[Series] Coming To You – 5

coming to you

Author : Jung Yoorey

Title : Coming To You

Cast : Sandara Park (Dara 2NE1), Kwon Jiyong (GD Big Bang)

Other Cast : Lee Haru (OC), other

Genre : Fantasy, Fluffy, Friendship, Sad, a bit Comedy

Rating : Teenager

Backsound’s : Big Bang – Let’s Not Fall In Love

 Note

Baca note diakhir cerita

 


 

 

Kenapa saat kau mulai berharga, kau pergi? apa ini yang kau sebut bahagia?

*

 

Mungkin kau jatuh cinta padanya

“SEUNGHYUN BRENGS*K!”

Jiyong tidak berhenti mengumpat ketika ia berada di kamar mandi kamarnya. Semua gara-gara seunghyun yang dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa jiyong mencintai sandara. Sekarang, apa yang harus ia lakukan jika bertemu sandara sebentar?

“urgh.. aku akan membunuhmu, choi seunghyun.” Geram jiyong yang benar-benar tidak berdasar. Ia tidak peduli jika seunghyun lebih tua padanya. ia benar-benar ingin menguliti seunghyun.

Setelah jiyong mengungkapkan perasaannya semalam, dengan begitu bodohnya jiyong segera melepaskan pelukannya pada sandara dan mengucapkan maaf lalu berlari masuk ke kamarnya. Meninggalkan sandara yang terbengong-bengong.

“tuhan, help me.”

Jiyong menghembuskan nafasnya dan menyalakan keran showernya pelan.

*

Sandara keluar dari kamarnya dengan dandanan seperti biasa, casual. Style kakak jiyong benar-benar perfect untuknya. Ia menggenakan rok lipit berwarna biru muda yang setinggi lututnya. Kemudian atasan kemeja putih yang dibalut sweater jaring-jaring berwarna merah muda. Sangat girly untuknya. Begitu pula rambutnya yang dibiarkan tergerai dengan poni terjepit kesamping.

Sandara mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan jiyong disana. Mungkin masih di kamarnya, pikir sandara.

Sandara melangkah ke arah dapur dan melihat roti isi disana. Sandara tersenyum dan menyadari bahwa jiyong telah bangun lebih awal untuk membuatkan sandara sarapan.

Sandara duduk di kursinya dan segera memulai makan. Ia tidak perlu menunggu jiyong karena piring jiyong sudah bersih menandakan jiyong sudah sarapan duluan, seperti kemarin.

TING TONG

Sandara menoleh ke arah pintu dan menunggu jiyong untuk membuka pintu. ia tidak tahu membuka pintu di apartement jiyong karena sebelumnya ia melihat jiyong menggunakan intercom.

TING TONG

Sandara mengernyit dan sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa jiyong tidak akan membukakan pintu. sandara memutuskan untuk meletakkan roti isinya dan segera berjalan menuju intercom. Sebelumnya, jiyong menekan sesuatu di intercom dan menampilkan wajah orang yang datang. Tapi begitu banyak tombol disana dengan bahasa latin yang asing.

Sandara memutuskan untuk menekan sesuatu yang menarik perhatiannya.

Tit—cklek

Monitor tidak menunjukkan wajah orang yang memencet bel. Tapi membuka pintu secara otomatis. Sandara tersontak dan segera menggeser pintu apartemen jiyong dan melihat siapa yang berdiri didepan pintu utama apartemen jiyong.

Mata besarnya terlihat kaget melihat siapa yang datang.

“yo-youngbae-ssi!”

*

Jiyong meletakkan parfumenya dan segera menggenakan snapbacknya yang bermotif kotak-kota merah. kali ini ia mulai bercermin dengan pikiran yang melayang jauh. Melihat betapa tampannya ia dalam balutan kemeja hitam dan jeans biru tua.

Aku cukup tampan untuk bersama dara…

Glek

Jiyong meneguk liurnya ketika menyadari apa yang lewat di pikirannya. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya dan meraih tas ranselnya.

Cklek

Jiyong menoleh ke pintu kamarnya ketika mendengar suara pintu apartemennya terbuka. Itu berarti seseorang telah membukanya, entah ia keluar atau masuk.Tapi, tidak mungkin kan sandara yang keluar? Memangnya gadis itu mau kemana? Dan siapa yang tahu id rumahnya? Hanya jiyong seorang. Jadi.. siapa?

Jiyong menggenakan tasnya dan segera keluar dari kamar. Ia mengedarkan pandangan mencari sandara dan melirik ke arah pintu gesernya yang terbuka. Jiyong mengernyitkan keningnya dan mendekati pintunya.

“aku tidak tahu kau tinggal dirumah jiyong.”

