My Lost Memory [Chap. 10-End]

my-lost-memory

Author : Bernadette
Genre : Fantasy, Horror, Romance

~~~

WARNING: TYPO’s bertebaran^^

 

Author’s pov

Jiyong’s apartemen

 

“Jiyong, aku sudah membelikanmu bubur, makan-” Ucapan youngbae terputus setelah melihat jiyong tidak ada dikamarnya.

“Kemana anak itu?” tanya youngbae seraya berjalan keluar dan menaruh buburnya di meja ruang tamu.

Youngbae mengambil hapenya yang berada disaku jaket dan segera menghubungi Seungri.

“Yeoboseyo. Wae, hyung?”

 

“Apa jiyong memberitahumu bahwa ia pergi kesuatu tempat?”

“Aniyo. Apakah jiyong tidak ada di apartemennya?”

 

“Ne”

 

“Seungri, bisakah kau melacak keberadaan jiyong dan taeyeon. Aku memiliki firasat buruk tentang ini” lanjut youngbae

Menaruh pelacak dalam handphone taeyeon dan jiyong merupakan salah satu cara mereka berempat untuk berjaga-jaga terjadi sesuatu yabg tak diinginkan dan benar saja, cara ini bisa saja berguna.

“Baiklah. Aku akan melacaknya. Tunggu sebentar, aku akan menyalakan laptopku”

 

1 menit..

2 menit..

“Hyung..”

 

“Dimana posisi jiyong?”

“Jika ada yang terjadi apa apa dengan jiyong, aku berjanji akan membunuh Taeyeon dengan tanganku sendiri”

“Dimana jiyong?!”

“Dia berada di Gangnam… bersama dengan taeyeon”

 

Gangnam

 

Jiyong mengerjapkan matanya dan berusaha menyesuaikan pengelihatannya dengan penerangan minim di ruangan yang begitu sempit menurut jiyong. Ia terduduk di sebuah kursi lusu dan tangannya terikat dibelakang. Mulutnya tertutup oleh kain putih yang membuatnya tak leluasa bersuara. Kakinya juga diikat pada kaki kursi yang semakin mendukung keadaan mencekam. Hawa dingin menelusup tengkuk jiyong dan matanya mulai menangkap sosok Taeyeon.

“Kau sudah bangun?” tanyanya sambil mengelus pipi jiyong.

Jiyong tak habis pikir bahwa orang yang ia pikir baik menyekapnya seperti ini. Jiyong menatap taeyeon tajam dan aura bencinya tak dapat dikendalikn.

“Jangan menatapku seperti itu!” tegas taeyeon dan menampar jiyong keras.

Taeyeon menarik kepala jiyong dan memposisikan bibirnya tepat di telinga jiyong, “Dengar. Saat ini, aku bisa saja menghilangkan nyawamu dalam sekejap. Jadi, bersikap baiklah padaku” dan setelah mengucapkan itu, taeyeon membuka kain putih yang menutup mulut jiyong.

“Jika kau berteriak, maka sia-sia saja”

“Kau pikir aku bodoh? daerah gangnam memang sepi, bahkan tidak ada yang berani mengunjungi tempat ini kecuali penjahat sepertimu” tantang jiyong.

“Siapa yang penjahat disini? tentu saja itu kau”

“Kau yang membuatku seperti ini” isakan taeyeon mulai terdengar.

“Hanya karena gadis bodoh itu, kau menghancurkan hatiku dan tak menghargai perasaanku.”

“Hanya karena dia” ricauan taeyeon mulai terdengar aneh di telinga jiyong. Sungguh, jiyong benar-benar tak mengerti ucapan taeyeon.

“Apa yang sedang kau bicarakan? aku sungguh tak mengerti” ujar jiyong pelan.

“Tentu saja kau tak mengerti karena kau tak mengingatnya”

“Mwo?”

“Haruskah aku membuatmu mengingatnya? Akan kupastikan kau merasakan kesakitan yang luar biasa”

“Apa maksudmu?”

“Dara. Sandara park”

deg..

 

Jiyong terlihat kaget dan bingung disaat yang bersamaan. Melihat itu, memasang senyum licik di wajah cantiknya.

