Gonna Get Better [Chap. 7]

untitled-1

Author : rmbintang

Category : Romance

Main Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong

“Apa kau pernah jatuh cinta kepada orang yang salah?”

“Tidak pernah. Aku jatuh cinta kepada orang yang tepat tapi pada waktu dan keadaan yang salah.”

.

.

“Kenapa kau terus menatapku seperti itu?” Dara bertanya karena dia merasa Bom terus menatapnya dengan tatapan penuh selidik.

“Aku hanya sedang mengamatimu.” Aku Bom sambil mengedikan bahunya.

“Lalu kenapa kau mengamatiku?” Tanya Dara lagi. “Apa ada sesuatu di wajahku?” Tanyanya lagi kini sambil mengambil cermin lalu memeriksa wajahnya. “Tidak ada yang aneh dengan wajahku.” Gumamnya masih sambil memeriksa wajahnya kemudian menyimpan lagi cermin ke dalam tasnya lalu mengambil gelas di atas meja.

“Memang tidak ada yang aneh dengan wajahmu.” Ujar Bom. “Tapi sikapmu lah yang sedikit aneh.” Dara yang sedang memegang gelas berisi kopi langsung menatap Bom yang saat ini duduk berhadapan dengannya.

“Aneh bagaimana maksudmu?” Tanya Dara sebelum meminum minuman yang sedang dia pegang tersebut.

“Kau menjadi sedikit pendiam.” Ujar Bom sambil mengedikan bahunya. “Apa ada sesuatu yang telah terjadi di Jepang?”

Anni.” Dara menjawab sambil menggelengkan kepalanya kemudian menyimpan kembali gelas itu. “Aku yakin itu hanya perasaanmu saja.” Ujar Dara kini sambil tersenyum.

“Benarkah?” Tanya Bom lagi yang masih merasa ada yang aneh dengan sahabatnya itu sejak Dara kembali dari Jepang. Dara tidak banyak bicara seperti biasanya dan terkadang Bom melihat Dara terlarut dalam lamunannya. “Kau sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu.”

“Aku tidak menyembunyikan apapun.” Ujar Dara lagi masih sambil tersenyum. “Ah Bommie bagaimana dengan oleh-oleh yang aku berikan? Apa kau menyukainya?” Tanya Dara langsung untuk mengalihkan pembicaraannya. Dara tidak ingin Bom terus bertanya tentang sikap Dara akhir-akhir ini karena dia tahu bahwa Bom sulit untuk dibohongi. Dara tidak ingin membicarakan masalahnya kepada siapapun.

“Yah aku menyukainya.” Jawab Bom sambil mengangguk. Bom sebenarnya masih ingin bertanya banyak hal kepada Dara karena dia sangat yakin bahwa sahabatnya itu sedang memiliki masalah tapi Bom tahu bahwa Dara bukan seseorang yang mudah terbuka tentang masalah pribadinya jadi Bom memutuskan untuk membiarkannya saja dan menunggu sampai Dara mau berbicara dengan kemauannya sendiri.

“Syukurlah jika kau menyukainya.” Ujar Dara dengan tersenyum lega. “Hadiah itu sebenarnya Jiyong yang pilihkan karena aku benar-benar bingung dengan ukuranmu tapi untungnya si brengsek itu berhasil menebak ukuran tubuhmu.” Ujar Dara sambil memotong cheesecake yang ada di hadapannya dengan garpu kecil kemudian memasukannya ke dalam mulut.

“Bagaimana bisa Jiyong lebih tahu tentang ukuran bajuku daripada dirimu huh?” Ujar Bom sambil berdecak yang berhasil menciptakan tawa renyah Dara.

“Kau tahulah Jiyong. Dia memang terlahir untuk menghafal ukuran dada, pinggang dan bokong wanita.” Guraunya yang berhasil membuat Bom tertawa keras.

“Ngomong-ngomong tentang Jiyong, apakah kau tahu bahwa dia sedang jatuh cinta?”

“Jatuh cinta?” Tanya Dara sambil menatap lurus kepada sahabatnya itu.

“Yongbae mengatakan kepadaku bahwa Jiyong akhir-akhir ini banyak bertanya tentang bagaimana caranya menjadi seorang pria gentleman.” Ujar Bom sambil tersenyum.

“Huh gentleman?” Tanya Dara sambil mengerutkan keningnya. “Si playboy itu bertanya tentang hal itu kepada seseorang yang alim seperti Yongbae?” Tanyanya lagi dengan sedikit terkejut.

“Mungkin dia bertanya kepada Yongbae karena dia adalah satu-satunya pria gentleman diantara semua pria yang ada di kantor kita.” Kata Bom yang menurut Dara masuk akal juga.

“Tapi untuk apa dia bertanya tentang hal itu?”

“Yongbae dan Seunghyun bilang bahwa Jiyong sedang jatuh cinta pada wanita baik-baik dan Jiyong ingin menunjukan kepada wanita yang dia sukai bahwa Jiyong bisa menjadi pria baik-baik juga. Intinya Jiyong ingin memantaskan dirinya untuk bisa bersama dengan wanita yang dia cintai.” Ujar Bom lagi yang Dara dengarkan dengan seksama. “Mendengar dari semua penuturan mereka berdua aku bisa tahu bahwa Jiyong benar-benar sedang jatuh cinta dan aku penasaran siapa wanita yang berhasil mencuri perhatian Jiyong sehingga dia ingin lepas dari image-nya yang sedikit buruk jika menyangkut sebuah hubungan.” Ujar Bom lagi yang hanya Dara balas dengan senyuman seadanya. “Kau tahu siapa wanita itu?”

