Gonna Get Better [Chap. 19]

untitled-1

Author : rmbintang

Genre : Romance

Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong, Lee Donghae, Park Bom

Chapter 19

.

.

     Dara merasa bahwa kali ini dia benar-benar tidak salah memilih. Dia merasa bahagia bahkan hanya dengan mendengar suara desahan napas Jiyong yang saat ini sedang tertidur di hadapannya. Dara merasa heran karena dia sama sekali tidak pernah menyangka bahwa akhirnya Jiyong bisa meluluhkan hatinya yang sudah sering terluka. Tadinya Dara bahkan mengira bahwa dirinya tidak akan mampu lagi jatuh cinta namun ternyata apa yang dia pikirkan bisa dipatahkan oleh ketulusan hati sahabatnya itu, sahabat yang kini telah berubah menjadi kekasih hatinya.

     Dara benar-benar sudah percaya kepada Jiyong tentang ketulusan cintanya kepada Dara dan Dara yakin bahwa lelaki itu tidak akan menyakiti Dara atau meninggalkannya seperti lelaki lain yang pernah hadir di hidup Dara. Dan untuk pertama kalinya Dara berjanji apapun yang terjadi dia akan mempertahankan hubungannya dengan Jiyong. Dia tidak ingin gagal kali ini, karena entah kenapa dia sangat yakin bahwa hanya dengan bersama Jiyong maka hidupnya akan sempurna dan bahagia. Dara hanya berharap bahwa hal itu juga yang Jiyong pikirkan tentang dirinya.

     “Ji, aku mohon jangan pernah menyakitiku.” ucap Dara pelan sambil mengangkat tangannya lalu mengusap rambut Jiyong.

     “Aku tidak akan melakukan hal itu. Langit akan menghukumku jika aku menyakitimu.” Dara tersentak kaget ketika dia mendengar suara Jiyong dan dengan segera dia menurunkan tangannya dari kepala Jiyong lalu beberapa saat kemudian dia melihat mata kekasihnya itu terbuka seiring dengan senyuman yang pria itu sunggingkan.

     “Aku pikir kau sudah tidur.” Ujar Dara yang Jiyong balas anggukkan pelan.

     “Aku memang sudah tidur, bahkan aku sudah bermimpi tentangmu.” Ujar Jiyong dengan suara sedikit serak. “Kau kenapa belum tidur?” tanya Jiyong sambil mengangkat tangannya lalu mengusap lembut wajah Dara yang membuat hati wanita itu berdebar.

     “Aku belum mengantuk.” Ujar Dara dengan tersenyum simpul. “Melihat wajahmu yang terlihat damai saat sedang tidur membuat mataku enggan tertutup.” Ujar Dara dengan jujur yang membuahkan senyuman renyah dari kekasihnya.

     “Tidurlah! Ini sudah malam, besok pagi kita masih harus bekerja.” ujar Jiyong sambil menaruh lengannya di bawah kepala Dara dan dengan lembut menggerakkan tubuh wanita itu. Dara lalu menggeserkan tubuhnya ke arah Jiyong, dia melingkarkan tangannya di tubuh kekasihnya itu lalu meletakkan kepalanya di dada bidang Jiyong. Dara tersenyum lebar ketika dia merasakan jantung Jiyong berpacu dengan cepat dan dia tahu hal itu terjadi karena dirinya.

     Selama beberapa saat mereka hanya diam, saling merasakan kehadiran masing-masing hanya dengan mendengar desahan napas mereka. Dara telah menutup matanya beberapa saat yang lalu namun rasa kantuk tidak kunjung datang. Dia akhirnya memilih untuk kembali membuka matanya lalu mendongkak dan menatap pada Jiyong yang kini sudah menutup matanya lagi dengan tangan yang memeluk tubuh Dara dengan erat.

     “Ji?” bisik Dara pelan ketika dia mendongkak.

     “Hmm?” Dia tersenyum ketika mendengar suara Jiyong, “Kau belum tidur?” tanya Jiyong setelah beberapa saat.

     “Aku tidak bisa tidur.” Ujar Dara jujur. “Bicaralah denganku.”