“A..apa.. hu..hu..hubungannya dengan sandara park?”

“Sandara park. Yeoja yang merebutmu dariku, Cinta pertamamu”

Kilasan-kilasan memori mulai bermunculan dikepala jiyong. Pertemuan pertama, ciuman pertamanya dengan dara, kencan-kencannya dengan dara, pertemuannya dengan Taeyeon untuk pertama kali. Semuanya mulai menjadi bagian dalam ingatan jiyong tetapi, rasa sakit yang menyerang juga tak dapat dihindari. Jiyong berteriak kesakitan dan mulai merasakan rasa pening. Hidungnya mengeluarkan darah dan dalam sekejap, memorinya telah utuh. Jiyong telah mengingat semuanya. Taeyeon tertawa menyaksikan jiyong yang berteriak kesakitan seperti itu yang menurutnya tontonan yanv menarik.

“Sudah ingat semuanya? apa kau tau rasa sakitnya seperti apa?” tanya taeyeon tetap dengan tawanya.

“Kau-“

“Oh, aku lupa memberitahumu sesuatu. Penyebab kau yang hilang ingatan dan dara yang sudah meninggal adalah aku. Benar-benar hebat, bukan? aku dapat melepaskan sebuah tembakan dan tepat mengenai dua orang” potong taeyeon cepat

“Dara… meninggal?” Tanya jiyong syok mendengar orang yang dicintainya telah meninggal.

“Ya, dia sudah meninggal dan aku sendiri yang menyaksikannya terlempar ke jurang.”

“Kau pasti salah lihat”

“Jika kau tidak percaya maka bertanyalah pada temanmu nanti. Oh, tidak, tanyalah kepada dara nanti”

“Apa maksudmu?”

Taeyeon berjalan pelan kearah lemari perlengkapan senjatanya, “Apa maksudku? ehm.. kau pasti tau maksud ucapanku ini.” Ujarnya sambil mengambil pisau dapur yang terlihat sangat tajam dan pistol seperti milik para detektif atau polisi.

“Kau mau dengan pisau ini atau pistol yang ini?”

“Seungri-ah, kau yakin?” tanya youngbae.

“Aku sangat yakin. Mana polisinya?”

“Mereka sedang dalam perjalanan. Kita masih harus menunggu”

“Beruntung kita memiliki So Hyuk di kepolisian. Jika tidak ada So Hyuk, mungkin mereka tidak akan percaya dengan semua ini” ucap seunghyun.

“Mereka mungkin akan menganggap kita bermain-main jika So Hyuk tak percaya kepada kita” lanjutnya.

“Aku takut terjadi apa-apa dengannya”

“Hey, jiyong pasti baik-baik saja, Daesung”

“Kuharap begitu”

Mobil polisi datang. Tanpa suara dan penuh hati-hati. Mereka sudah terbiasa seperti itu, apalagi Gangnam adalah kawasan penjahat.

“Itu dia. Aku akan keluar” ujar seunghyun sambil membuka pintu mobil dan diikuti oleh youngbae.

“So Hyuk hyung, jiyong berada di sini” youngbae memberikan laptop yang menampilkan posisi jiyong sekarang.

“Baiklah. Serahkan pada tim kami” ujar so hyuk ramah.

So hyuk memberikan arahan kepada anak buahnya dan segera melaksanakan tugasnya. Sebelum itu, so hyuk memberikan sebuahwalkie talkie kepada seunghyun.

“Ambil ini. Beritahukan sesuatu jika terjadi apa-apa”

Seunghyun dan youngbae mengangguk mengerti dan kembali masuk ke dalam mobil.

“Oh ya, youngbae, kemana kau pergi sebeluk mengetahui jiyong tak ada diapartemennya?” tanya seunghyun penasaran.

“Jiyong menyuruhku membelikannya bubur dan aku menurutinya. Setelah menyuruhku itu, ia tertidur dan aku pergi ke restoran sebelah”

“Ia benar-benar tertidur?”

“Ya. Ia tertidur sangat pulas”

“Apakah ia diculik?” gumam seunghyun masih dengan kebingungannya.

