[Oneshoot] Radio

radio4 - Copy4

Hellowww,,, ah apa kbr chingu? ^_~ ini adalah ff oneshot sya stelah sekian lama gk bkin ff oneshot, mianhae jika tidak bagus… FF ini terinspirasi dr slh 1 lagu kesukaan sya jaman dlu era Sheila on 7 – Radio, hohoho 😉 whoaa sya suka bgtsssss lagunyaaaa, hehehe… So, happy reading ^_^



 

BRAAAKKK

“Kau lihat apa yang ia lakukan padaku Seungri?!” Dara menggebrak meja dengan segenap kekuatan tangannya, melampiaskan amarah yang sudah di ujung ubun-ubun kepalanya. “Ia menolak program acara yang sudah kubuat dengan susah payah tanpa meliriknya sedikitpun!” ia mengepalkan kedua tangannya sembari menahan kesal.

“Whoo whoo noona, tenanglah.” Seungri, salah satu rekannya berusaha menenangkan Dara yang sudah jengkel setengah mati.

Dara sudah lebih tenang setelah mengambil dan menghembuskan napas berkali-kali. “Sudah lama aku bekerja disini, baru kali ini aku dipermalukan seperti ini. Kenapa? Kenapa ia tak pernah sekalipun menerima hasil kerjaku? hiks, hiks, hiks.” Ia menangis tersedu-sedu. Menutupi seluruh wajah dengan kedua tangannya.

Dara adalah penyiar radio di salah satu stasiun radio terkemuka di Seoul. Sedangkan Seungri adalah seorang music director. Dara sudah menjadi penyiar selama beberapa tahun di radio tersebut dan selama itu pula hidupnya penuh kedamaian sampai suatu hari mereka kedatangan manajer baru yang bernama Kwon Jiyong. Seorang pria tampan dengan wajah sedikit ekspresi. Dara menganggap bos barunya membalas dendam padanya. Karena dulu mereka adalah teman sekelas dan Dara selalu menggodanya. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena Jiyong keburu pindah keluar negeri.

Jiyong adalah tipe Mr. Serious sedangkan Dara adalah Ms. Cheerful. Dara merasa Jiyong pria yang sangat kaku dan tak mengasyikkan. Sebaliknya Jiyong berpendapat Dara sangat berisik dan cerewet. Karena itu mereka jarang bicara meski sebangku. Dan kini setelah 10 tahun berlalu, mereka bertemu kembali.

Well, pertemuan pertama memang selalu menyisakan kesan mendalam. Ketika pertama kali mereka bertemu, dan Jiyong dikenalkan sebagai bos baru di tempat Dara bekerja, Dara tanpa sengaja menumpahkan kopi ke kemeja Jiyong. Sejak itu setiap mereka bertemu, Jiyong berulang kali mengalami kesialan. Dari jarinya terjepit lift, wajahnya terlempar handuk basah Dara, sampai bagian sensitifnya pernah di tendang Dara.

“Tidak usah dipikirkan noona. Bos memang begitu.” Seungri menepuk-nepuk bahu Dara sambil melihat jam di pergelangan tangannya, “Oh, sebentar lagi siaran kita akan dimulai. Ayo, jangan menangis lagi noona. Kau akan terlihat jelek. Nanti akan kubelikan lollypop.” Seungri berusaha menghibur Dara.

Dara mendongakkan kepalanya dan akhirnya tersenyum. Dongsaeng-nya tidak pernah tidak berhasil membuatnya melupakan segala kedongkolannya. “Aku mau dua, oke?” Dara tersenyum lebar.

“Arasseo, arraseo.” Kata Seungri.

Dara, Seungri dan kru lain mempersiapkan program radio mereka yang akan mengudara sebentar lagi. Dara masuk ke dalam ruang siaran dan mulai memasang headset di kepalanya. Seungri memberi aba-aba dari balik pintu kaca, dalam hitungan ke 5 siaran akan segera dimulai. Dara mengacungkan ibu jarinya menandakan ia telah siap.

“5,4,3,2,1….”

“Malam minggu, cinta monyet, lagu favorit? Ya, ini adalah acara Dara’s love bersama Dara Park disini, di radio kesayangan kalian, CBS radio, hohoho. Seperti biasa aku akan menemani kalian selama 2 jam kedepan bersama lagu-lagu favorit kalian. Dan karena hari ini malam minggu, seperti biasa kalian bisa menelepon ke sini dan menceritakan sebuah kisah romantis, kekeke. Tapi sebelum itu, mari kita dengarkan lagu dari 4minute dulu.”