Keningnya mengernyit lebih tinggi ketika mendengar suara lelaki yang asing ditelinganya. Bahkan namanya disebut.

“ehm yah begitulah.”

Kini suara sandara. Dan jiyong sudah berada di depan pintu gesernya.

“dee? Youngbae?”

Keduanya menoleh dan terlihat wajah kaget sandara, begitu pula wajah cerah youngbae. Jiyong mendecak dan segera menarik sandara berdiri disampingnya. Gadis itu terlihat bingung.

“apa yang kau lakukan dirumahku?” kesal jiyong. rahangnya mengeras.

Youngbae tersenyum. “kemarin kulihat kau dan sandara menuju kemari. Tadinya aku kemari untuk bertanya padamu dimana sandara tinggal, tapi wah..” youngbae kini menatap sandara. Senyumnya melebar. “jackpot.”

Jiyong mengepalkan tangannya erat. membuat sandara merintih ketika jiyong meremas lengannya.

“a-ah ji..”

Jiyong meneguk liurnya. Youngbae menyadari perubahan sikap jiyong. ia terkekeh. “tenanglah bud. Kau terlihat seperti bayi yang kehilangan mainannya.”

Jiyong menggertakkan giginya. Sungguh ia ingin memukul youngbae sekarang. Bagaimana youngbae menatap sandara, bagaimana youngbae menyebut nama sandara, semua membuat jiyong muak.

“pergilah dari rumahku. Dan jangan pernah mendekati sandara lagi!” gertak jiyong penuh penekanan. Sandara tersontak mendengar jiyong membentak seseorang dengan penuh emosi. Terlebih itu karenanya.

Youngbae mengangguk kecil. “well well, aku akan pergi. tapi untuk menjauhi sandara, kupikir aku harus berpikir dua kali.” Youngbae mengerlingkan matanya pada sandara dan berlalu dari sana secepat mungkin.

Cklek

Pintu tertutup meninggalkan jiyong dan sandara yang diselimuti keheningan. Hanya deru nafas jiyong yang terdengar begitu terengah. Sandara merasakan sakit pada lengannya dan mencoba untuk melepaskan tangannya. saat itu pula jiyong segera mempererat tangannya dan menatap sandara tajam.

“jangan pernah mendekati lelaki itu.” desis jiyong.

“ke-kenapa?”

“tidak dara, tidak untuk kali ini. kau boleh berteman dengan lelaki lain, tapi kumohon jangan dia. Aku tidak akan membiarkan hal seperti ini terulang lagi.” gumam jiyong.

Sandara mengernyit. “ma-maksudmu?”

Jiyong menggelengkan kepalanya. Ia tersadar dan segera melepas tangannya dari lengan sandara. Sandara segera menarik tangannya dan mengelusnya untuk menghilangkan rasa perihnya.

Jiyong menatap sandara penuh rasa bersalah. Ia kembali menarik tangan sandara dengan lembut. Sandara hendak menarik tangannya kembali, tapi melihat apa yang lelaki itu lakukan membuatnya terdiam.

Jiyong mengelus tangan sandara dengan sangat hati-hati dan meniupnya sesekali. “apa ini sakit? Maafkan aku..” desah jiyong penuh rasa bersalah. Matanya terlihat begitu khawatir. Sandara menatapnya dengan wajah yang tiba-tiba memerah.

“a-aku tidak bermaksud menyakitimu, maafkan aku.. ah jiyong bodoh!” umpatnya sambil terus mengusap tangan sandara.

Sandara menarik tangannya. “i-ini sudah tidak sakit.”

Jiyong mendongakkan wajahnya menatap wajah sandara yang terlihat begitu dekat. Wajah gadis itu memerah. Jiyong menatap wajah sandara lekat-lekat, mulai dari mata, hidung, dan.. bibir.

Deg

Jiyong tersadar sepenuhnya. Dengan cepat ia menjauh dari sandara. Ingatan kejadian semalam kembali memenuhi otaknya.

Ah sial, bagaimana aku bisa lupa? apa yang harus kulakukan sekarang? Dibalik wajah dinginnya, jiyong benar-benar kalang kabut. Sandara tidak dapat menahan wajahnya yang memerah. Ia kembali mengingat perlakuan jiyong semalam.

“ehm, ji.. kemarin malam itu a—”

“maafkan aku. semalam itu hanya refleks.”

Jiyong merutuki dirinya yang menjawab begitu saja. Refleks? Apakah itu bisa menyembunyikan rasa malunya?

Sandara mengernyitkan keningnya. “Re-refleks?”

Jiyong mengangguk kecil. “ya, refleks. aku sering terbawa suasana dan akhirnya tanpa sadar melakukan hal yang tidak-tidak.”