Daesung menyandarkan kepalanya di kaca mobil dan mengalihkan perhatiannya keluar mobil. Matanya menangkap sebuah mobil yang sangat dikenalnya, “Hyung, itu mobil milik jiyong” ucapnya dengan menunjuk mobil itu. Seunghyun, youngbae, dan seungri menoleh dan benar saja, itu mobil milik jiyong. “Ia dijebak” desis seungri kesal dan mengepalkan tangannya.

“Wah, taeyeon benar-benar cerdas sekaligus licik.” timpal youngbae.

Sreekk.. srekk

 

“Seunghyun. Kau yakin memasang pelacaknya dengan benar?” suara So Hyuk dari walkie talkie terdengar.

“Aku sangat yakin” jawab seunghyun dengan wajah yang menampakkan ekspresi takutnya.

Srekk.. srekkk..

 

“Oh tunggu sebentar. Bisakah kalian kesini?”

 

“Apa yang terjadi?”

“Ada jalan menuju ruang bawah tanah. Kemarilah.”

“Kita harus berjalan kearah mana?”

“Dari tempatmu tadi, kau harus berjalan lurus kemudian ada belokan kekanan dan kekiri, berbeloklah kearah kanan dan kau akan menemukanku dan anak buahku”

 

“Baiklah. Aku akan segera kesana”

“Ruang bawah tanah?” tanya daesung sambil mengerutkan dahinya.

“Ayo kita kesana sekarang” ajak seunghyun sambil membuka pintu mobil dan diikuti yang lainnya.

“Ini jalan masuk keruang bawah tanah, tetapi sangat sulit untuk membukanya. Kita harus berhati-hati dan membukanya tanpa suara” perintah so hyuk kepada salah satu anak buahnya.

Si anak buah mengangguk dan segera melaksanakan tugasnya.

“Bagaimana jika jiyong tidak ada disini?”

“Ia benar-benar berada disini karena pelacaknya menampilkan seperti itu”

“Kuharap jiyong baik-baik saja”

So Hyuk mengangguk pertanda mengamini dan memusatkan perhatiannya ke sekeliling.

krieett.. krekk..

 

“Sudah terbuka” ucap si anak buah dan segera mempersilahkan So Hyuk untuk masuk.

“Kau ikut masuk?” Tawar So hyuk.

“Tentu saja” jawab Seunghyun. Sementara Youngbae, Daesung, dan Seungri menunggu diluar.

“Jangan terlalu membunyikan banyak suara” Perintah So Hyuk kepada anak buahnya dan Seunghyun

Merekapun masuk dan menuruni tangga. Aroma wine memenuhi ruangan pertama yang mereka lalui.

“Bukan disini. Coba kita lanjutkan pencarian”

Ruangan keduapun masih sama. Penuh wine yang aromanya sangat nikmat.

“So Hyuk ada pintu disana” bisik seunghyun pelan dan penuh hati-hati”

So Hyuk mengisyaratkan kepada anak buahnya untuk berhenti dan mulai berjalan pelan kearah pintu. Ia membuka pintu sangat sangat pelan dan tidak menimbulkan suara sama sekali. Ada tangga dan suara rintihan? Ia melepas sepatunya dan mulai menuruni tangganya dengan perlahan. Seunghyun dan anak buah So hyuk mulai mendekat.

“Ini sakit?” Tanya taeyeon sambil menggoreskan pisaunya ke pundak jiyong.

Teriakan jiyong tak dapat ditahan. Ia merasakan sakit yang luar biasa karena pisau nya masih menancap sempurna di pundaknya dan ia tidak dapat berbuat apa-apa.

So hyuk mengisyaratkan pada anak buahnya untuk segera mengepung taeyeon dan dalam sekejap Taeyeon sudah diamankan dan berusaha melarikan diri dari jeratan polisi. Seunghyun berlari kearah Jiyong dan mendapati sahabatnya itu mendapatkan luka di pundak, kening, dan perutnya.

“So Hyuk, tolong aku untuk memapah jiyong” seru seunghyun dan mencoba menghentikan pendarahan di perut jiyong.

“Apa kau sudah memanggil ambulance?” tanya seunghyun.

“Sudah”

“Lepaskan aku!” jerit taeyeon dengan berusaha menusuk perut salah satu anak buah So hyuk dengan pisau yang masih berada ditangannya.