I have no idea” Dara menggelengkan kepalanya.

Are you sure? Apakah Jiyong tidak pernah membicarakan wanita itu kepadamu?”

Well, wanita terakhir yang dia bicarakan denganku adalah seorang wanita yang ingin dia temui saat kami sedang berada di Jepang but he said that they were just friends.“

“Jadi Jiyong sama sekali tidak memberitahumu tentang wanita ini?” Dara kembali menggelengkan kepalanya. “Ini aneh karena setahuku Jiyong selalu menceritakan semua hal kepadamu.” Ujar Bom lagi sambil menopang dagunya dengan satu tangan.

“Mungkin Jiyong berpikir aku tidak perlu tahu.” Ujar Dara sambil mengedikan bahunya.

“Kau tidak penasaran?” Tanya Bom kini sambil menyipitkan matanya kepada Dara.

Why should I be?”

“Jiyong itu sahabat baikmu. Jika aku jadi kau aku pasti akan sangat penasaran tentang wanita beruntung yang berhasil memikat Jiyong.”

Are you kidding me?” Tanya Dara sambil berdecak. “Aku pikir wanita yang Jiyong sukai itu sangat sial.” Bom tertawa setelah mendengar apa yang Dara katakan. “Ayolah Bommie, Jiyong itu penjahat wanita.” Bom kembali tertawa.

“Dara aku tahu dia memang senang merayu setiap wanita yang dia lihat, bahkan dia selalu merayuku jika kami berpapasan tapi aku pikir dia tidak sebrengsek itu.” Ujar Bom kemudian diam sebentar untuk melihat reaksi Dara. “Jiyong tidak pernah benar-benar merayu Dara, aku tahu karena aku bisa merasakannya. Itu hanya salah satu cara Jiyong untuk bergurau dan bergaul dengan orang-orang di sekitarnya. Kau juga mungkin merasakannya saat Jiyong merayumu.”

“Jiyong tidak pernah merayuku.”

Jinjja?” Dara mengangguk membuat Bom langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa bisa seperti itu?”

“Mungkin karena aku tidak masuk kriteria wanita idealnya makanya dia tidak pernah merayuku. Hal paling jauh yang berani dia lakukan kepadaku hanyalah memanggilku babe.”

“Aku baru tahu itu.” Ujar Bom sambil mengangguk kecil. “Kau harus coba mendengarkan rayuannya sesekali. Kata-katanya sangat manis dan bisa membuat hatimu terhibur dan berbunga disaat yang sama.”

“Tidak heran semua wanita di kantor kita tergila-gila kepadanya.”

“Mereka seperti itu karena mereka mengira bahwa Jiyong benar-benar merayu mereka. Lagipula siapa yang akan menolak jika dirayu oleh pria sekeren Jiyong.” Ujar Bom sambil tersenyum. “Kau hebat karena bisa sangat dekat dengannya tanpa jatuh cinta kepadanya.”

I can’t fall in love with my best friend.”

“Kau yakin kau tidak bisa jatuh cinta kepadanya?” Tanya Bom tiba-tiba yang Dara balas dengan anggukan. “Aku pikir kau hanya tidak ingin bukannya tidak bisa.” Ujar Bom.

“Apa maksudmu?”

“Aku tahu kau lelah berurusan dengan pria yang tidak bisa menghargai arti sebuah hubungan, dan karena kau selalu mengatakan bahwa Jiyong itu brengsek hanya karena dia sering membicarakan beberapa wanita kepadamu, jadi aku bepikir bahwa kau tidak ingin jatuh cinta kepada Jiyong karena mungkin dia mengingatkanmu kepada ayahmu yang telah meninggalkan keluargamu untuk wanita lain.” Dara membuka mulutnya untuk menyangkal apa yang Bom katakan tapi entah kenapa tidak ada kata-kata yang bisa Dara keluarkan sehingga akhirnya Dara memilih untuk kembali menutup mulutnya. “Kau harus membuka matamu Dara dan coba lebih mengenal Jiyong, maybe he’s not as bad as you think.”

“Kenapa aku merasa kau sedang mendorongku untuk menerima Jiyong?” Tanya Dara dengan menatap curiga kepada Bom. “Seolah aku adalah wanita yang Jiyong sukai dan kau di sini bersamaku sekarang untuk membantunya sehingga aku mau menerimanya.” Ujar Dara yang Bom balas dengan mengedikan bahunya kemudian mengambil gelas dan meminum minumannya. Yang Dara tidak tahu adalah bahwa Bom sedang menyimpulkan sebuah smirk di balik gelas itu.

Dara Pov

Sepulang dari kantor aku dan sahabat gilaku Bom langsung memutuskan untuk makan malam bersama karena sudah lama aku dan dia tidak pergi berdua karena kesibukan kami masing-masing.

Setelah sesi makan malam berakhir aku dan Bom tidak langsung pulang namun memilih untuk menghabiskan waktu lebih lama lagi di tempat kami sekarang dan selama itu yang kami lakukan adalah membicarakan banyak hal dari mulai pembicaraan penting sampai pembicaraan yang tidak penting sama sekali dan salah satunya adalah tentang wanita yang sedang Jiyong sukai.