“tanpa sadar? Jadi semua yang kau ucapkan semalam itu hanya.. refleks?” sandara menuntut jawaban sekarang. Wajahnya memerah.

Jiyong meneguk liurnya. “ya begitulah. Su-sudahlah, ayo kita segera berangkat.” Jiyong segera menarik tangan sandara mengikutinya.

Sementara sandara terlihat tidak percaya.

*

Sandara kembali merenung di perpustakaan kampus jiyong. ia menunggu cukup lama mengingat jiyong harus pergi bersama daesung untuk mengerjakan tugasnya. Alhasil sandara harus menunggu disini atau jiyong akan kembali memarahinya.

Jujur, sandara merasa sesak dibagian dadanya ketika jiyong mengaku bahwa semalam itu hanya refleks. sandara memang polos, tapi ia tidak sebodoh itu untuk dipermainkan seperti ini.

Sandara menghela nafas kecil. Wajahnya mulai panas mengingat kejadian semalam. Jantungnya berdebar cukup kuat. Senyum jiyong memenuhi pikirannya. Kenapa jiyong bisa refleks seperti semalam? Apa yang ia lakukan sampai jiyong menciumnya?

Sekelebat pertanyaan membuat sandara mengigit bibirnya. Ia merasa sakit ketika mengingat jiyong hanya mempermainkannya semalam. Wajahnya memerah.

Apa jiyong menganggapku semurah ini? apa aku hanya dijadikan pelampiasan nafsunya?

Buku sejarah didepan sandara terpaksa nganggur karena si pembaca sibuk dengan pikirannya. Raut wajahnya terlihat lesu.

yak, kenapa kau masih disini?”

Sandara mendongak dan menemukan dua perempuan menatapnya dengan sinis. “nuguseyo?” tanya sandara pelan.

mwo? Nuguseyo?! Kau ini bodoh atau ingin mengejekku?” kesal seorang perempuan dengan mata kecil yang tajam.

Sandara memutuskan untuk berdiri. Ia tidak mengerti kenapa perempuan itu membentaknya. “apakah saya terlihat bodoh?”

Kedua perempuan itu mendengus dan tersenyum meremehkan. “ya, kau sangat bodoh. Apa hak mu terus berada di sekitar jiyong? kau jangan menyerobot seenaknya! Kita sudah lebih dulu dekat dengan jiyong. jadi jiyong itu milik kami!” si perempuan dengan pipi tembem dan mata besar itu menunjuk sandara dengan sangat sinis. Terlihat amarah dimatanya.

Sandara mengernyitkan keningnya. beberapa mahasiswa mulai berkumpul menyaksikan kejadian itu. sebenarnya tidak terlalu menarik karena sudah cukup banyak perempuan yang saling membentak memperebutkan seorang lelaki di kampus itu, terutama jiyong yang memiliki segudang fans. Tapi sekarang cukup menarik, karena sandaralah korbannya. Gadis yang akhir-akhir ini selalu bersama jiyong dan memiliki kecantikan yang luar biasa.

jeosonghaeyo, saya tidak mengerti apa yang anda bicarakan. Saya dekat dengan jiyong-ssi karena kami memang sering bersama. Dan setau saya, kalian tidak pernah bersama jiyong.” balas sandara dengan tenang dan kalem. Sopan dan jelas.

Kedua perempuan itu tersenyum kikuk karena beberapa mahasiswa mulai tertawa mendengar balasan sandara yang benar-benar santai.

yayak! kau—” si perempuan bermata kecil itu mulai melayangkan tangannya hendak menampar sandara. Sandara menutup matanya erat. jantungnya berdegup.

Set!

“siapa kau bisa mengklaim kalau jiyong itu milikmu? Jiyong bukan barang dan jangan menyebar gosip sembarangan kalau jiyong itu milik kalian hanya karena kalian pernah dekat dengannya.”

Sandara meneguk liurnya dan membuka matanya pelan. sedetik kemudian matanya terbuka lebar dengan sempurna.

“cha-chaerin..” si perempuan dengan pipi tembem itu mulai gugup. Begitupula dengan si perempuan bermata kecil yang tangannya digenggam kuat oleh chaerin.

“chaerin, sudahlah.” sandara menarik tangan chaerin membuat chaerin menghentakkan tangan perempuan bermata kecil itu.

aw..” rintihnya pelan sambil mengelus tangannya yang digenggam oleh chaerin.

