An Unexpected Love [Chapter 1]

An-Unexpected-Love

Author : Atyka Yoonique

Fb/twitter/blog : Atyka Ishmah Winahyu/@AtykaYoonique/atykayoonique.com

Genre : Romance, comedy.

Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong, Park Bom, Choi Seunghyun, Sullu, Jung Il Woo, etc.

———————————————————————————————————

Disuatu sore di sudut kota Seoul, seorang namja sedang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya melayang pada kejadian yang baru saja ia alami.

Flashback

“Dengarkan ayah, Ji! Kau adalah putra ayah satu-satunya. Kau adalah pewaris tunggal seluruh harta kekayaan ayah. Kau adalah satu-satunya generasi penerus ayah. Jadi tolong dengarkan ayah!” ucap seorang pria yang tak lain adalah ayah Jiyong.

“Aku tau ayah ingin yang terbaik untukku. Tapi ayah tidak mengerti. Tolong jangan paksa aku! Aku sudah dewasa dan aku tau yang mana yang baik untukku!” ucap Jiyong semakin emosi. Tatapan matanya begitu menusuk.

“Tidak! Ayah tau, yang mana yang terbaik untukmu! Ayah tidak mau nasibmu seperti ayah. Dulu ayah membantah perkataan kakekmu dan pergi dari rumah hanya untuk mempertahancan cinta ayah pada ibumu. Tapi, kau bisa lihat apa yang terjadi sekarang? Ibumu meninggalkan ayah bahkan ketika kau masih kecil!” tegas tuan Kwon. Meski ucapannya begitu tegas, namun samar terdapat kesedihan didalamnya.

“Aku mengerti perasaan ayah. Tapi tolong jangan paksa aku. Aku tidak mencintainya!” ucap Jiyong berusaha meyakinkan ayahnya.

“Tidak Ji, keputusan ayah sudah bulat. Ayah akan urus pertunangan ini secepatnya. Menurut ayah dia yang terbaik untukmu. Lagipula ia memang mencintaimu, tidak mungkin ia akan meninggalkanmu seperti ibumu meninggalkan ku. Jadi menurutlah.” ucapnya semakin tegas. Perlahan tanpa ia sadari volume suaranya semakin meninggi.

“Tidak ayah. Aku tidak akan pernah menyetujui pertunangan ini sampai kapanpun. Aku tidak mencintai Sulli! Camkan itu!” tegas Jiyong kemudian bergegas meninggalkan ruang kerja ayahnya. Ia sudah terlalu lelah berdebat. Sesungguhnya ia tak ingin menyakiti hati ayahnya, tapi ia benar-benar tidak bisa jika harus memaksakan hatinya.

“Jika kau tidak mendengarkan perkataan ayah, itu artinya kau ingin ayah mati!” tuan Kwon berteriak dari dalam ruang kerjanya berharap Jiyong mendengarnya.

Jiyong berlari semakin kencang meninggalkan ruangan itu. Rasa putus asa tergambar jelas dimatanya.

Flasback End

 

“HAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH!!!!!!” Jiyong berteriak sekencang-kencangnya. Mencoba mengusir rasa putus asa yang kini sedang menghujamnya.

Pikirannya kembali melayang pada kejadian beberapa tahun silam.  Ketika ia diusir oleh ibu kandungnya sendiri saat ia masih duduk dibangku sekolah.

Flasback

 “Maaf tuan, nyonya tidak bisa bertemu dengan anda. Beliau sedang sibuk” ucap seorang wanita paruh baya yang merupakan pegawai di rumah yang tak lain adalah rumah ibu kandung Jiyong dan keluarganya yang baru.

“Apa yang sedang ia kerjakan? Katakan padanya aku akan menunggunya” ucap Jiyong tetap bersikeras ingin bertemu dengan ibunya.

“Emm, baiklah. Sebentar akan saya sampaikan” Kata wanita paruh baya itu kemudian ia kembali masuk kedalam rumah majikannya.

Setelah beberapa menit masuk kedalam rumah, kemudian wanita paruh baya itu pun keluar.