“Yak! Jauhkan pisaunya!” Salah satu anak buah So hyuk melepas paksa pisau yang berada di tangan taeyeon dan segera memborgolnya.

Taeyeon dibawa keluar dan memasuki mobil polisi. Sebelum itu, seungri menatap taeyeon dengan perasaan yang campur aduk. Perasaan kecewa, benci, kasihan, dan sayang. Ia tak bisa membayangkan adik sepupunya akan menderita seperti apa di penjara nanti.

Jiyong masih sadar meski dengan luka seriusnya. Ia dipapah oleh Seunghyun dan So Hyuk dan dibaringkan di ranjang yang sudah disediakan oleh ambulance. Ambulance pun melaju dengan cepat dan membawa jiyong ke rumah sakit.

2 Bulan kemudian…

 

Seoul Hospital

 

2 Bulan. Sudah 2 bulan, kejadian itu berlalu. Kejadian mengerikan yang pernah dialami oleh jiyong. Hampir saja ia mati terbunuh karena yeoja itu. Dan 2 bulan juga, jiyong harus dirawat dirumah sakit. Jiyong sangat terpukul mendengar bahwa dara sudah meninggal. Teman-temannya mengatakan seperti itu. Jiyong mencoba untuk tetap tersenyum dihadapan sahabat-sahabatnya. Walau hanya senyum palsu, jiyong merasa nyaman dengan kebohongan itu.

Tok..tok..tok

 

“Masuklah” ujar jiyong sambil memasukkan pakaiannya ke koper.

“Hyung”

“Chanyeol?”

Jiyong menatap chanyeol tak percaya dan segera berjalan mendekat untuk memeluknya. Dulu, mereka sangat dekat. Setiap kali, jiyong berkunjung ke rumah Dara, ia membantunya mengerjakan tugas sekolah chanyeol dan bahkan bermain ps bersama dan kadang membuat dara merasa cemburu karena dilupakan.

“Kau sudah baikan, hyung?” Tanya chanyeol setelah jiyong melepaskan pelukan singkatnya.

“Sudah baikan. Bahkan aku bisa pulang hari ini. Kenapa kau bisa berada disini?” Jawab jiyong sambil kembali ke tempatnya tadi dan mulai memasukkan pakaiannya.

“Aku tau kau disini dari Seungri hyung”

“Hyung” panggil chanyeol lagi.

“Ehm. Wae?”

“Ada sesuatu yang harus kau ketahui. Jika aku menceritakannya, maka, kau orang pertama setelah aku dan orangtuaku yang mengetahuinya” ujar chanyeol dengan gugup.

“Aku merasa terhormat sekali. Memangnya ada apa?” gurau jiyong dengan tertawa melihat ekspresi muka chanyeol.

“Sebenarnya…”

“Orang yang kau cintai sudah menunggumu diluar”

Jiyong menghentikan aktifitasnya dan menatap chanyeol intens.

“A..apa.. maksudmu?”

“Dara noona, sudah menunggumu diluar”

1 tahun kemudian…

 

“Yak! kau berada dimana? aku sudah menunggumu lama” sebuah teriakan dari seberang telepon membuat jiyong sedikit menjauhkan telepon dari telinganya.

“Aku masih dalam perjalanan” ujar jiyong sambil tersenyum mendengar suara kekasihnya itu.

“Cepatlah datang atau aku akan pergi”

“Arraseo. Aku sebentar lagi sampai.”

Sambungan terputus. Jiyong mendesah geli mendengar kekasihnya marah seperti itu. Jika bukan karena dosen sialan yang menambah-nambah waktu mengajarnya, jiyong tidak akan terlambat seperti ini. Ia membelokkan mobilnya kearah kanan dan dari jauh, ia bisa melihat yeoja berperawakan mungkil yang menggunakan jaket pink kesayangannya. Yeoja itu berusaha menghilangkan hawa dingin yang meliputinya dengan mengusap-usapkan tangannya dan memasukannya ke saku jaket. Jiyong memarkirkan mobilnya dan segera menyusul gadisnya.

“Kau sudah menunggu berapa lama?” tanya jiyong yang sudah berada di sebelah yeoja itu.

Ia menoleh dan memasang raut wajah yang menurut jiyong sangat menggemaskan. Yeoja itu mengerucutkan bibirnya dan memalingkan muka.