“dengar ya, jangan pernah mengganggu sandara. Kau beruntung karena aku menahan tanganmu. jika tidak, apa yang akan kau jelaskan pada jiyong kalau ia menemukan bekas merah di wajah gadis yang sangat ia lindungi?” chaerin menatap dua perempuan itu dengan tajam membuat keduanya menunduk. seluruh mahasiswa di perpustakaan itu sudah berkumpul menyaksikan aksi chaerin yang melindungi sandara. Untung tidak ada pengawas perpustakaan sehingga mereka tidak perlu mengecilkan volume suaranya.

Sandara terhenyak mendengar ucapan chaerin barusan. ‘gadis yang sangat ia lindungi.’. itu maksudnya ia dan jiyong kan?

“ta-tapi chaerin, kau tau kan kami hanya ingin melindungi jiyong dari gadis-gadis yang bisa saja menyakitinya seperti dulu. oleh ka—”

“—kalau kau ingin melindungi jiyong, maka lindungi gadis ini. jika gadis ini disakiti, makan jiyong akan lebih tersakiti dari sebelumnya. Kau mengerti, sohee-ssi, lizzy-ssi?”

Sohee dan lizzy—kedua perempuan yang membentak sandara tadi itu pun menutup mulut mereka rapat-rapat dan segera beranjak dari sana dengan sangat kesal. Wajah mereka memerah menahan malu dan kekesalan yang sungguh besar pada chaerin dan sandara.

Sandara menatap kepergian sohee dan lizzy dengan diam. Ia ingat sekarang. Dua perempuan itu lah yang kemarin mengajaknya berkenalan di toko aksesoris dan membahas tentang jiyong.

Tapi bukan itu yang menarik perhatian sandara. Tapi soal ‘gadis-gadis yang bisa saja menyakiti jiyong seperti dulu’ yang mengganjal di pikiran sandara.

“maaf sudah membuat keributan.” Chaerin menundukkan kepalanya meminta maaf pada seluruh mahasiswa yang sekarang sedang mengelilinginya dan sandara. Sedetik kemudian mahasiswa itu pun bubar kembali ke kegiatan mereka masing-masing.

Sandara masih mencoba untuk berpikir ketika chaerin menarik tangannya. “E-eh? kita mau kemana, chaerin-ssi?” tanya sandara kaget.

“kupikir perpustakaan bukan tempat yang aman untukmu dara. Kalau saja tadi aku tidak datang, pasti sohee sudah menamparmu. Dan aku mungkin saja akan dimarahi oleh jiyong jika saja tadi aku terlambat sedetik untuk menolongmu.”

Sandara terdiam dan membiarkan chaerin menariknya keluar dari perpustakaan. “kkamsahamnida (terima kasih banyak) chaerin-ssi.” gumam sandara.

Chaerin tersenyum tipis dan merangkul sandara. “jangan berterima kasih padaku, tadi itu hanya kebetulan karena aku juga sedang mencari bahan kuliah.”

Sandara tersenyum tipis. “ya, tapi aku tetap berterima kasih padamu chaerin-ssi.”

*

“laguku sudah jadi, huh?”

Jiyong yang sedang menyeruput ice coffeenya di kantin itu mendongak dan mendapati seunghyun sedang menatapnya lurus. Jiyong mendengus dan menggeleng. “belum selesai. tapi tinggal bagian bridgenya yang perlu kuubah.”

Seunghyun duduk disamping jiyong. suasana kantin saat itu cukup sepi karena sedang ada rapat besar yang diadakan beberapa anggota ekskul. Sebenarnya jiyong juga harus ikut rapat karena ia anggota klub fotografer. Tapi ia sedang tidak mood dan memilih untuk bolos di kantin.

“ada apa denganmu, heh? Kau terlihat sangat lesu.”

Jiyong melirik seunghyun dengan sinis. “semua gara-gara kau, hyung.”

Seunghyun mengernyitkan keningnya. “aku? kenapa denganku?”

“kalau saja kemarin kau tidak memberitahuku kalau aku mencintai dara, mungkin aku tidak akan melakukan i.. ah lupakan.” Jiyong mendecak kecil karena hampir saja keceplosan bahwa kemarin ia mencium sandara.

Seunghyun mengangkat alisnya. Ia mulai tertarik. “oh benarkah? kau melakukan apa pada sandara? Aigoo, kau mulai pervert..” goda seunghyun dengan suara rendahnya membuat jiyong menggeser duduknya menjauh dari seunghyun.

“diamlah! Ini semua gara-gara kau, hyung. aku tidak akan menuliskan lagumu lagi!”

Mata seunghyun melebar dan segera mendekati jiyong dan memegang tangan temannya itu. “jangan ngambek, ji~” seunghyun memasang wajah imutnya dan sengaja memanggil jiyong dengan ‘ji’ seperti yang sandara biasa lakukan.