Hal itu mengingatkanku pada malam saat aku meminta Jiyong untuk menemaniku beberapa hari yang lalu, saat itu aku bertanya apakah dia pernah merasa jatuh cinta pada orang yang salah dan saat itu dia mengatakan bahwa dia jatuh cinta pada orang yang tepat tapi dalam keadaan yang salah. Mungkin wanita itu yang saat ini sedang Bom bicarakan, wanita yang mampu membuat Jiyong jatuh cinta dan membuatnya ingin berubah dari dirinya yang dulu.

Aku berusaha untuk bersikap setenang mungkin ketika Bom bertanya apakah aku tahu siapa wanita yang Jiyong sukai saat ini. Aku hanya menggeleng santai dan berusaha supaya Bom tidak menyadari bahwa aku sedang gugup saat ini karena sebenarnya aku tahu siapa wanita yang Jiyong suka tapi aku tidak bisa mengatakannya kepada Bom. Aku tidak bisa karena aku tahu bahwa Bom sebenarnya tahu siapa wanita yang dia maksud dan aku tidak bisa karena wanita itu adalah diriku sendiri.

Flashback

Aku langsung berbaring di atas tempat tidur lalu menarik selimbut sampai dadaku setelah aku lelah membujuk Jiyong untuk tidur di ranjang karena dia tiba-tiba saja dia memutuskan untuk tidur di sofa dan tiba-tiba saja dia marah dan mengacuhkanku setelah aku kecoplosan tentang aku yang pernah tidur bersama mantan kekasihku saat kami masih bersama (Baca chapter 5). Aku membalikan badanku kearahnya yang kini masih berbaring membelakangiku. Aku sedikit merenggut lalu kembali ke posisiku semula.

Aku tidak langsung tertidur namun hanya menatap ke langit-langit kamar hotel ini. Aku sedang memikirkan kata-kata Chaerin saat dia menelponku tadi. Dia bilang dia dan Soohyuk akan makan malam bersama.

Aku penasaran apa yang mereka bicarakan saat makan malam itu? Aku penasaran apakah Soohyuk membukakan pintu mobil untuknya? Apakah dia menarikan kursi untuk Chaerin? Aku penasaran dan memikirkan jawabannya malah membuat perasaanku kembali sakit padahal aku sudah mulai baik-baik saja setelah Jiyong mengajakku ke bar malam ini tapi karena pikiran bodohku ini aku kembali harus merasakan rasa sakit yang sangat dalam.

Aku menghela napas panjang lalu menutup mataku yang mulai lelah. Setelah beberapa menit aku terlarut dalam tidur damaiku tiba-tiba saja aku merasakan sebuah tangan mengelus lembut rambutku lalu aku merasakan tangan itu menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajahku. Aku terkejut dan akan membuka mataku ketika tiba-tiba aku merasakan tangan itu kini beralih untuk membelai lembut wajahku dan aku merasa nyaman dengan apa yang tangan ini lakukan apalagi saat aku merasakan jempol tangannya mulai mengusap lembut bibirku dengan perlahan jadi aku memutuskan untuk tetap menutup mataku karena aku berpikir bahwa semua kenyamanan ini adalah sebuah mimpi. Sebuah mimpi yang tiba-tiba membuat rasa sakitku sedikit menghilang.

Mianhae karena aku hampir menjadi pria brengsek kepadamu tadi pagi.” Aku hampir akan terhanyut kembali ke dalam tidur panjang saat tiba-tiba aku mendengar suara seorang pria dan aku sangat mengenal suara itu. Itu suara Jiyong.

Aku bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini, kenapa Jiyong melakukan hal ini kepadaku? apakah dia sedang mengambil kesempatan untuk menyentuhku? Aku sedikit marah ketika memikirkan hal itu jadi aku memutuskan untuk membuka mataku lalu akan menendangnya karena dia berani menyentuhku ketika aku sedang tidur. Aku akan membuka mataku ketika tiba-tiba aku kembali mendengar suaranya.

“Dan maafkan aku karena telah membentakmu, aku hanya cemburu Dara, aku tidak bermaksud untuk membuatmu marah dan kesal.” Ujarnya lagi masih sambil membelai wajahku dengan sangat lembut. Apa maksud perkataan Jiyong barusan? Kenapa dia harus cemburu? Kenapa tiba-tiba dia melakukan ini? kebingungan mulai melanda diriku saat ini karena perkataan Jiyong barusan.

“Aku hanya mencintaimu.” Tubuhku langsung kaku setelah aku mendengar tiga kata yang Jiyong ucapkan itu. Apa aku benar-benar sedang bermimpi? Jiyong tidak mungkin mencintaiku. Aku yakin ini pasti salah. Aku pasti salah dengar. Aku yakin semua ini pasti hanya sebuah mimpi.

Aku seharusnya membuka mataku sekarang namun aku tidak berani. Aku takut dengan apa yang aku dengar barusan, aku takut jika aku membuka mataku lalu Jiyong benar-benar berada di sana. Aku takut tapi entah kenapa aku juga merasakan hatiku menghangat dengan sentuhan lembut tangannya pada wajahku. Ini sangat nyaman tapi bukan tangan ini yang aku harapkan. Bukan Jiyong yang seharusnya melakukan semua ini kepadaku, kata-kata itu seharusnya tidak keluar dari bibirnya, harusnya aku mendengar kata-kata itu keluar dari bibir pria yang aku cintai, Soohyuk.