“Maaf nyonya tidak ingin bertemu dengan anda, jadi tolong pergilah sekarang juga” kata wanita itu sedikit mengeraskan suaranya.

“Sudah kukatakan ada hal penting yang ingin kubicarakan dengannya” Jiyong tetap memaksa.

“Maaf tuan, tapi nyonya tidak ingin bertemu dengan anda. Pergilah sekarang” kini wanita itu mencoba mendorong Jiyong. Berharap Jiyong akan menyerah dan pergi dari rumah itu.

“Apa alasannya sampai ia tidak ingin bertemu denganku” tanya Jiyong mulai emosi.

“Maaf saya tidak tau tuan, nyonya hanya mengatakan tidak ingin bertemu dengan anda. Tolong tuan, saya mohon pergilah sekarang” ucap wanita itu terburu-buru. Kemudian membalikkan badan menuju kedalam rumah. Namun saat wanita itu mencoba menutup pagar, Jiyong menerobos masuk.

“Tuaaaan.. Apa yang anda lakukan?? Tuuaaaaaann anda tidak bisa seperti ini tuan. Tuaaaaann!!” pekik wanita paruh baya itu.

“Hey! Apa yang kau lakukan disini! Lancang sekali masuk rumah orang lain tanpa permisi!” bentak seorang wanita cantik yang sedang asik membaca buku di halaman belakang rumahnya. Ia adalah ibu kandung Jiyong. Tatapannya penuh dengan amarah.

“Ibu, kita harus bicara” ucap Jiyong pelan.

“Sudah kukatakan berkali kali, jangan panggil aku ibu! AKU BUKAN IBUMU!!!” pekik wanita itu.

“Kau ibuku! Dan aku, Kwon Jiyong anakmu! Bagaimana bisa seorang ibu tidak mengakui anaknya sendiri!!” Jiyong berteriak dengan suara melengking.

“AKU TIDAK PERNAH PUNYA ANAK SEPERTIMU! KELUAR DARI RUMAHKU SEKARANG!!! KELUAAAARRRR” wanita itu semakin marah. Ia berteriak sembari menunjuk kearah pintu keluar.

“IBU! DENGARKAN AKU DULU!” teriak Jiyong mulai terisak. Tiba-tiba dua orang laki-laki berbadan besar datang dan menyeret Jiyong keluar dari rumah itu. Tak terasa setetes air jatuh dari matanya dan tak lama kemudian air mata itu mengucur dengan derasnya.

“KELUAR! AKU TIDAK INGIN MENDENGAR APAPUN DARIMU!” teriak wanita itu. Dan itu adalah ucapan terakhir yang Jiyong dengar dari mulut ibu kandungnya.

Flashback End

Tangisnya pecah seketika.Ia bahkan tidak tau mengapa ibunya begitu tega meninggalkan ia dan ayahnya serta bisa bersikap sekejam itu pada anaknya. Ia merasa frustasi dengan semua masalah yang datang padanya.

Seakan tak bisa menemukan jalan keluar, ia semakin mengencangkan laju motornya dan mulai mengendarainya tanpa terkontrol. Ia mengacuhkan setiap umpatan yang dilontarkan pengguna jalan lain padanya. Sedikit demi sedikit akal sehat mulai menguap dari otaknya. Laju motornya semakin tak terkontrol. Dan tiba-tiba saja…

BRAAAAAAAKKKKKKKKK

Motornya menabrak tiang lampu di sisi jalan. Dan ia jatuh terpental di aspal. Pandangannya semakin buram. Tiba-tiba kegelapan menyelimuti pengelihatannya dan ia tergeletak tak sadarkan diri.

Liluuuuuuuu.. Liluuuuuuu.. Liluuuuuuuuuuuuu.. Liluuuuuuuuu.. Lilluuuuuuuu (apa-apaan ini??? maaf, author nggak tau gimana nulis bunyinya mobil ambulans yang baik dan benar :3)

Sebuah ambulans melaju dengan kecepatan tinggi memecah keramaian lalu lintas kota Seoul. Sedangkan didalamnya beberapa petugas medis sedang sibuk menangani seorang pasien korban kecelakaan tunggal beberapa saat lalu yang tidak lain adalah Jiyong.