Jiyong menatap seunghyun jijik. Dengan cepat ia menarik tangannya dan berdiri. “kau homo, hyung!”

Teriakan jiyong otomatis membuat beberapa mahasiswa di kantin menoleh dan segera menatap seunghyun yang melongo. Mahasiswa-mahasiswa itu berbisik-bisik dan tertawa mendengar teriakan jiyong.

Sementara seunghyun setengah mati menahan malunya dikala jiyong yang melarikan diri dengan perasaan puas telah membalas dendam pada seunghyun.

*

“sepertinya kau dekat dengan jiyong.”

Chaerin menoleh dan tersenyum kecut saat sandara mengucapkan kalimat yang ia benci itu. gadis bermata kucing itu meletakkan kaleng jusnya di meja batu didepannya.

“ya, kami berteman sejak sekolah menengah pertama.”

Sandara mengangguk berpura-pura mengerti. Setidaknya ia mengerti soal sekolah, tapi tidak dengan definisi menengah pertama. “kau menyukai jiyong?” entah kenapa perempuan joseon itu tiba-tiba keceplosan.

Chaerin mendongak dengan mata membulat. “e-eh?”

Sandara menggeleng. “ah maaf, aku hanya spontan..” gumam sandara membuat jiyong mengangguk-angguk.

Pemandangan di taman kampus siang itu cukup sepi oleh mahasiswa. Taman kampus itu sering dijadikan tempat nongkrong banyak mahasiswa. Tapi tentu saja tidak sembarang orang bisa duduk di taman kampus. Hanya orang-orang terkenal dan populer yang bisa duduk disana. Agak berlebihan, tapi tidak ada yang berani melanggar atau tiffany, si model terkenal itu akan membullynya habis-habisan. Tiffany termasuk perempuan populer dan memiliki sifat yang tidak mau kalah. semua orang memujanya seperti ratu. sehingga siapapun mahasiswa yang nongkrong di taman kampus tanpa gelar populer, gelar cantik, atau gelar lainnya, dengan sadis tiffany akan membuatnya malu. menurutnya, orang yang tidak cantik atau tidak tampan itu tidak bisa nongkrong ditempat yang sama dengannya. Ya, itulah tiffany si ratu dari fakultas performing arts.

Jiyong, seungri, daesung, seunghyun, bom, chaerin, dan minzy termasuk populer. Tentu saja karena mereka berteman dengan jiyong dan bom. Jiyong terkenal karena ia sangat tampan dan memiliki fans yang sangat banyak. Sementara bom terkenal karena ia sangat sexy dan berteman baik dengan tiffany.

Chaerin pikir, sandara tentu bisa duduk di taman kampus ini. ia adalah perempuan yang dibawa oleh jiyong, si lelaki yang cukup berpengaruh di kampus ini. juga sandara memiliki wajah yang ‘wow’. Tidak ada alasan tiffany akan mengusirnya.

“dara, apa kau yakin jiyong itu baik padamu?” tanya chaerin hati-hati. ia masih penasaran kenapa sandara bilang kalau jiyong itu baik dan lembut.

Sandara yang sedang meneguk susu strawberrynya mengangguk. “ya, dia baiiik sekali.”

Chaerin meneguk liurnya. “lalu.. apa kau menyukainya? Ah tidak, kau mencintainya?”

Sandara berhenti menyeruput susunya dan menatap chaerin kaget. “eh? aku mencintai jiyong?”

Chaerin mengangguk pelan. ia agak ragu bisa menerima jawaban sandara.

“aku tidak tahu. Terlalu cepat untuk mencintainya. tapi aku senang ia disampingku, melindungiku, dan tertawa bersamaku. Ia benar-benar membuatku nyaman.”

Jawaban sandara bukan seperti yang chaerin harapkan. Ia lebih tenang jika sandara hanya mengatakan ‘ya’ daripada berbicara panjang lebar soal perlakuan jiyong padanya. tapi sudah lewat masanya jika ia harus marah pada sandara karena menyukai jiyong. ya, chaerin punya pikiran yang dewasa. Semua orang punya hak untuk mencintai lawan jenisnya. Ia ingat seseorang pernah memberitahunya seperti itu.

Flashback

“hiks.. hiks..”

“astaga, kau menangis?” lelaki itu meraih wajah chaerin. Chaerin menggigit bibirnya menahan isakannya.

“ji-jiyong menyukainya.. jiyong bilang padaku dia mencintainya, seungri-ah..” lirih chaerin dengan nafas tersendat.

