’ batin Jiyong menduga. Jiyong mengambil kain merah tadi yang tergeletak di lantai. Chaerin hanya menatapnya dengan aneh gerak-gerik dari Jiyong namun masih terpaku di tempat duduknya bersama Sandara.

Jiyong menatap lekat pada kain merah. Matanya menajam saat dilihat adanya bekas tulisan tipis pada kain tadi.

Masih dengan kain merah yang pegang, kini mulai ia sorotkan pada senter LED.

“Sesuai dugaan,” ucap Jiyong dengan riang mengagetkan yang lain.

“Jiyong ? Apa yang kau temui ?” tanya TOP mendekatinya.

“Begini, detektif Choi, kukira Tuan Lee sangat ikut perkembangan remaja seusiaku.” Balasnya dengan senyuman cerah.

“Maksudmu ?” tanya Hyun Suk terlihat mengernyitkan dahi.

“Ini,” balas Jiyong menunjukkan kain tadi dan senter LEDnya. “Ada gunanya seorang teman mengajariku untuk menggunakan ini.” Sambungnya.

“Bukankah itu alat untuk mencatat melihat rumus yang tak terlihat,” ujar Sandara lalu sebuah kemungkinan tiba-tiba muncul di otaknya. “jadi..” Duga Sandara yang langsung tersenyum cerah seperti Jiyong sebelumnya.

“Ya, Tuan Lee menyiratkan kata sandinya ditulis dengan magic pen yang biasa anak seusiaku pakai.” Balasnya dengan tawa kecil.

“Ya, Oppa ! Kau cerdas, tapi kau menggunakan itu dasar licik,” geram Chaerin kesal.

“Hey, aku tidak menggunakan alat ini untuk hal seperti itu,” elak Jiyong. “Kembali pada kata sandi tadi. Kata sandinya adalah mitologi.”

“MITOLOGI ?” Teriak beberapa orang tak percaya, dan menduga pasti ada hubungannya dengan isi dalam CD ini.
Jiyong terlonjak mendapati balasan dari seluruh orang diruangan ini. Mitologi ? Lalu apa salahnya dengan kata itu? pikir Jiyong.

“Paman Lee sangat mengagumi mitologi kuno, aku yakin isi dalam CD ini bersangkutan dengan itu.”

Tanpa fikir panjang Lee Joon langsung menuliskan kata sandi tadi dan mulailah terlihat data-data juga sebuah video.

“Ayah,” suara Chaerin terdengar bergetar.

Hyun Suk, Aku harap kau sudah mendapatkan ini dari Dara dan mungkin aku tidak ada di tempat kalian sekarang. Hyun Suk tentang pemberontakan yang kau ceritakan padaku di musim dingin lalu, setelah kejadian itu Aku menyadari bahwa ada orang yang selalu memantau gerak-gerikku di Italia saat aku mencoba membantumu menyelidiki kasus ini. Dan aku telah memiliki dugaan sementara bahwa mereka adalah para pasukan Cheukshin(1) yang didirikan untuk membalas tindakan dewa Cheonjiwang(2). Hyun Suk, mereka harus segera dihentikan sebelum membuat Korea Utara melemparkan keputusan perang terhadap kita. Chaerin akan datang ke Seoul dan akan membantu penyelidikan ini bersama Sandara. Satu hal lagi, sampel darah yang kau kirimkan tempo lalu padaku telah aku analis dan hipotesisku adalah tujuan mereka akan membuat keonaran yang merujuk pada keselamatan masyarakat lain. Aku telah memasukkan data hasil penelitianku. Hyun Suk semoga berhasil.

“Ayah,” Chaerin terisak dengan mengeluarkan airmata yang cukup deras saat melihat video itu.

Sandara yang berada disebelahnya mencoba mengelus bahunya menyadarkan Chaerin bahwa Sandara akan selalu ada di sampingnya.

“Chaerin, Paman Lee telah melakukannya dengan sangat baik.” bisik Sandara kecil.

“Apa maksudnya Cheukshin dan dewa tertinggi dalam pesan yang disampaikan Profesor Lee ?” tanya Lee bingung yang tersirat dari alisnya yang saling bertautan.

“Itu adalah mitologi korea kuno, aku sempat mempelajari tentang mitologi ini. Cheukshin adalah seorang wanita yang diasingkan oleh dewa tertinggi. Itulah yang aku ketahui tentang mitologi Cheukshin,” ujar Lee Joon panjang lebar.

“Tapi apa hubungannya dengan para pemberontak itu ?” bingung Hyun Suk.

“Mungkin saja, kalau Cheukshin berwujud wanita. Besar kemungkinan maksud ayah adalah ia telah menduga bahwa ada seorang wanita yang mengetuai segala tindakan pemberontakan itu, dan mungkin ia melakukan ini karena pembalasan dendam. Seperti cerita pada kisah Cheukshin yang diasingkan oleh raja tertinggi.” Tanggap Chaerin.

“Apa yang dikatakan Chaerin ada benarnya. Lee Joon coba perlihatkan data lain yang Profesor Lee berikan !” Seru TOP.