     “Apa yang kau ingin bicarakan?” tanya Jiyong dengan mata yang masih tertutup. Dara tahu Jiyong pasti sedang merasa lelah tapi dia tidak ingin sendirian jadi dia tidak punya pilihan lain selain membangunkan kekasihnya itu.

     “Kita bisa bicara apapun.” Ujar Dara lagi masih sambil menatap Jiyong. “Buka matamu.” Jiyong langsung membuka matanya setelah mendengar perintah kekasihnya itu yang langsung disambut dengan senyuman hangat Dara lalu tanpa menunggu lama wanita itu langsung memberikan kecupan di bibir Jiyong.

     “Apa kau tidak lelah?” tanya Jiyong dengan mata yang dipicingkan ketika Dara kembali ke posisinya yang semula. “Aku kira aku sudah membuatmu kehabisan tenaga.” Ujar Jiyong kini dengan sebuah smirk yang membuat pipi Dara langsung merona merah karena mengerti dengan maksud perkataan Jiyong.

     “Aku lelah tapi aku tidak ngantuk.” Ujar Dara pelan. “Ayo bicara sesuatu.” Ujar Dara lagi sambil menggambar lingkaran di dada Jiyong dengan telunjuknya.

     “Kau terlebih dahulu.” Ujar Jiyong kini sambil mengelus lengan telanjang Dara. Dara diam selama beberapa saat untuk memikirkan hal apa yang ingin dia bicarakan dengan Jiyong.

     “Tiffany mengatakan hal-hal yang aneh di kantor, dia memberitahu semua orang bahwa kau menggodanya saat kita sedang berada di Jeju.”

     “Kau tahu itu tidak benar.” Ujar Jiyong dengan suara pelan.

     “Aku tahu, tapi mereka tidak tahu. Aku tidak suka jika kau disangkut pautkan dengan wanita itu, aku tidak suka jika nanti ada kabar bahwa kau menyukainya.”

     “Apa kau cemburu?”

     “Apa kau perlu bertanya?” balas Dara sambil mendongkak lagi lalu menatap Jiyong. Jiyong tersenyum mendengar kejujuran Dara lalu dia mencondongkan kepalanya kemudian mengecup bibir mungil kekasihnya itu.

     “Araseo, aku akan mengatakan bahwa itu tidak benar.” Ujar Jiyong yang membuat Dara tersenyum lebar karena kekasihnya mengerti apa yang dia inginkan.

     “Sekarang giliranmu.” Ujar Dara dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya.

     “Bukankah Tiffany juga mengatakan sesuatu tentang hubunganmu dengan Lee Donghae? Semua orang mengira bahwa kau benar-benar bertunangan dengan pria itu.” Ujar Jiyong setelah beberapa saat. “Bisakah kau melakukan sesuatu juga untuk hal itu? aku tidak suka mendengar semua orang mengira kekasihku bertunangan dengan pria lain.” ujar Jiyong lalu beberapa saat kemudian dia merasakan Dara menganggukkan kepalanya.

     “Jika mereka bertanya aku akan menjelaskan bahwa hal itu tidak benar, aku akan mengatakan bahwa aku memiliki kekasih yang sangat menyayangiku dan pria itu bukan Donghae.” Jawaban Dara membuat Jiyong merasa puas.

     “Lalu apa yang akan kau katakan jika mereka bertanya siapa kekasihmu yang sebenarnya?” tanya Jiyong penasaran.

     “Aku tidak akan mengatakan apapun untuk hal itu, lagipula itu bukan urusan mereka.” ujar Dara sambil mengedikkan bahunya yang membuat Jiyong menganggukkan kepala, merasa puas dengan jawaban kekasihnya itu. “Ngomong-ngomong tentang Donghae, tadi dia datang ke rumahku dan makan malam bersama nenekku.” Ujar Dara lagi setelah beberapa saat.

     “Jinjja?” tanya Jiyong yang Dara balas dengan anggukkan kepala. “Apakah dia sedekat itu dengan nenekmu?”