Seungri, lelaki itu menggertakkan giginya. Sudah jelas chaerin menangis karena jiyong. lelaki yang sangat dicintai chaerin. Seungri sebenarnya sangat senang ketika ibunya bilang bahwa chaerin datang dan menunggunya di teras rumahnya. Tapi ketika ia turun ke teras rumahnya, yang ia dapati bukan senyuman gadis pujaannya itu, tapi air mata menyedihkannya.

“lalu kau menangis karena itu?” tanya seungri lembut.

Chaerin mengangguk pelan masih dengan air matanya yang mengalir deras.

“hey chae, kau mau tahu apa yang sangat romantis dari cinta bertepuk sebelah tangan?”

Chaerin terdiam dengan bahu yang naik turun. Tatapannya beradu dengan tatapan menenangkan seungri.

“kau tetap menunggunya, mengatakan bahwa kau akan terus mencintainya, dan tetap memilihnya walau ia sudah bersama orang lain. Menyakitkan, tapi cukup romantis, benar kan?” seungri tersenyum pahit. Hatinya sakit.

Tangis chaerin meledak. Perkataan seungri memang tidak begitu istimewa. Tapi entah kenapa hal itu justru membuatnya menangis.

Seungri menghela nafas berat dan menarik chaerin ke pelukannya. “menangislah chae, kau punya bahu yang siap menampung tangismu.” Canda seungri sambil mendekap chaerin dengan penuh sayang dan menyandarkan chaerin pada bahunya.

“a-apa rasanya sesakit ini? hiks..”

Seungri merasakan nafasnya tercekat. “ya, sangat sakit chae..” gumamnya pelan dengan suara bergetar. tangannya mengelus rambut chaerin dengan lembut.

“apa sesakit ini saat seseorang yang kita cintai malah mencintai orang lain?” lirih chaerin.

Tes

Air mata seungri jatuh perlahan. apa chaerin tidak tahu kalau seungri berada di posisi yang sama dengannya? Bahkan seungri harus memendamnya tanpa memberitahu chaerin. Ia tidak ingin persahabatannya dengan chaerin rusak jika chaerin tahu seungri mencintainya. sangat mencintainya.

Seungri segera menghapus air matanya. “kau tahu chae, cinta memang tidak harus selalu memiliki, hm?”

Chaerin tetap terisak.

“kita sudah cukup dewasa untuk membuka pikiran kita chae. Semua orang punya hak masing-masing untuk mencintai seseorang. Tidak bisa kita atur semau kita. tapi kita bisa memilih seseorang untuk dicintai. Ingat chae, yang terpenting itu adalah kebahagianmu. Jika ia bahagia, apa kau bahagia?”

Chaerin terdiam.

Seungri tersenyum pahit. “selama orang yang kita cintai bahagia, maka tidak akan ada waktu untuk menangisinya. Benar, kan?”

Flashback off

“chaerin-ssi?”

Chaerin tersadar dari lamunannya. “ah ya maaf, sampai dimana kita tadi?”

“tentang.. jiyong?” ucap sandara agak ragu.

Chaerin mengangguk. “kau tahu, jiyong adalah lelaki yang baik. Ia memang terlihat jahat, tapi sebenarnya ia sangat perhatian. Ia terlihat sinis, tapi ia sangat lembut. Ia terlihat pemberani, tapi ia itu pemalu. Jika ia mencintai seseorang, tidak peduli apapun, jiyong akan melindunginya sekuat tenaga. Ia tidak akan membiarkan orang yang dia cintai itu sakit atau ketakutan. Tidak akan pernah. Selama ia mencintaimu, selama itu pula kau akan terus dimuntahi oleh semua perhatian dan cintanya.”

Sandara terdiam. Ia mengingat saat jiyong menyelamatkannya di toko perhiasan. Saat jiyong menggendongnya ketika kakinya sakit. Dan saat jiyong memeluknya ketika ia menangis karena hujan. Wajahnya memerah.

“tapi jiyong.. mengatakan kalau ia hanya refleks.” gumam sandara pelan. darahnya berdesir pelan ketika mengingat kejadian tadi pagi.

Chaerin mengernyitkan keningnya. “refleks? maksudmu?”

Sandara mendongak dan menyentuh bibirnya pelan seakan ia masih bisa merasakan bibir jiyong yang menyentuh bibirnya itu. chaerin terbelalak. “jiyong menciummu?”

Sandara menaruh telunjuknya di bibirnya. “sst, aku pikir itu bukan kabar yang baik. Tolong rahasiakan.”

Chaerin meneguk liurnya. Untung taman kampus sedang sepi. Dan intinya bukan soal keramaian, tapi jiyong yang mencium sandara. Hati chaerin mulai tergores pelan. jiyong mencium sandara? Sejauh apa hubungan mereka?

“tapi jiyong bilang kalau ia hanya refleks karena suasana.”