“Aigoo.. sepertinya pria ini tidak sedang dalam keadaan mabuk. Apakah dia sengaja menabrakkan dirinya pada tiang itu,” ucap petugas medis 1 sambil membersihkan darah yang mengalir didahi Jiyong.

“Mungin saja dia sedang mengantuk, hyung” petugas medis 2 turut berkomentar.

“Disiang hari yang terik seperti ini? Hmm, ya mungkin juga begitu. Tapi a…………..”

Petugas medis 1 belum menyelesaikan ucapannya tiba-tiba saja petugas medis 2 berteriak padanya.

“Hyung, dia siuman!” teriak petugas medis 2 gembira.

“Ya! Kecilkan suaramu! Kau bisa mengagetkannya!” protes petugas medis 1 yang terkejut karena teriakan petugas medis 1.

“Tuan, apa kau bisa mendengarku?” tanya petugas medis satu sambil sedikit mendekatkan wajahnya pada Jiyong.

“Tuan, bagaimana keadaanmu? Apa kau baik-baik saja? Apakah kau merasakan sesuatu? Apa kepalamu terasa pusing atau kau merasa ada bagian tulangmu yang patah? Atau kau merasa tubuhmu tidak bisa digerakkan, tuan? Kau bisa bernafas kan, tuan?” tiba-tiba saja petugas medis 2 membombardir Jiyong dengan begitu banyak pertanyaan.

“Ya! Hentikan!” bentak petugas medis 1 sambil memukul kepala petugas medis 2.

“Bagaimana bisa kau menanyai pasien yang baru sadar dengan begitu banyak pertanyaan?! Kau bisa membahayakan hidupnya!”

“Membahayakan hidupnya?! Bagaimana bisa? Aku hanya bertanya padanya!” protes petugas medis 2 tidak terima.

“Tentu saja bisa. Kau amat sangat membahayakan hidupnya. Bagaimana jika dia terkena serangan jantung dan sesak nafas setelah mendengar pertanyaanmu yang bertubi-tubi itu karena ia tidak bisa menjawabnya? Kau tau, dia bisa mati” cerocos petugas medis 1 panjang lebar sambil menggerakkan tangannya kesana kemari.

“Hey! Hyung bodoh! Itu tidak mungkin terjadi!” kata petugas medis 2 sebal. Tanpa sadar, ia mengayunkan tangannya dan memukil kepala petugas medis 1.

“YA! KAU! BERANI-BERANINYA MEMUKUL KEPALA HYUNGMU INI!” teriak petugas medis 1 tak terima dengan perlakuan petugas medis 2. Iapun menarik kerah baju petugas medis 2.

“KAU BENAR-BENA………………………”

Belum juga ia menuntaskan amarahnya pada petugas medis 2, tiba-tiba petugas medis 1 dan petugas medis 2 dikejutkan oleh teriakan yang tak lain adalah teriakan Jiyong yang sedaritadi hanya diam menyaksikan percekcokan antara kedua petugas medis tersebut.

“HENTIKAN! KALIAN BERDUA!” teriak Jiyong penuh emosi.

“Maaf tuan, maafkan kami.. Maaf maaf maaaf” petugas medis 1 melepas genggamannya pada kerah baju petugas medis 2. Dan segera membungkukkan badannya berulang-ulang.

 “HENTIKAN MOBIL INI! AKU TIDAK MAU KE RUMAH SAKIT! LEPASKAN AKU!” teriak Jiyong sambil mencoba melepas alat oksigen yang berada di hidungnya. Ia merasakan sakit yang begitu menyiksa ketika ia mulai menggerakkan tubuhnya.

“AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHH!” Jiyong berteriak kesakitan.

“Tapi tuan, kami tidak bisa melakukan itu. Kami harus membawa tuan ke rumah sakit. Tubuh tuan terluka cukup parah” jelas petugas medis 2 sedikit ketakutan dengan teriakan Jiyong. Mereka terus saja menahan kaki dan tubuh Jiyong.