“2 jam.” Jawab yeoja itu ketus.

Jiyong tertawa singkat dan meraih kepalanya untuk menghadap kearahnya. Jiyong mencium bibir yeoja itu penuh perasaan cinta dan beberapa detik kemudian ia melepaskan tautan bibir mereka.

Yeoja itu bersuara, “Apa kau menyogokku dengan ciuman? Ini tidak akan mempan buatku”

“Dee”

Dara. Sandara Park. Yeoja yang sudah mengalami masa koma selama satu tahun itulah yang berada di hadapan jiyong sekarang.

“Jangan marah.” sambung jiyong sambil mencubit pelan pipi dara.

“Jika kau mau membelikanku es krim itu, aku akan memaafkanmu” ujar dara kekanak-kanakan sambil menunjuk salah satu cafe yang menarik perhatiannya.

“Hanya itu?”

Dara mengangguk sambil tersenyum girang. Jiyong menggeleng tak percaya dan mengulurkan tangannya. Dara menggenggam tangan jiyong dan berjalan kearah cafe yabg ditunjuk dara tadi.

“Sejak kapan kau kekanak-kanakan sekali?”

“Sejak kita berpacaran dulu”

“Benar. Aku ingat kau merengek seperti ini juga dulu”

“Jangan menggodaku, mr kwon”

“Baiklah, mrs kwon”

“Hey, Aku belum menjadi istrimu” tawa dara meledak dan jiyongpun ikut tersenyum

“Sebentar lagi. Aku akan menjadikanmu istriku”

“Siapa bilang aku akan mengiyakan lamaranmu nanti?” tanya dara sambil menghentikan langkahnya.

“Kau bercanda, bukan?”

Dara melepaskan genggaman mereka dan berjalan meninggalkan jiyong yang masih terpaku ditempatnya berdiri.

“Kwon jiyong. Kau sangat bodoh. Tentu saja aku hanya bercanda” ujar dara yang berdiri beberapa langkah dihadapan jiyong.

Jiyong terperangah dan menghampiri dara. Ia merangkul bahunya dan membisikan sesuatu di telinga dara, “kau benar-benar gadis yang nakal. Aku harus memberimu pelajaran nanti malam”

Beberapa kata itu cukup membuat dara bergidik ngeri. Jiyong tertawa pertanda ia sangat senang berhasil membuatnya seperti itu dan mulai menyeret dara kecafe.

“K..kau hanya bercanda, kan?”

-END-

<<< back

 

Yeyy udah selesaiii. Makasih buat unnie deul yang sudah mau membaca dan memberi komentar pada ff gajeku ini. Mian bangettt kalo misalnya momen daragonnya belum cukup memuaskan kalian dan kuharap ff ini bisa cukup menghibur. Terima kasih banyak untuk Zhie unnie dan Pinda unnie yang berjasa dalam menge-post ff series pertamaku ini. Terimakasih juga atas dukungan kalian semua. Love you all. Hengsho^^

20 thoughts on “My Lost Memory [Chap. 10-End]

  1. Wah happy end,, tp thor kenapa cepet banget alurnya saya kira masih panjang,, tapi good kok ff nya,,o za thor da epilog nya gak? N di tunggu karya selanjutnya ,, fighting

  2. wah…taeyeon benar2 psyco
    cuma karena cintanya tak terbalas malah melakukan hal2 yang keji
    untung jiyong belum sempat dibunuh,baru dilukain aja tapi lukanya benar2 serius
    rasanya si taeyeon itu mau aku cekek aja karena udah melukai uri oppa.
    aaahhhh…syukurlah dara udah sadar dan mereka bersatu kembali

    sequel dong thor
    pengen liat dara sama jiyong nikah dan punya anak
    hehhehehe
    ditunggu karya selanjutnya yah
    fighting

  3. Bgus ff nya ..
    Sneng daragon.a happy ending ..
    Tp moment daragon.a dkit bgt ..
    D.tnggu ff series yg lain ..
    Smngt trus unie ..
    Faghhtinggg…

  4. Yahh udh end aja nih ffnya:( but sneng sih happyend tp msih kurg gtu kkkk khsusnya daragon momentnyaa di tggu karyanya yg lain thor^^

Leave a comment