Chaerin menggeleng pelan. tatapannya menyendu. “jiyong mencintaimu, dara. Ia tidak refleks, ia hanya malu mengakuinya.”

Sandara mengernyitkan keningnya. “jiyong mencintaiku? Tidak, tidak mungkin. Ia hanya refleks.” ucap sandara bersikeras. Entah kenapa ia tidak punya firasat yang baik mengenai ini.

Chaerin menghela nafas pelan. “percaya aku dara. Jiyong mencintaimu. Hanya ia belum berani mengungkapkannya. Aku tadi bilang kan, ia memang terlihat pemberani, tapi jiyong itu lelaki yang pemalu. Ia malu padamu.”

Sandara menatap chaerin. Benarkah jiyong mencintainya? tapi kenapa? sandara tidak punya alasan untuk dicintai oleh jiyong. ia hanya perempuan joseon yang idiot dan menyusahkan jiyong.

“dara, tolong. Jangan hindari jiyong karena kau tahu ia mencintaimu. Sekali ia mencintai seseorang, maka tidak ada alasan bagi jiyong untuk berhenti mencintainya. sampai titik dimana ia harus menyerah, maka disitulah kesempatan terakhirmu melihatnya berlutut dihadapanmu.”

Sandara meneguk liurnya. “kau sepertinya sangat dekat dengan jiyong.” ucapnya tanpa sadar.

Chaerin tersenyum pahit. “ya, kami sangat dekat, ia seperti oppa bagiku. Jadi kumohon jangan sakiti ia.”

Sandara terdiam. Ini terlalu berbahaya. Dan membuatnya berdebar.

*

“ayo pulang.”

Sandara yang sedang menunduk di taman kampus seorang diri mendongak dan terkejut mendapati jiyong dengan gagahnya menyodorkan tangannya seakan mengajaknya untuk bergandengan.

“ji-jiyong..”

Jiyong mengernyitkan keningnya. “kenapa kau kaget sekali? apa ada yang mengganggumu?” jiyong berlutut dihadapan sandara dan menyentuh lengan perempuan cantik itu. diwajahnya, tersirat jelas kekhawatiran yang besar. tindakan jiyong itu mendapat siulan banyak mahasiswa.

Sandara menggeleng cepat. “ti-tidak ada. Darimana kau tahu aku ada disini?”

Jiyong tersenyum lega. “aku diberi pesan oleh chaerin kalau kau ada disini. ia tidak bisa kembali karena memiliki urusan mendesak.”

Sandara mengangguk. “baiklah, ayo kita pulang.”

Jiyong tersenyum tipis dan kembali berdiri diikuti oleh sandara. Jiyong meraih tangan sandara dan menggenggamnya.

“E-eh?” sandara mendongak dengan wajah memerah. Tangannya kaku seketika.

Jiyong membuang wajahnya. “hanya sampai kita ke mobil. parkiran sedang ramai, aku tidak mau kau terluka nantinya.”

Jika ia mencintai seseorang, tidak peduli apapun, jiyong akan melindunginya sekuat tenaga. Ia tidak akan membiarkan orang yang dia cintai itu sakit atau ketakutan. Tidak akan pernah.

Deg

Ucapan chaerin bagaikan roll film yang tiba-tiba terputar dalam kepalanya. Wajahnya memanas. Apa jiyong benar-benar mencintainya?

*

Jiyong’s parent house

“tenang saja eomma, lagipula aku juga tidak begitu sering memanjakan haru.”

Jiyong menghela nafas panjang setelah mengucapkan kalimatnya. Eommanya dan haru duduk disofa depannya.

“baiklah, terserah kau saja.” eomma jiyong menyerah memarahi jiyong. tatapannya pindah ke haru yang sedang memakan pisang disampingnya. “aigoo, kau harus tumbuh besar dan cantik seperti eommamu.” Gemas eomma jiyong sambil mengelus rambut haru.

Haru tersenyum lucu. “tentu saja. aku juga ingin tumbuh cantik dan baik hati seperti sandara unnie!”

mwo?”

Jiyong dan eommanya spontan tersontak. Eomma menatap putranya penuh curiga. yang ditatap hanya bisa meneguk liur. “sa-sandara teman kampusku. Ia kenal dengan haru.”

Eomma menatap jiyong tajam. “jika ia benar cantik dan baik, bawa ia menemui eomma.”

mwo?” pekikan kedua keluar dengan lancar dari mulut jiyong. matanya membulat dibalik kacamata hitamnya. Jantungnya terpacu.

