It’s War #11

war

Author : Cyscha
Main Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong, Ahn Sohee
Support Cast : Park Bom, Lee Chaerin

“Sejak kapan kau tertarik untuk tau urusan pribadiku?” aku menaikkan sebelah alisku. Dan memang sangat aneh jika sekarang Dara bertanya tentang pernikahanku sementara dia tidak Pernah tertarik membahas apapun itu diluar topik pekerjaan.

“Oh, aku hanya ingin tau, karena Sohee memintaku menjadi pengiring pengantin. Aku pikir aku perlu mengecek schedule kerjaku dan mengosongkan jadwal pada hari pernikahanmu.” jawabnya mantap. Tapi kenapa aku melihat ada yang lain dimatanya. Seolah-olah bukan itu alasan dia ingin tau tentang pernikahanku.

“2 pekan lagi. Sebenarnya aku belum siap karena semenjak kasus kita aku semakin ngeri jika terikat dalam sebuah hubungan. Sementara pekerjaanku mengharuskan aku bepergian kemana-mana denganmu. Hanya tidak ingin menyakiti Sohee dan merusak nama baikmu” aku menatap kedalam matanya. Dara hanya mengangguk sebentar lalu berpaling. Aku rasa mungkin efek lelah jadi Dara terlihat sangat pendiam dan lesu.

“Kau tau darimana tentang pernikahanku?” tanyaku sembari merebahkan tubuhku disenderan kursi.

“Sohee memberitahuku.” jawabnya singkat. Dara duduk agak kedepan membuatku bisa memperhatikan dia lebih leluasa dari belakang. Rambutnya coklat bergelombang dan kelihatannya sangat halus. Tapi aku tentu tidak berniat menyentuhnya. Dara akan menggetok kepalaku.

Aku terkesiap ketika Dara menyisir rambutnya dengan tangan dan menggelungnya acak-acakan. Aku menelan ludah melihat leher belakangnya yang mulus dan putih. Dara ikut menyenderkan badannya. Aku melirik kesamping. Matanya mulai terpejam. Dan dia memiringkan badannya kearahku. Aku bisa menatap wajahnya sekarang. Tidak buruk. Sangat cantik malah. Aku ikut memejamkan mataku karena mendadak rasa kantuk menyerang. Wajar saja aku kurang tidur semalam.

***

Dara pov

Aku dan Jiyong melangkah kemeja resepsionis untuk meminta kunci kamar yang sudah direservasi oleh perusahaan. Ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk dari Bomie.

Dee, kau melupakan berkas-berkasmu. Aku mengecek apartemenku tadi.

Aku menepuk dahiku. Aigo aku lupa memasukan kertas itu kedalam tasku. Bagaimana ini? Mana bisa aku presentasi tanpa berkas itu. Jiyong mendekati dengan membawa 2 buah kunci kamar.

“emm kamar kita berbeda lantai, ini” Jiyong menyerahkan kunci kamarku. Aku mengambilnya dengan lemas. Apa yang harus kukatakan kepada Jiyong sekarang?

Kami melangkah beriringan menuju kamar. Kebetulan Jiyong memberiku kamar dilantai 5 sementara dia mengambil kamar dilantai 7. Aku menyeret langkahku dengan lemas saat masuk lift. Pikiranku tidak fokus tertuju pada berkasku yang sudah tertinggal. Ini akan menghabisi karirku.

“Kau kenapa?” Jiyong menatap wajah lemasku.

“Ti-tidak, aku tidak apa-apa” jawabku gugup. Aku meliriknya takut-takut tapi jiyong hanya menaikkan sebelah alisnya tak mengerti.

TING

pintu lift terbuka. Aku sudah berada dilantai 5. Aku melangkah keluar lift.

“Akan kujemput kau ketika jam makan malam. Oya pastikan berkasmu jangan tertinggal.” serunya sebelum lift tertutup. aku ternganga. Ya tuhan! Kali ini Jiyong akan benar-benar membunuhku. Aku tidak akan bisa melakukan presentasiku besok. Aku menghambur kekasur. Dan mengamuk disana. Badanku bolak balik terkadang aku bangun lalu menghempaskan lagi tubuhku kekasur.

KYAaaaaa

aku mengacak-acak rambutku. Aku harus melakukan apa sekarang? Hongkong-seoul sangat jauh. Apa aku harus memesan tiket dan terbang sekarang juga keseoul untuk mengambil berkasku? Errr aku tidak mungkin melakukan itu kan? Aku sudah mengerang kesal. Kakiku menghentak-hentak dikasur. Puas mengamuk aku meraih handphoneku untuk menelpon Bomie.

“KYA eonn.. Tolong aku! Aku mati sekarang. Siapkan kuburanku.” Erangku ditelpon ketika Bomie baru mengangkat telponnya.

“Aigo, kenapa kau Dalong? Apa yang salah?” suara Bomie terdengar panik.

“Kali ini Jiyong akan membunuhku eonn, berkas itu.. Kyaaa, aku akan mati. Serius! Kuberitahu siapkan peti mati untukku, akan akan pulang dengan tubuh terpisah-pisah nanti. Jiyong benar-benar akan memutilasiku.” Aku menangis sekarang. Bomie tertawa. Dia tidak prihatinkan dengan nasib sahabatnya ini? Aku mendengus kesal saat tawanya terhenti.

“Hei.. Tenanglah berkas itu memang tertinggal. Tapi aku sudah mengirimkan filenya ke emailmu. Kau tetap bisa presentasi besok.” Bomie berkata disela-sela tawanya.