Aku masih terpejam dan sama sekali tidak bergerak namun aku masih bisa merasakan tangan lembut Jiyong membelai wajahku dan ini benar-benar sangat nyaman lalu entah kenapa tiba-tiba aku menggapai tangan Jiyong lalu menggenggamnya erat. Entahlah aku bingung dengan apa yang aku lakukan saat ini. Tangan jiyong sangat hangat dan terasa begitu nyaman sehingga aku tidak berniat untuk melepaskannya lalu tanpa sadar aku mendekatkan genggaman tangan kami pada dadaku. Aku butuh sebuah tangan untuk aku genggam saat ini jadi itu mungkin sebabnya aku enggan melepaskan tangan Jiyong dan memutuskan untuk berpura-pura bahwa tangan ini milik pria yang aku cintai sehingga tanpa sadar aku mengucapkan namanya dengan suara yang cukup keras sehingga aku yakin Jiyong pasti mampu mendengarnya. Aku merasa ini salah dan benar di saat yang sama.

Flashback end

“Dara!” Aku sedikit tersentak ketika merasakan tubuhku sedikit diguncang oleh Bom. Aku langsung menatapnya yang kini sedang menatapku sambil mengerutkan dahinya. “Kau terus melamun dari tadi hingga tidak sadar bahwa ponselmu terus berbunyi.”

Setelah Bom mengatakan itu aku lalu mendengar suara bunyi dari ponselku. Aku langsung mengambil tas yang aku simpan di sampingku lalu merogoh ke dalam untuk mengambil ponselku. Aku langsung melihat nama Soohyuk yang kini terus berkedip di layar ponselku membuat jantungku tiba-tiba berpacu dengan sedikit cepat dari biasanya.

“Siapa itu?” Ujar Bom ketika aku sedang menatap ponselku.

“Ini temanku.” Ujarku sambil menatap Bom.

“Lalu kenapa kau tidak mengangkatnya? Mungkin itu sesuatu yang penting.” Ujar Bom lagi yang membuatku langsung kembali menatap ponselku. Bingung untuk menjawab atau tidak panggilan itu. Setelah beberapa detik akhirnya aku memutuskan untuk mengangkat panggilan dari Soohyuk. Aku tidak bisa terus menghindarinya.

Yeoboseyo.” Ujarku dengan suara sedikit pelan.

Akhirnya kau mengangkat panggilanku. Apa yang membuatmu lama huh?”

“Oh mianhae.” Ujarku masih dengan suara pelan. “Aku tadi sedang di kamar mandi.” Sambungku kini sambil menatap Bom. Memastikan bahwa dia tidak mendengar apa yang aku katakan kepada Soohyuk tapi sepertinya aku gagal karena Bom kini menatapku dengan penuh selidik.

Oh pantas saja.” Ujar Soohyuk di seberang sana. “Dara kau sudah makan? Mau menemaniku makan malam?” Tanyanya langsung dengan suara sedikit berseri. “Sudah lama kita tidak bertemu.”

Mian sepertinya kau harus makan malam sendirian. Aku baru saja makan malam bersama temanku.”

Oh sayang sekali padahal aku sangat ingin bertemu denganmu. Akhir-akhir ini sepertinya kau sangat sibuk hingga lupa mengabariku.”

“Aku memang sedikit sibuk akhir-akhir ini maafkan aku.” Ujarku dengan sedikit tertawa yang dia balas juga dengan tawa.

Dara apakah besok kau ada waktu untuk bertemu denganku? Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu.” Ujarnya setelah diam selama beberapa saat. Aku tahu apa yang ingin dia beritahukan kepadaku dan mungkin ini adalah saatnya aku harus menerima kenyataan bahwa Soohyuk bukan tercipta untukku tapi kenapa rasanya sangat sulit untuk menerima kenyataan ini karena di hati kecilku aku masih sangat berharap bahwa dia akan bisa menatapku dengan tatapan yang sama seperti caranya menatap Chaerin.

Ya Tuhan kenapa aku bisa sangat egois seperti ini?  Kenapa aku bisa sangat jahat kepada sepupuku sendiri padahal dia dan keluarganya sudah sangat baik kepadaku tapi aku malah membalasnya dengan cara seperti ini. Chaerin pasti akan sangat terluka jika dia tahu bahwa aku mencintai orang yang dia cintai.

Dara kau masih di sana?”

Eoh aku di sini.” Ujarku pelan.

Jadi bagaimana? Apakah kau bisa bertemu denganku besok?”

“Baiklah kita bisa bertemu besok.”

Kalau begitu aku akan menjemputmu besok.” Ujarnya.

Eoh.”

Aku langsung menurunkan ponselku setelah kami selesai berbicara.

“Siapa itu?” Ujar Bom yang langsung membuatku menatapnya.

“Itu Soohyuk.” Ujarku sambil menyimpan ponselku di atas meja.

“Soohyuk?” Aku mengangguk. “Siapa dia? Apa aku mengenalnya?” Tanyanya lagi yang kini aku balas dengan gelengan.

“Dia dokterku.” Kataku untuk lebih menjelaskan.

“Doktermu? Kau sakit?” Kini suara Bom terdengar penuh dengan rasa khawatir. Aku sedikit tersenyum kemudian menggelengkan kepalaku.