“HENTIKAN MOBIL INI! AKU BAIK-BAIK SAJA!” teriak Jiyong semakin marah. Ia meronta dan mencoba untuk menggerakkan seluruh tubuhnya. Namun semakin ia berontak, rasa sakit yang menyerangnya semakin besar.

“AAAAAAHH! KELUARKAN AKU DARI SINI!!” Jiyong terus saja memberontak. Kedua petugas medis terus berusaha menenangkannya dan menahan tubuh Jiyong. Situasi di dalam mobil ambulans itupun semakin mencekam.

——————————————————————————————————–

Sementara itu di salah satu sudut kantin Seoul Hospital

“Aigooo Bom.. Pelanlah sedikit!” ujar Dara ketika melihat sahabat karibnya itu makan dengan terburu-buru.

“Ini adalah makanan pertamaku hari ini, Dara. Aku belum menyentuh makanan sedikitpun sejak operasi tadi pagi. Sungguh, aku amat sangat lapar” jawab Bom sambil terus mengunyah makan siangnya dengan lahap.

“Arraseo, tapi pelankanlah sedikit! Pipimu sudah seperti pipi tupai” ucap Dara sambil terkekeh.

“Ya! Hentikan!” protes Bom sambil mengerutkan wajahnya.

“Aigooo.. Kalian berdua, makanlah dengan lahap. Kalian butuh energi untuk mengobati pasien-pasien kalian” tiba-tiba seorang ahjumma menghampiri mereka. Dia adalah ahjumma yang memasak di kantin Seoul Hospital. Ia sangat ahli dalam memasak sehingga semua penghuni rumah sakit senang makan di kantin,

“Ne, ahjumma. Kamsahamnida. Makanan hari ini enaakk sekali! Aku sangat menyukainya” ucap Bom mulut penuh makanan.

“Ne, ahjumma. Bom benar. Lihat saja dia, dia memakan masakanmu dengan sangat lahap sampai-sampai pipinya menggelembung seperti pipi tupai” ejek dara sambil melirik kearah Bom.

Tawa ahjumma lepas setelah mendengar perkataan Dara.

Forever you my girl. Forever be my world. You are the only one~

Tiba-tiba handphone Dara berbunyi

“Yeoboseo, ada apa suster?” Dara mengangkat teleponnya dan mulai berbicara dengan seseorang diseberang sana.

“Mianhae, Dara. Kau dimana? Kami membutuhkanmu sekarang. Ada seorang pasien korban kecelakaan yang baru saja datang. Sebenarnya ada dokter lain yang sedang berjaga. Tapi pasien ini sedikit menyeramkan. Kami tidak mampu mengatasinya. Jadi kami mohon bantuanmu jika kau bisa“

“Mwo? Pasien aneh lagi? Ah ne.. ne.. aku bisa. Aku akan segera kesana” ujar Dara kemudian menutup teleponnya.

“Ada apa Dara? Pasien aneh apa?” tanya Bom penasaran.

“Molla, katanya ia kecelakaan. Dan ia mengerikan. Mereka membutuhkanku sekarang. Bom, habiskan makananmu. Aku pergi duluan” ucap Dara tergesa-gesa sambil membereskan piringnya.

“Ne, good luck Dara” kata Bom sambil mengeluarkan aegyonya.

“Aiiissshh memalukan” celetuk Dara kemudian ia berlari sekuat tenaga menuju ruang emergency.

Bersambung…

Gimana ceritanya? Aneh? Jelek? Atau sinetron banget? Ah miaaannn.. Author berterima kasih bagi para reader yang sudah sudi membaca FF ini. Sebenarnya author khawatir reader akan merasa kecewa dengan FF ini karena jujur, ini FF kedua author setelah FF The Last (one shoot) dan FF pertama author yang bukan one shoot. Karena author amat sangat baru dalam dunia menulis FF jadi author sangat mengharap masukan dari para reader untuk kelanjutan FF ini. Sepatah dua patah kata dari kalian sangat berarti bagi author. Author harap masukan yang kalian berikan adalah jujur sejujur jujurnya. Terima kasih. HENGSOOOOOOOO!!

<<back   next>>

73 thoughts on “An Unexpected Love [Chapter 1]

Leave a comment