“Benarkah? Aigoo aku benar-benar bodoh. Harusnya aku bisa berpikir kalau jaman sudah canggih sekarang.” Aku merasa lega sekarang.

“Kekeke.. Aku tau kau teledor dan aku sudah memprediksi ini akan terjadi. Ya sudah sekarang mandilah, aku tau kau baru sampai.” Bomie tertawa geli. Ya aku tau dia senang menertawakanku.

“Aku mencintaimu eonn.. Dan aku akan menikahimu nanti.” seruku senang. Bomie ber ‘hueks’ Ria saat mendengar ucapanku. Aku tertawa membayangkan dia sedang jijik sekarang. Kuputuskan panggilanku lalu bergegas mandi. 

Apa ini? Aku berdiri disudut ruangan dengan penerangan temaram dan suara dentuman music dimana-mana. Sementara seisi ruangan itu bergerak liar mengikuti irama music. Dibeberapa meja mereka sedang asyik minum-minuman.

Dan jika aku melihat ke sisi lain pemandangan menjijikan tertangkap mata. Berpasang-pasang namja dan yeoja saling mencium dan merapatkan tubuh mereka satu sama lain. Aku meringis, apa mereka benar-benar pasangan? Atau hanya emmm.. Mungkin tak perlu kesebutkan. Sepertinya aku salah telah menerima ajakan Jiyong untuk menemaninya malam ini. Kupikir kami akan pergi kekafe dan meminum kopi dengan cemilan coklat untuk menghabiskan malam. Tapi dia justru menarikku ketempat yang benar-benar liar. Disini ditempat ini aku seolah berada di sebuah party sex, dimana orang-orangnya tidak peduli 1 sama lain ketika mereka menginginkan hal itu.

Aku tidak menggunakan pakaian seksi. Hanya sebuah tanktop yang kulapisi sweater tentunya Dan sebuah celana pendek sedengkul. Aku tampak aneh. Serius! Diantara semua wanita ini, aku benar-benar salah kostum.

“Dara, kau mau minum?” Jiyong menawarkan red wine. Aku menggeleng. Kami duduk dikonter bar dan dia memesan beberapa botol wine. Aku memasukkan tanganku ke saku sweater ketika merasakan angin dingin malam menyentuh leherku.

“Ji, aku tidak suka disini. Bisakah kita hanya menikmati malam duduk santai dikafe?” tanyaku ketika dia sedang menenggak wine nya.

“Kau tidak pernah ketempat seperti ini sebelumnya?” Tanya Jiyong, bibirnya basah oleh wine dan itu terlihat seksi apa lagi saat dia menjilat sisa wine dibibirnya.

“Tentu saja pernah, Bomie kan mengajakku hampir setiap minggu. Hanya saja club disini berbeda dengan dikorea. Aku merasa ini sangat liar.” aku menjawab apa adanya. Aku sudah 24 tahun. Tentu saja aku juga pernah merasakan yang namanya party. Tapi entah tempat ini membuatku tidak nyaman.

“Kau kelihatan sangat polos Park.” Jiyong menuangkan lagi wine kegelasnya.

“Pastikan kau tidak mabuk Ji, aku tidak mau membopongmu.” Seruku melihat wajahnya yang sudah memerah. Kulirik botol wine dimejanya dan itu sudah kosong semua.

“1 botol lagi.” seru Jiyong kepada bartender didepan kami.

“Ewhh, kau sudah mabuk. Berhentilah.” Aku mencegahnya meminum wine yang baru saja diberikan sang bartender.

“Aku tidak mabuk. Ini baru berapa botol. Apa kau mau? Aku akan menuangkannya untukmu” Jiyong menuangkan wine itu pada gelas lain dan memberikannya padaku. Aku menerimanya tapi meletakkan kembali gelas itu meja. Mata Jiyong memerah. Aroma alkohol santer dari mulutnya.

“Park.. Apa kau pernah jatuh cinta?” Jiyong bertanya. Sementara kepalanya sudah menempel dimeja. Aku rasa dia sudah benar-benar mabuk sekarang.

“sebaiknya kita pulang.” Aku memapah tubuhnya.

“Aku bisa sendiri..” Jiyong melepaskan diri. Aku hanya menatapnya yang bergerak kelantai dansa dan membaur disana. Aku mengejarnya. Menariknya keluar dari lantai dansa.

“kita pulang. Kau benar-benar menyusahkan.” Aku membantunya berjalan. Jujur badannya yang lebih besar dariku tentu membuatku kesusahan.

“Kenapa kau sangat cantik dara-ya?? Apa kau belum punya pacar?” Racaunya sambil menatap wajahku. Aku menggelengkan kepalaku. Dasar aneh!

“Tapi meskipun cantik. Kau sangat aneh dan menyebalkan. Aku rasa wajar tidak ada pria yang mau denganmu. Kekekeke” Jiyong tertawa. Aku cemberut mendengar ucapannya. Nyaris kulemparkan dia ketanah jika tidak ingat dia sedang mabuk. Apa-apaan sih? Dalam kondisi mabuk saja dia masih sempat mengataiku. Aku bersyukur club itu terletak tidak begitu jauh dari hotel jadi kami hanya perlu berjalan 5 menit dan sampai.

***

Aku membaringkan tubuh Jiyong dikasurnya. Pria ini sungguh menyusahkanku. Kenapa dia harus mabuk? Aku melepaskan sepatu dan juga jaketnya. Aku menghela melihat nafasnya yang mulai teratur. Selamat tidur Mr. Angkuh.

Tbc…

<<back next>>

44 thoughts on “It’s War #11

Leave a comment