“Dia sebenarnya adalah psikiater.”

“Kau pergi ke psikiater?” Tanya Bom lagi kini dengan mata yang terbuka dengan sedikit lebar. “Apa sesuatu telah terjadi kepadamu huh?” Aku kembali menggelengkan kepalaku.

“Kau ingat saat aku sering mengalami mimpi buruk dan insomnia?” Tanyaku kepada Bom sambil mengambil gelas kopi yang kini sudah mulai terasa dingin kemudian meminumnya sedikit sebelum menyimpannya kembali.

“Aku ingat. Kau bahkan tidak masuk selama berhari-hari karena hal itu.”

“Dialah yang telah mengobatiku sehingga kini aku tidak lagi mengalami mimpi buruk dan bisa tidur dengan teratur.”

“Tapi sekarang kau baik-baik saja kan?” Tanya Bom masih dengan nada khawatir. Aku mengangguk masih dengan senyuman yang menghiasi wajahku. “Lalu kenapa dokter itu masih menghubungimu?” Tanya Bom kini sambil memicingkan matanya. “Apakah kau dan dokter itu memiliki sebuah hubungan special?” Tanya Bom lagi.

Aku ingin mengatakan bahwa kami memiliki sebuah hubungan special. Tapi apakah dia juga menganggapku seseorang yang special baginya? Apakah sebuah ciuman yang pernah kami bagi bersama itu berarti kami memiliki sebuah hubungan special?

“Kami berteman.” Ujarku setelah diam selama beberapa saat.

“Teman seperti kau dan Jiyong?” Tanya Bom lagi. Mendengar nama Jiyong disebut membuatku secara tidak sadar membandingkan hubungan kami, membandingkan perlakuan mereka berdua kepadaku, membandingkan perasaanku untuk mereka berdua yang sangat jelas berbeda. Jiyong mencintaiku namun dia menutupi perasaannya dengan berpura-pura menjadi sahabatku sedangkan aku mencintai Soohyuk namun menutupinya dengan berpura-pura menjadi temannya. Jadi aku rasa aku dan Jiyong itu sama.

“Yeah. Teman seperti aku dan Jiyong.” Kataku akhirnya kepada Bom sambil menyunggingkan senyuman palsu yang tidak pernah gagal untuk menutupi perasaanku yang sebenarnya.

Beep beep

Aku kembali mengambil ponselku ketika merasakan getaran yang ditimbulkan oleh ponselku, dan saat melihatnya ternyata aku mendapat pesan dari Soohyuk yang mengatakan bahwa dia akan menjemputku pukul tujuh malam.

Terkadang aku berpikir bahwa mengenalnya adalah sebuah kesalahan. Jika saja aku tidak mengenalnya maka aku tidak akan mencintainya sebesar ini sehingga aku tidak perlu merasakan luka yang sesakit ini dan aku juga tidak perlu melihatnya mencintai sepupuku sendiri. Tapi aku tahu kesalahan terbesarku adalah karena aku pengecut dan pembohong. Aku tidak berani mengatakan yang sesungguhnya kepada Soohyuk bahwa sebenarnya aku mencintainya, bahwa aku menginginkannya dan malah terus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Aku tidak bisa menyalahkannya karena telah meninggalkan luka di hatiku karena aku tahu akulah orang yang paling salah di sini.

Jiyong Pov

Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengan Dara karena kami kini menangani projek yang berbeda, terakhir kali aku melihat wajahnya adalah saat aku mengantarnya pulang sehabis menemaninya minum kopi di starbuck yang berada di dekat kantor kami. Malam itu Dara mengatakan hal-hal aneh yang membuatku sedikit bingung.

Dara berubah menjadi sedikit pendiam sejak enam bulan yang lalu dan dia menjadi semakin murung beberapa minggu terakhir ini. Awalnya aku pikir dia berubah seperti ini karena masalahnya dengan neneknya yang terus memaksa Dara untuk segera menikah namun sepertinya ada hal lain yang lebih besar yang dia sembunyikan dariku.

Aku tidak berusaha untuk mencari tahu masalah apa yang sebenarnya sedang Dara hadapi saat ini karena dia bukan wanita yang mau dengan terbuka membicarakan masalahnya. Aku tidak bertanya bukan karena aku tidak peduli tapi karena aku tahu bahwa Dara tidak suka jika orang lain mengasihaninya atau berusaha ikut campur dalam masalahnya dan yang terpenting karena aku yakin bahwa dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan karena aku tahu dia akan memberitahuku jika dia sudah tidak bisa menahannya sendirian.

Dia akan datang dan mengatakan masalahnya kepadaku jika dia sudah tidak bisa menanggung masalahnya. Pada akhirnya Dara akan mengatakan sendiri tentang semua masalahnya kepadaku, sama seperti masalahnya dengan mantan kekasihnya, juga masalahnya dengan keluarganya. Yang perlu aku lakukan hanyalah selalu berada di sampingnya dan melakukan apapun untuk membuatnya tertawa sampai dia mau berbagi semuanya denganku. Itulah yang selalu aku lakukan selama ini, menunggunya.

Tapi kali ini sepertinya aku tidak bisa hanya menunggunya terutama setelah aku mendengar nama seorang pria yang Dara sebut di dalam mimpinya saat itu. Aku pikir mungkin masalah Dara ada hubungannya dengan pria itu tapi aku sama sekali tidak tahu siapa pria itu dan apa hubungannya dengan Dara dan hal itu benar-benar menggangguku.

Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak saat memikirkan hubungan Dara dengan pria itu karena aku tahu pria itu bukan pria biasa bagi Dara, dia pasti seseorang yang special baginya, seseorang yang mungkin telah berhasil mencuri hati Dara tanpa aku ketahui, seseorang yang mungkin lebih Dara butuhkan dibanding diriku dan aku sangat tidak suka dengan pemikiranku itu.

Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama saat aku membiarkan pria lain memilikinya lalu menyakitinya. Aku tidak akan pernah sudi untuk membiarkan hal itu terjadi lagi jadi aku sudah membulatkan tekadku untuk mengatakan semua yang aku rasakan kepada Dara. Aku akan jujur tentang perasaanku kepadanya malam ini.

Aku sudah membuat reservasi di sebuah bistro dan aku berharap Dara akan menyukai tempat itu. Sebenarnya saat itu aku mengatakan bahwa aku ingin dia berkencan dengan salah satu temanku, aku mengatakan hal itu karena Dara belum mengetahui tentang perasaanku kepadanya jadi aku tidak bisa langsung mengatakan bahwa sebenarnya aku sendiri yang ingin berkencan dengannya.

Aku sedikit gugup sebenarnya, aku takut Dara akan terkejut dan marah jika tahu bahwa aku sebenarnya menyukai dia. Dara masih menganggapku pria brengsek yang hobinya menyakiti para wanita yang aku kencani. Tentu saja dia beranggapan seperti itu karena dia tidak tahu bahwa sebenarnya aku mengencani banyak wanita hanya untuk menutupi perasaanku kepadanya, untuk membantuku menghempaskan perasaanku untuknya namun ternyata aku salah karena tidak ada satu wanita pun yang mampu mengalihkan Dara dari pikiranku karena saat ragaku sedang bersama wanita lain hati dan pikiranku hanya tertuju kepada dia.

Aku juga tahu tidak akan mudah untuk membuat Dara percaya tentang perasaanku kepadanya dan yang aku takutkan adalah dia berpikir bahwa aku akan menjadikannya salah satu korban baruku jadi sudah beberapa hari ini aku berkonsultasi kepada Seunghyun tentang masalah ini tapi dia sama sekali tidak banyak membantu karena dia juga sama sepertiku, banci perasaan yang juga tidak bisa mengakui perasaannya kepada seseorang yang dia sukai.

“Bagaimana rencana kencanmu dengan Dara malam ini?” Tiba-tiba aku merasakan tanganku ditepuk dengan sedikit keras oleh Seunghyun yang sejak tadi pagi sudah berada di apartemenku untuk mengajakku bermain video game. Aku yang sedang berbaring sambil menatap ke langit-langit langsung mengalihkan pandanganku kepadanya.

Hyung apa menurutmu Dara akan baik-baik saja dengan pengakuanku ini?”

“Kau takut dia menolakmu?” Tanyanya lagi sambil membuka kaleng bir. Aku mengalihkan lagi pandanganku lalu kembali memandangi langit-langit. “Tenang saja Jiyong, aku sudah berbicara dengan Bom supaya dia mau membantumu.”

“Bukan itu yang aku takutkan.”

“Lalu apalagi yang kau takutkan jika bukan itu?”

“Aku hanya takut dia terbebani dengan pengakuanku ini.”

“Mungkin dia akan terbebani dan sedikit terkejut namun kau tetap harus mengatakannya.”

“Aku memang sudah bertekad untuk mengatakannya dan aku tidak akan mundur lagi.” Ujarku kini sambil bangkit dari posisiku kemudian duduk tegak. “Hanya saja aku takut hubungan kami tidak akan berjalan baik setelah ini.” Ujarku kini sambil mencondongkan wajahku ke depan.

“Jiyong hubungan kalian memang pasti akan berbeda dari sebelumnya, yang kita tidak tahu apakah akan berjalan lebih baik atau lebih buruk. Hanya saja menurutku hal ini adalah yang terbaik yang harus kau lakukan saat ini. Ini semua demi kebaikanmu dan Dara.” Aku mengangguk pelan setelah mendengar apa yang Seunghyun katakan itu. Dia benar, ini semua demi kebaikanku dan Dara.

“Lalu kapan kau akan mengatakan perasaanmu kepada Bom noona?” Tanyaku tiba-tiba yang membuatnya tersedak bir yang sedang dia minum. Dia memandangku sambil terbatuk akibat tersedak.

“Aku sebenarnya sudah mengatakan perasaanku kepadanya tempo hari.” Katanya setelah batuknya hilang.

Jinjja?” Tanyaku dengan sedikit terkejut. Dia mengangguk pelan kemudian menenggak lagi bir itu sampai habis. “Aku tidak tahu kau bisa seberani itu. Terakhir kali kau mengatakan bahwa kau akan terus memendam perasaanmu itu.”

“Aku sadar setelah berbicara denganmu waktu itu, ini juga yang terbaik untukku dan Bom.”

“Lalu bagaimana reaksi Bom noona?”

“Yang jelas dia sedikit terkejut pada awalnya kemudian dia mulai tersenyum dan ya begitulah.” Ujarnya sambil mengedikan bahunya.