“ya ya, halmeoni harus bertemu dara unnie~” koor haru dengan riangnya dan menatap jiyong seakan mengatakan ‘ayo kita bawa dara unnie sekarang juga menemui halmeoni!’. Dan jiyong hanya bisa melongo ditengah tatapan haru dan tatapan tajam eommanya.

*

Sandara memeluk kakinya diatas sofa mengikuti gaya seorang actress yang sedang melakukan hal yang sama didalam tv. Sandara merasa posisinya itu nyaman, juga cukup menenangkan.

“jiyong mencintaiku? Tapi kenapa..?” gumamnya ragu. tatapannya meredup seiring debaran jantungnya yang mengeras.

Jiyong sedang menjemput haru karena eomma jiyong akan ke busan malam ini. seperti biasa, sandara menunggu jiyong dengan sabar di atas sofa dengan tv menyala. Itu hiburan tersendiri untuk sandara.

Sandara sedikit bersyukur karena ia bisa menghabiskan waktu sendiri. setidaknya untuk sekarang. kepalanya benar-benar penuh oleh keraguan akan jiyong. lelaki itu.. bagaimana mungkin ia mencintai gadis joseon yang polos ini? tapi sandara belum yakin dengan ucapan chaerin. Buktinya jiyong sendiri bilang jika ia hanya refleks.

Sandara merasakan jantungnya berdenyut. Ingatan akan jiyong kembali masuk ke pikirannya. Bersamaan dengan identitasnya yang tiba-tiba menjadi halangan untuk kebahagiannya—sekarang atau kedepannya.

Tentu saja, sandara tidak sebodoh itu. jika memang jiyong mencintainya, mereka mungkin tidak akan bisa bersatu. Kenapa? cepat atau lambat, sandara pasti akan kembali ke masanya. Ia kemari hanya untuk menemukan kebahagiannya.

Sandara menghela nafas. Semua terasa begitu lambat sekarang. padahal belum genap satu minggu ia berada di masa depan, dan sandara sudah mempunyai kehidupan yang baru. jiyong, chaerin, youngbae, dan lainnya. Sandara sudah mulai bisa menikmati dunianya yang sekarang.

Tapi ia takut. Ia takut semuanya menjadi sangat cepat berlalu dan tiba waktunya ia harus meninggalkan semuanya. Ia takut ketika ia mulai nyaman di masa ini, ia harus meninggalkannya. Ia takut harus meninggalkan jiyong disaat ia mulai menaruh perhatian ke lelaki moderen itu.

Ya.

Sandara takut ketika ia mulai mencintai jiyong—semuanya lenyap.

 

 

 

 

 



TBC

next >>



Author’s note : Yaampun lama banget aku ga pos ini ffLL maafinn aku readers huhu aku lgi sibuk real tugas numpuk maklum baru lepas rok biru wkwk. Ohiyaa, di chapter ini aku lebih jelasin detail-detail perasaan tokoh-tokohnya biar ga ribet. Dan soal yang mau tau jawaban sandara yang pas jiyong cium semalamxD yah kalo diperhatiin, kalian bisa dapat jawabannya di scene terakhir itu. pokoknya aku minta maaf sekali lagi aku postnya lama banget yaallah maafin akuL insyallah chapt selanjutnya aku usahain biar cepet. Baru jadi setengah sih, Cuma aku lagi ngetik lanjutannya. Ohiya, aku juga post lelet karena lagi bikin…. trailernyaa FF inixD

Okee ditunggu aja ya chapt selanjutnyaa doain supaya lancarxD makasih udah nunggu lamaa buat ff gaje ini huhuT.T. dan ditunggu ya trailernyaJ

Hengsho daragon and applerss! Thankyou for reading, and happy waitingxD

 

Fighting Applers & Fighting Jung Yoorey!! ^^

 

26 thoughts on “[Series] Coming To You – 5

  1. Cinta yg sadis. Dara unnie dari jaman joseon, jiyong oppa di jaman modern. Yang aku takutin dara unnie tiba tiba kembali ke jaman joseon meninggalkan jiyong oppa yang sangat mencintai dara unnie, gimana jadinya? mudah mudahan ada reinkarnasiannya dara unnie jadi jiyong oppa ndak perlu khawatir. Btw, agak kasian sama seungri oppa n chaerin unnie di part ini

  2. Apa cuma aku ya yg merasa kalau Youngbae pengganggu di sini?
    Kya… backsound’s nya, Let’s not Falling In Love, ya… aku rasa cocok bgt backsound’s nya di capther ini, karena setelah dara menemukan ‘kebahagiaan yg sebenarnya’ dara akan pergi tinggal In ji di zaman nya… jd cocok bgt backsound’s nya, biar Jiyong sama dara gk saling jatuhcinta… but… oh no!!!! never… daragon harus bersama….

Leave a comment