“Baik, Pak.”

Mereka semua berharap hal yang sangat baik, setidaknya kerja keras Tuan Lee selama ini dapat membuahkan hasil dan kemudian akan mereka tindak lanjuti dalam penyelesaian kasus ini.

“Aku rasa ini hasil riset dari Profesor Lee.” Curiga TOP.

Sandara menengok pada data yang tersaji dilaptop itu. ” Yersinia pesis(3) adalah penyebab terjadinya black death(4), banyak yang mengkhawatirkan bahwa akan digunakan oleh para teroris kelak, tapi ternyata para pemberontak itu telah merencanakan ini semua!”

“Jadi apakah mereka berencana untuk kembali menimbulkan wabah ini lagi untuk melancarkan semua yang telah mereka rencanakan ? Begitukah Nona Sandara ?” Tanya TOP

“Aku belum bisa setuju dengan hal itu 100%, namun sepertinya ada kemungkinan demikian. Tuan Hyun Suk sudah sampai mana penyelidikan Anda selama ini ? Kita harus segera menghentikannya dan mengetahui di mana persembunyian para pemberontak itu.” Tutur Sandara.

“Sandara benar Paman, dan kita jangan banyak menghamburkan waktu.” Tambah Jiyong.

Hyun Suk menganggukkan kepala.

“Inspektur, bolehkan Saya mengintrogasi saksi yang kemarin dari kasus ini lagi ?” Tanya TOP.

“Baiklah, sore ini kita akan menemuinya, dia seorang pianis dan malam nanti dia berada di gedung pertunjukan. Sebelum acara dimulai kita akan mengintrogasinya terlebih dahulu.” Jelas Hyun Suk mengetuai. “Chaerin dan Nona Sandara kalian bisa istirahat sejenak karena kalian baru pulang dari Paris dan Aku akan pergi kembali ke kantor,” lanjut Hyun Suk. “Jiyong mulai saat ini kau ikut dalam dalam anggota penyelidik.”

*****

Hyun Suk dan anggotanya termasuk Jiyong, Chaerin dan Sandara tengah berada di gedung tempat pertunjukan pianis bernama Jung Hyun itu yang merupakan seorang saksi yang selalu memberi informasi pada kepolisian. Mereka mulai mengintrogasinya yang dikhawatirkan bagian dari para pemberontak karena memberikan bukti yang ganjil dengan foto yang terambil dari kamera sisi TV.

“Apalagi yang kau ketahui tentang peristiwa ledakan di Italia ? Dan apa alasan kau berada di Italia ?” Tanya TOP kepada si saksi tersebut.

“Sebenarnya yang aku ketahui telah aku berikan semuanya kemarin. Dan Aku pergi ke Italia tentu untuk menggelar acaraku sendiri disana, tapi waktu itu kebetulan aku singgah ke tempat festival. Ada lagi yang ingin Anda ketahui ?” Tuturnya sembari menengok jam tangannya, “sebentar lagi acaraku akan dimulai, dan aku memerlukan latihan, bisakah aku meminta waktu untuk pergi ke panggung ?” tanya Jung Hyun.

“Baiklah, maaf menyita waktumu.” Ujar Hyun Suk.

“Tapi Pak inspektur! Ada hukuman yang akan diberikan jika seorang saksi berbohong atas nama hukum!” cegah TOP.

“YA! Apakah Detektif sudah beralih menjadi seorang jaksa ataupun Hakim?” kesal Jung Hyun dengan menggebrak meja.

“TOP lakukan, aku hanya tak ingin para penggemarnya geram karena tak dapat menyaksikan acaranya yang memukai dengan baik.” Tegas Hyun Suk.

Jung Hyun berlalu dan Chaerin juga Sandara dibuat tercekat oleh keputusan Hyun Suk. Sama halnya dengan Jiyong ia hanya sibuk berpendapat dengan dirinya sendiri saat mendapati segurat senyum licik dari pianis itu.

“Paman, bagaimana bisa membiarkannya pergi begitu saja ? Bukankah Tuan detektif dan Paman sendiri menaruh kemungkinan kalau pianis itu bagian dari pemberontak.” Tegas Chaerin dengan kesal.

“Bukan begitu Chaerin, Paman tidak ingin berbuat gegabah dan…”

“Chae,” desis Sandara kecil dengan wajah panik. “Aku melihatnya, tanda di lehernya.” Lanjutnya yang langsung dilakukan dengan tindakan Jiyong yang berlari mengejar orang tadi, sedangkan Hyun Suk dan anak buahnya yang lain dibuat kebingungan.

“Dee, apa dia salah satu dari mereka ?” tanya Chaerin.

“Bisakah kalian jelaskan apa maksud dari yang kalian bicarakan ini ? Kukira aku perlu mengetahuinya.” Ujar TOP dengan mata yang menyipit.

“Detektif Choi sebagian dari anggotamu kukira harus menjemput Jiyong.” Kata Chaerin.