“Begitulah apa? Kalau bicara itu yang jelas! Apa kalian sekarang bersama?” Seunghyun hyung meraih satu kaleng bir lagi kemudian langsung membukanya. “Hyung? Kau tidak ditolak, kan?” Tanyaku lagi karena dia tidak kunjung menjawab.

“Bom bilang dia hanya menganggapku sebagai rekan kerjanya. Tidak lebih.” Ujarnya sebelum menenggak kembali bir yang berada di genggamannya.

“Dia mengatakan itu?” Tanyaku dengan sedikit terkejut. Yang aku lihat Bom dan Seunghyun itu sangat dekat, dia selalu mengatakan bahwa Seunghyun itu adalah pria paling tampan yang ada di kantor kami, dia juga mengatakan bahwa Seunghyun merupakan pria terbaik yang pernah dia temui. Karena hal itulah aku mengira bahwa Bom menyukai Seunghyun tapi ternyata dia hanya menganggap Seunghyun hanya sebatas rekan kerjanya?

Seunghyun saja yang begitu baik menurut Bom ditolak olehnya apalagi aku yang menurut Dara sangat brengsek. Tapi aku tidak terlalu mementingkan hal itu untuk saat ini. Sekarang yang terpenting adalah aku bisa mengatakan perasaanku yang sebenarnya kepada Dara. Untuk hal lainnya bisa aku pikirkan nanti. “Kau tidak kecewa karena Bom noona menolakmu?” Tanyaku setelah beberapa saat. Aku penasaran karena sepertinya Seunghyun tidak terlihat sedih sama sekali.

“Tentu saja aku kecewa.” Akunya sambil mengangguk. “Tapi aku tidak boleh memperlihatkan kekecewaanku kepada Bom.”

“Bukankah hal itu malah membuatmu terkesan tidak sungguh-sungguh menyukainya?”

“Aku lebih baik dianggap seperti itu daripada dianggap sebagai pria yang lemah olehnya. Pria yang terus terlarut dalam kesedihan itu adalah pria yang lemah dan wanita sama sekali tidak menyukai pria yang lemah.” Ujar Seunghyun serius. “Jika kau terlihat lemah bagaimana bisa kau meyakinkan dia bahwa kau mampu melindunginya?”

“Itu masuk akal.” Ujarku yang dia balas dengan mengedikan bahunya.

“Itu sih teoriku. Aku tidak tahu bagaimana teori para playboy sepertimu.” Katanya sambil sedikit tertawa.

“Sialan.”

“Jam berapa kau akan menjemput Dara?” Tanya Seunghyun sambil melirik jam dinding.

“Jam tujuh malam.” Kataku yang dia balas dengan anggukan kepala.

“Jiyong pokoknya semoga berhasil.” Katanya sambil bersandar pada sandaran sofa di belakangnya. Aku tersenyum sambil mengangguk lalu berdiri untuk bersiap-siap.

****

Dara menegakan tubuhnya ketika dia mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya. Dia yang masih duduk di depan cermin tahu bahwa mungkin Soohyuk sudah datang untuk menjemputnya.

Agasshi, tamu anda sudah datang!” Ujar ahjumma pengurus rumah Dara ketika Dara menyuruhnya untuk masuk.

“Bilang kepadanya sebentar lagi aku selesai.” Ujar Dara yang dibalas anggukan patuh oleh ahjumma itu lalu tidak menunggu waktu lama ahjumma itu keluar lagi dari kamar Dara.

Dara berdiri dari posisinya tadi lalu mengambil tas slempang yang memiliki warna senada dengan pakaian yang Dara kenakan. Malam ini gadis cantik ini mengenakan floral shine dress pendek berwarna hitam yang dipadukan dengan toe booties berwarna serupa. Dara melihat dirinya lagi di hadapan cermin, pakaiannya serba hitam seolah dia ingin menunjukan bahwa hatinya memang sedang berduka.

Setelah memastikan semua barangnya sudah dia masukan ke dalam tas Dara lalu mengambil mantel hangat lalu memakainya. Sebelum pergi Dara sekali lagi melihat pantulan dirinya di cermin, memastikan bahwa riasan yang dia gunakan di wajahnya sudah cukup cantik untuk dilihat oleh pria yang sedang menunggunya.

“Tersenyum Dara! Dia bilang dia suka caramu tersenyum.” Ujarnya kepada diri sendiri kemudian dia melengkungkan senyuman lebar yang selalu dia sunggingkan kepada pria yang sangat dia rindukan. Senyuman Dara kembali memudar karena dia sadar bahwa sebenarnya hatinya menangis karena keegoisannya ini. Seharusnya dia tidak usah lagi bersikap seperti ini karena pria itu jelas sudah memilih wanita lain, wanita yang jelas adalah orang yang juga berharga baginya. Tapi Dara bisa apa? Dia sudah berusaha menghempaskan perasaannya tapi dia tidak bisa, dia tidak bisa mengatur kepada siapa hatinya harus berlabuh.

Liar and pathetic.” Gumamnya sambil menatap dirinya sendiri di cermin.

Dara berjalan pelan ke arah pintu kamarnya lalu keluar dan menutup pintu di belakangnya kemudian mulai berjalan untuk turun ke lantai bawah di mana Soohyuk sedang menunggunya sekarang. Dadanya berpacu dengan sangat cepat, ini bukan hal baru bagi Dara karena kapanpun mereka akan bertemu maka ritme jantungnya selalu berdetak lebih cepat dari seharusnya.