***

“Oh, i love this song, anyway kembali lagi bersamaku, Dara. Tadi ada penelepon bernama nona Cheon Songyi. Ia bercerita tentang kekasihnya yang seringkali muncul dan hilang tiba-tiba. Hmm, kurasa kekasihnya seperti alien, hehehe. Ah lupakan, sekarang kita menuju ke penelepon berikutnya. Kira-kira siapa yang akan menelepon? Gadis lagi atau pria kali ini?”

Tut

Tut

Tut

“Oh ada telepon masuk. Yeoboseyo? Dara disini. Dengan siapa ini?”

“Yeoboseyo. Kwon Jiyo-Jingyo maksudku.”

“Jingyo? Akhirnya kita mendapatkan seorang pria disini, yeayy.. Okay Jingyo-shi, sepertinya kau terlalu nervous. Apa ini pertama kalinya kau menelepon kesini?

“Y-ya.”

“Hehe. Baiklah, jangan malu-malu. Jadi langsung saja, kau mau bercerita apa?”

………..

………..

………..

Tak terdengar balasan suara dari seberang sana. Dara memberi tanda pada Seungri dan yang lain, apakah ia masih tersambung dengan penelepon tadi. Seungri memberi tanda ok bahwa sambungan belum terputus.

“Hmm, cerita ini terjadi sekitar 10 tahun lalu. Kala itu aku adalah murid pindahan di salah satu sekolah menengah atas.”

“Neh.”

“Aku adalah tipe orang pendiam dan kutu buku sehingga banyak yang menganggapku membosankan, karena itu aku jarang punya teman. Suatu hari, wali kelas kami menyuruh untuk memilih ketua kelas. Dan hari itu pertama kalinya aku bertemu dengannya.”

“Siapa?”

“Gadis yang saat itu terpilih menjadi ketua kelas. Ia gadis yang sangat cerewet dan tidak bisa diam. Ia selalu berlari kesana kemari sembari berteriak menghampiri teman-temannya membuat kepalaku serasa mau pecah. Jika aku membawa selotip, aku ingin menyumpal mulutnya.”

“Hahaha, Jingyo-shi, anda tega sekali. Lalu?”

“Kami jarang bicara. Sekalinya bicara, hanya perdebatan yang terjadi. Hampir setiap hari ia selalu menggangguku. Jika aku tak menanggapi ocehannya, ia akan cemberut dan tak berhenti mengusikku. Anehnya teman-teman sekelas kami malah menyukainya.”

“Aku masih mendengarkan.”

“Ia pernah mengikutiku ke kamar mandi pria hanya karena aku tak menjawab teleponnya. Ia juga pernah membawakan bibimbap untukku selama 1 minggu berturut-turut karena aku bilang masakannya tak enak. Bahkan, ia pernah membelikanku sisir hanya karena rambutku tak tertata rapi saat itu.”

“Chincha?”

“Ya, menyebalkan bukan? Tapi suatu hari, ia tak masuk selama 2 minggu berturut-turut karena sakit. Aku merasa tenang karena tak ada lagi suara-suara yang mengangguku dan suasana di kelas jadi tenteram. Namun setelah ia sembuh dari sakit dan masuk sekolah seperti biasa, ia sedikit berbeda. Ia tak lagi menggangguku. Kami hanya saling bertegur sapa ketika berpapasan.”

“Wae?”

“Ternyata aku baru tahu, bahwa ketika ia sakit, ada salah seorang kakak kelas kami yang sering menjenguknya. Hampir setiap hari anak lelaki itu kerumahnya dan akhirnya mereka berteman akrab. Bahkan setiap pagi anak lelaki itu mengantarnya sampai ke pintu kelas kami. Rumor yang beredar mereka menjalin sebuah hubungan. Seharusnya aku senang dengan hal itu, tapi entah kenapa hatiku malah terasa tak nyaman, hahaha.”

“Maksudmu?”

“……. Entahlah, aku seperti merindukan suaranya. Jika aku tak mendengar suaranya sehari saja, rasanya sepi sekali di kelas.“

“Whoaa, tadi kau bilang ia menyebalkan, sekarang kau bilang kau merindukannya. Kau sangat aneh Jingyo-shi.”

“Begitulah. Aku juga merasa aneh pada diriku sendiri.”

“Wah, sepertinya keadaannya jadi terbalik, benarkan Jingyo-shi?”

“Benar.”

“Ya, aku juga pernah mengalami hal seperti itu, lalu bagaimana kelanjutannya?”

“Hmm, makin lama kami makin jarang bicara, hanya pada kesempatan tertentu saja.”

“Biar kutebak? Lama-lama, kau menyukainya kan?”

“Begitulah.”

“Lalu apa kau sudah mencoba menyatakannya?”

………..

………..

………..

“Jingyo-shi? Apa kau masih disana?”