*****

Jiyong berlari dengan terburu-buru, dengan kata-kata Sandara tadi dia langsung menyimpulkan bahwa orang itu adalah salah satu dari mereka. Di lorong dengan lampu yang sedikit redup, ia terus berlari walau berulang kali pula ia telah melewati tempat ini. Langkahnya tiba-tiba terhenti pada sebuah pintu yang terdengar suara melodi piano di dalamnya. Sejenak ia berfikir mungkin Jung Hyun ada di sini, tanpa berlama-lama ia langsung mendorong pintu dan langsung terjatuh ke lantai saat melihat Jung Hyun telah tak bernyawa dengan luka tusuk di punggungnya. Bau amis darah langsung menyerbak bersamaan angin yang terbawa dari pintu jendela yang terbuka tepat di samping kiri letak piano itu.

“Jiyong apa yang…” Lee Joon tak menyelesaikan perkataannya sama, matanya membulat sedangkan Jiyong masih dalam posisinya terduduk pada lantai.

“Aku akan memanggil Detektif Choi.” Sambung Lee Joon.

Jiyong mulai berdiri saat Lee Joon pergi memanggil yang lain, dia mendekat dan mendapati sebuah tape recorder yang masih terpasang di sana.

“Dia sudah meninggal,” ujar Jiyong saat tak mengecek nadi Jung Hyun yang tak berdenyut.

“Jiyong apa yang terjadi ?” Tanya Hyun Suk.

“Aku mencari Jung Hyun selama 30 menit, sebelumnya pintu ini terkunci tapi kedua kalinya aku melewati lorong ini tiba-tiba terdengar suara piano dan pintu ini sudah terbuka dan aku menemukannya sudah tidak bernyawa.” Jelas Jiyong.

“Apakah suara piano itu dari tape recorder yang kau pegang itu ?” Tanya detektif Choi.

“Lee Joon panggil pemeriksa mayat!” Intruksi Hyun Suk.

Beberapa dari tim penyidik memotret ke arah mayat Jung Hyun termasuk detektif Choi.

“Aku salah jalan,” bisik Hyun Suk kecil.

Jiyong kini menggunakan sarung tangannya mulai meneliti tape recorder, dia menekan tombol untuk mengulang suara di dalam tape itu tapi tak terdengar suara melodi piano.

“Paman, kukira pelaku pembunuhan ini mengatur waktu pemutaran melodinya pianonya. Saat suara kosong kemungkinan digunakan pelaku untuk membunuh,” duga Jiyong.

“Jiyong tapi jendela terbuka mungkinkah pelakunya melarikan diri ? Aku akan mecoba mencari jejaknya.” Tawar Sandara.

Belum sempat Jiyong menghentikannya namun Sandara sudah lepas dari pantauannya,

“Chaerin kejar Sandara aku khawatir kalau pelakunya termasuk dari para pemberontak dan akan kembali menyekap Sandara.”

“Ne, Oppa.”

Para penyelidik masih tersibukkan dengan mayat Jung Hyun hingga akhirnya pemeriksa mayat mulai mengambil alih pemantauan dari mayat tersebut. Woo Bin namanya jelas tertera pada bajunya.

“Suzy ambil tes darahnya dan simpan.” Seru Woo Bin pada asistennya.

Gadis itu dengan sigap melakukannya dan setelah tugas mereka selesai mayat tersebut dibawa untuk diotopsi.

“Inspektur, Saya akan membawa mayat ini untuk diotopsi dan Saya akan mengabari Anda.” Ujar Woo Bin, “saya menduga ada penyebab lain dari kematian ini, karena mayat tidak terlalu banyak mengeluarkan darah, jadi ada kemungkinan dia meninggal bukan karena kekurangan darah.” Tambahnya.

“Ne, Aku tunggu kabar darimu dan Aku harap kau dapat membantu.” Balas Hyun Suk.

“Tolong tempat ini lindungi dengan garis polisi.” Pinta Hyun Suk pada anak buahnya. Handphoe Jiyong tiba-tiba berdering denga nyari hingga membuat tiap pasang mata mengalihkan pandangnya kearah Jiyong.

“Ada apa Chae ? Apa ? Sandara ? Baik aku aku melacaknya dari alatku.” Kata Jiyong saat menerima telepon dari Chaerin.


To be continued…


 Note :
1. Berasal dari mitologi Korea.
2. Berasal dari mitologi Korea yang merupakan dewa tertinggi.
3. Nama bakteri yang tersebar oleh lalat dengan bantuan hewan lain.
4. Disebut juga dengan Wabah hitam, suatu pandemi hebat yang pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14. Wabah serupa pernah terjadi di Italia pada tahun 1629-1631 dan berhasil dimusnahkan.

<<back next>>

41 thoughts on “Showdown [Part 2] : Black Death

  1. Wow seru bgt ceritanya di bikin penasaran, inspektur hyun suk salah ambil keputusan, semua karakter terlihat chic dan sesuai…
    Semangat bgt baca ff ini
    Next:-)

  2. Makin seru dan maki menegangkan, kasusnya juga makin rumit. Semangat buat para detektifnya dan Semangat juga buat authornya…:D

Leave a comment