Sementara itu Jiyong yang sedang duduk di ruang tamu rumah Dara langsung berdiri ketika dia mendengar suara hak beradu dengan lantai. Dia lalu sedikit mendongkak untuk melihat bidadarinya yang kini sedang menuruni tangga dengan sangat anggun. Dadanya berpacu dengan sangat cepat ketika dia melihat bidadarinya itu turun sambil menyunggingkan senyuman lebar.

Tanpa sadar mulut Jiyong sedikit ternganga ketika melihat keindahan wanita itu, keindahan yang tidak pernah bisa dia temui pada gadis lain dan waktu tiba-tiba terasa menjadi sangat lambat ketika mata mereka bertemu. Jiyong tersenyum kearah Dara namun senyuman wanita itu langsung memudar digantikan dengan keningnya yang berkerut seolah dia bingung dengan kehadiran Jiyong. Jiyong tahu Dara pasti bingung karena seharusnya yang menjemputnya sekarang adalah seseorang yang Jiyong katakan sebagai temannya.

“Jiyong?” Tanya Dara sambil terus berjalan kearahnya. “Apa yang kau lakukan di sini?” Sambungnya dengan kening yang masih berkerut ketika dia telah berdiri tepat di hadapan pria itu.

“Aku tahu kau pasti bingung tapi aku akan menjelaskannya nanti.” Ujar Jiyong masih dengan senyuman yang dia sunggingkan. Jiyong meraih tangan Dara yang menggantung di kedua sisi tubuhnya. “Ayo kita pergi!” Jiyong akan melangkahkan kakinya namun terhenti ketika Dara melepaskan tangannya dari genggaman Jiyong. Jiyong kembali menatap Dara yang langsung menggelengkan kepalanya lalu mengulang pertanyaannya.

“Apa yang kau lakukan di sini Jiyong? Kenapa kau datang kemari?”

“Aku datang untuk menjemputmu.” Ujar Jiyong. “Kencan itu, yang aku katakan ketika kita sedang di Jepang.” Mata Dara sedikit terbuka dengan lebar lalu dia langsung menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

“Oh my god. Aku lupa dengan kencan itu.” Senyuman Jiyong langsung memudar ketika mendengar apa yang Dara katakan.

“Apa maksudmu?”

“Jiyong maafkan aku. Tapi aku benar-benar lupa.” Ujar Dara lagi dengan suara penuh penyesalan.

“Kau lupa? Lalu kenapa kau terlihat siap untuk pergi?” Ujar Jiyong sambil menunjuk penampilan Dara. “Aku pikir kau..”

“Jiyong sekali lagi aku minta maaf.” Ujar Dara memotong perkataan Jiyong. “Aku memang sudah siap untuk pergi tapi bukan untuk kencan itu!”

“Lalu kau akan pergi ke mana?”

“Aku,.”

“Dara!” Jiyong dan Dara langsung mengalihkan pandangannya saat mereka mendengar suara yang memanggil nama Dara. Jiyong mengerutkan keningnya ketika melihat seorang pria kini telah berdiri di depan pintu masuk rumah Dara.

“Oh Soohyuk-ah kau sudah datang?” Jiyong kembali menatap Dara ketika mendengar Dara memanggil nama pria itu. Sebuah nama yang pernah Dara sebut dalam tidurnya waktu itu. Jiyong melihat Dara berjalan pelan kearah pria itu. “Masuklah! Aku sudah menunggumu.” Ujar Dara lembut kepada pria itu. Jiyong bisa langsung tahu hanya dengan mendengar cara Dara memanggil nama pria itu.

“Dara menyukainya.” Gumam Jiyong pelan pada dirinya sendiri sambil terus menatap Dara yang kini berjalan bersama Soohyuk di sampingnya.

TBC

ANNYEONG Readers-nim, apa kabar kalian semua?

Ada yang kangen gak ya sama reni? Hihi

aku mau minta maaf ya karena baru bisa update sekarang. aku terjangkit Writer’s Block parah dan karena klomenannya cuma dikit jadi aku pikir gak terlalu banyak yang suka sama FF ini jadi gak berusaha buat ngumpulin semangat deh. maafkan aku yang nyebelin ini ya para readers setia-ku tapi aku janji bakal cepet cepet update kayak biasanya, paling lambat dua minggu deh hihi.

oh iya aku juga mau bilang makasih buat komentar kalian di epilog back to me. aku minta kritik dan saran dan ada beberapa yang ngasih kritik langsung persolan lewat fb atau ig ku. aku hargai banget kritik kalian dan itu bener bener yang aku harapkan biar kemampuanku nulis bisa berkembang dan bisa sesuai sama keinginan para readers, terutama readers setia. dan aku harap chapter ini lebih baik dari chapter sebelumnya. Buat yang nanya kapan mereka bersatu, aku cuma bilang secepatnya karena seperti biasa FF ku gak akan panjang panjang jadi pasti mereka akan bersatu dan sekarang lagi proses dulu, haha!!

silahkan tinggalkan komentar di chapter ini!!!! Hengshoooo!!!

24 thoughts on “Gonna Get Better [Chap. 7]

  1. I’m back 😉 huhuhu mianhe baru coment 🙏 .
    Ko Dara bisa bisa nya sih lupa sama janji nya bareng Jiyong ..
    Yang sabar yaaa ji 😂

Leave a comment