“Ah iya. Aku tak terbiasa untuk melakukan hal-hal seperti itu, tapi aku sudah pernah beberapa kali mencoba untuk menyatakannya, meski secara tidak langsung.”

“Misalnya?”

“Saat pelajaran sastra, aku pernah membacakan sebuah puisi di depan kelas yang sebenarnya puisi itu kutujukan padanya.”

“Pu-puisi?”

“Ya, puisi. Lalu ketika aku tidak bisa mengikuti pelajaran olahraga dan hanya bisa berdiam di kelas sendirian, aku memasukkan setangkai bunga mawar plastik ke tasnya.”

“Ro-romantis sekali Jingyo-shi.”

Suara Dara sedikit gemetar.

“Kau pikir begitu?”

“Y-ya”

“Dan terakhir, aku pernah mengiriminya sebuah surat cinta bersama sebuah kalung berbentuk hati yang sengaja kubeli di pasar malam untuknya.”

“Bagaimana tanggapan darinya?”

“Sebenarnya dia tak pernah tahu kalau aku yang mengiriminya.”

“Apa?”

“Di surat cinta itu hanya tertulis inisial namaku saja, KJY.”

“Kenapa?”

“Karena aku tak berani. Tadinya aku ingin menyatakannya secara langsung tapi tak lama kemudian aku dan keluargaku pindah ke luar negeri. Jadi aku tak sempat mengaku padanya.”

“Jika kau bertemu dengannya lagi, apa yang akan kau katakan?”

“Aku akan mengatakan padanya bahwa dulu aku pernah menyukainya.”

“Kalau sekarang?”

“…………….. Itu rahasia, haha. Baiklah Dara-shi, terimakasih kau sudah mau mendengarkan ceritaku.”

“Ah, tak masalah Jingyo-shi, kuharap kau bertemu dengannya lagi.”

“Menurutmu begitu? Baiklah bye Dara-shi.”

“Bye Jingyo-shi.”

Tut tut tut tut tut

“Pernyataan cinta yang romantis tapi sayang sekali gadis itu tak pernah tahu bahwa pria itu menyukainya. Aku berharap semoga Kwon Jingyo-shi bisa bertemu dengan cinta smu-nya dan mempunyai akhir kisah yang bahagia. Baiklah pendengar, sampai disini dulu pertemuan kita kali ini. Aku Dara Park, akan menemui kalian sabtu depan, sampai jumpa lagi, bye bye.”

***

Selepas siarannya selesai, Dara segera melepas headset yang terpasang di kepalanya dan memasukkan semua barang-barang pribadinya ke dalam tas. Ia bergegas lari dari ruang siaran tanpa mempedulikan panggilan Seungri dan teman-temannya. Di tempat parkir, ia membuka pintu mobil dan buru-buru mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesampainya dirumah, ia langsung membuka pintu rumah tanpa menutupnya lagi. Dengan sepatu masih melekat di kakinya, ia masuk ke dalam kamar dan membongkar lemari pakaiannya. Ia keluarkan seluruh pakaian dan aksesoris miliknya hingga berantakan di lantai. Dengan nafas sedikit terengah-engah, akhirnya ia menemukan apa yang dicarinya. Sebuah kotak kecil yang sudah lama tersimpan selama 10 tahun lamanya dan sekarang baru dibukanya lagi.

Sebuah kertas, bunga mawar plastik dan kalung perak berbentuk hati.

Dara menatap ketiga benda tersebut cukup lama dan tanpa sadar bulir air matanya jatuh ke pipi. Sambil menunduk dan memegang ketiga benda itu erat-erat di dadanya, ia menangis terisak.

Pabo. Kwon Jiyong pabo. Katanya dalam hati.

***

Jiyong berulang kali memijit pelipis keningnya saat tahu ia telah membuat kesalahan besar ketika beberapa waktu lalu ia menelepon ke program acara Dara’s love. Ia membuat taruhan dengan salah satu kru siaran bahwa jika program acara Dara’s love ratingnya naik, maka ia akan mengikuti apapun keinginan orang tersebut. Dan ternyata setelah lebih dari 1 bulan, ratingnya dari minggu ke minggu makin naik, bahkan sempat menjadi top program di antara program siaran lain. Dan orang menyebalkan itu bernama Lee Seungri.

Cinta monyet? Jiyong tak tahu apakah kisahnya 10 tahun lalu termasuk kisah cinta. Ia memang tampan, mapan dan almost perfect dalam kesehariannya. Tapi dalam hal percintaan, mungkin ia salah satu pria yang termasuk dalam 100 orang paling kaku di dunia. Bukan karena ia tak pernah mempunyai kekasih tapi karena ia tak pandai bicara dengan gadis, apalagi untuk hal merayu. Dari beberapa gadis yang pernah ia kencani, semuanya berakhir dengan perpisahan setelah 3 bulan hubungan mereka berjalan. Setiap berkencan Jiyong selalu membawa mereka ke taman atau perpustakaan dan tak pernah pergi ke klub karena memang ia tak suka keramaian.

Jiyong menyandarkan tubuhnya di kursi dan menghela napas. Ia memandang keluar jendela restoran favoritnya. Menatap langit malam yang dihiasi bintang-bintang yang bersinar terang dan gedung-gedung apartemen yang mewah di tengah kota.

Damn, umpatnya. Jika Dara sampai tahu bahwa wanita yang dibicarakannya saat siaran tadi adalah dirinya sendiri, bagaimana ia akan bertemu muka dengannya. Jiyong pasti merasa kikuk. Untungnya Dara tidak tahu bahwa Jiyong akan mengikuti program acaranya.

Setelah lama berkutat dengan pikirannya sendiri, Jiyong memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat ia akan meninggalkan café, ia terkejut mendapati wanita yang dipikirkannya sudah duduk manis di depannya sambil tersenyum. Dan yang lebih membuatnya tercengang, rambut wanita yang berwarna pirang itu digelung ke atas dan Jiyong bisa melihat dengan sangat jelas kalung yang dikenakannya. Tanpa banyak bicara, wanita itu langsung memesan minuman pada pelayan.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Jiyong.

“Masalah buatmu?” jawab Dara sekenanya.

Jiyong tertawa pelan. Ternyata sejak dulu Dara tak banyak berubah. Ia bicara tanpa berpikir, berbeda dengan dirinya yang berpikir dahulu sebelum bicara. Namun gaya bicaranya yang seperti ini yang membuat Jiyong tertarik padanya. Duduk cukup lama, namun tak satupun dari mereka berdua yang berani bicara lebih dulu. Keduanya hanya sesekali melirik dan menyeruput minuman yang tersaji didepan mereka.

“Apa pernyataan 10 tahun yang lalu masih berlaku?” kata Dara tiba-tiba.

Dara merogoh sebuah benda dari tasnya. Seketika mata Jiyong membulat lebar ketika melihat benda tersebut. Ia tak menyangka Dara masih menyimpan semua benda yang pernah ia berikan padanya. Jiyong pikir mungkin Dara sudah lupa atau bahkan sudah membuangnya. Dara memegang sebuah surat cinta dan setangkai mawar plastik. Perlahan Dara membuka surat itu dan mulai membacanya.

“Dear Sandara, saat pertama kali bertemu denganmu, ak-..”

“YAH!” Jiyong mencoba merampas surat yang dipegang Dara namun dengan cepat Dara mengangkatnya ke udara.

“…setiap malam aku selalu terpikir olehmu, …”

“Sandara Park!” teriak Jiyong panik.

“Would you mind to be my girlfriend?”

“Oh my god.” Jiyong menutup wajah dengan kedua tangannya.

“Yes.” Kata Dara.

“A-apa?” tanya Jiyong tak percaya. Matanya tak berhenti berkedip.

“Itu jawabanku 10 tahun lalu.”

Jiyong membeku mendengarnya. Tubuhnya seperti dialiri listrik ribuan volt. Ia masih tak percaya bahwa Dara benar-benar mengatakan hal itu. Dan ternyata 10 tahun lalu, Dara juga juga memendam perasaan yang sama dengannya. Tapi, bukankah saat itu ia sedang dekat dengan kakak kelasnya?

“Jung Ilwoo?” tanyanya memastikan.

“Kau percaya gosip murahan itu? Aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa.” jelas Dara.

Lalu bagaimana dengan sekarang? Apakah perasaan itu masih sama? Jantung Jiyong berdegup kencang ketika akan menanyakan hal itu. Ia menelan ludah berkali-kali.

“D-dan sekarang?”

Dara tak langsung menjawab. Ia menatap Jiyong cukup lama hingga membuat pria itu salah tingkah. “Masih sama.” Jawabnya.

Senyum Jiyong terukir lebar mendengarnya. Mimpinya selama ini akhirnya menjadi nyata. Tanpa buang waktu, ia berdiri dan menggenggam tangan Dara yang tampak kebingungan, mengajaknya untuk ikut berdiri.

“Ayo.”

“Kemana?”

“Lets get married.”

***

END

45 thoughts on “[Oneshoot] Radio

  1. Cinta monyet nihh ceritanyaa? aigoo, jiyong oppa nggak romantis ihh😄 ternyata oh ternyata, jiyong oppa suka sama dara unnie dari smu yaaahh? dara unnie juga suka sama jiyong oppa. Langsung nikah ajaa dehh😆

Leave a comment