     “Nenekku sepertinya sangat menyukai Donghae.” Ujar Dara jujur dan hal itu membuat Jiyong merasa sedikit gugup, tiba-tiba saja dia merasa takut jika nenek Dara akan menentang hubungan mereka karena kedekatannya dengan pria itu.

     “Apakah aku harus mendekati nenekmu juga supaya aku bisa dekat dengan beliau?” tanya Jiyong yang membuat Dara mendongkak lalu menatap kekasihnya itu.

     “Lain kali aku akan mengajakmu makan malam di rumah, kau bisa mendekatinya saat itu.”

     “Jinjja?” tanya Jiyong dengan mata yang dibuka lebar. “Apakah nenekmu akan menyukaiku?”

     “Tentu saja!” ujar Dara sambil kembali memeluk Jiyong. “Dia pasti akan menyukaimu, karena nenekku menyukai pria yang sangat baik dan tulus.”

     “Jadi menurutmu aku ini pria baik dan juga tulus?” Tanya Jiyong dengan senyuman lebar.

     “Neh, aku tidak akan menjadi kekasihmu jika kau adalah pria jahat.”

     “Tapi kau selalu mengatakan aku ini pria brengsek.” Ujar Jiyong lagi yang kali ini membuat Dara tidak langsung menjawab. Jiyong dengan sabar menunggu kekasihnya itu berbicara.

     “Sekarang tidak lagi.” ujar Dara pelan. “Kau kekasih terbaik.” Sambungnya dengan suara yang hampir berbisik namun Jiyong masih mampu mendengarnya dengan sangat jelas dan hal itu membuat senyumnya semakin lebar.

     “Kau juga kekasih terbaik.” Ujar Jiyong sebelum dia mencium puncak kepala Dara lalu mempererat dekapannya di tubuh kekasihnya itu.

     “Ji, tadi Donghae mengatakan hal-hal yang aneh tentangmu.” Ujar Dara setelah beberapa saat.

     “Hal-hal aneh?” tanya Jiyong dengan kening berkerut. “Apa yang pria itu katakan kepadamu?”

     “Donghae mengatakan bahwa kau sangat terkenal di kalangan para pewaris elit seperti dia. Bukankah itu sangat aneh?” tanya Dara yang membuat tubuh Jiyong mengendurkan dekapannya dengan tiba-tiba namun Dara sepertinya tidak menyadari hal itu.

     Jiyong diam selama beberapa saat, dia terlalu bingung untuk membalas apa yang Dara katakan. Jiyong mengira bahwa Donghae mungkin sudah tahu siapa Jiyong yang sebenarnya dan kini Jiyong takut jika pria itu mengatakan kebenarannya kepada Dara, bukan karena dia tidak ingin kekasihnya itu mengetahui jati diri Jiyong yang sebenarnya namun karena dia tidak ingin Dara mengetahui hal itu dari orang lain. Jika Dara harus tahu maka Jiyong ingin Dara mendengarnya langsung dari dirinya. Setelah beberapa saat Jiyong menegakkan tubuhnya yang membuat Dara bangun dari posisinya juga walaupun sebenarnya Dara sedikit bingung karena hal itu.

     “Lalu apa lagi yang pria itu katakan?” tanya Jiyong kini sambil menatap Dara, suara Jiyong sedikit bergetar dan gugup, kali ini Dara menyadari hal itu.

     “Yah kenapa suaramu terdengar gugup?” tanya Dara sambil sedikit khawatir.

     “Apakah Donghae mengatakan hal lain lagi?” tanya Jiyong lagi yang kali ini membuat Dara menggelengkan kepala dan ketika melihat jawaban Dara Jiyong langsung terlihat lega.

     “Wae?” tanya Dara dengan kening yang sedikit berkerut karena bingung dengan reaksi Jiyong.

     “Ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu.” ujar Jiyong.

     “Hal apa yang ingin kau katakan kepadaku?”

     “Sebelum aku mengatakannya kau harus berjanji bahwa kau tidak akan marah.” ujar Jiyong kini sambil meraih tangan Dara lalu menggenggamnya yang kini malah membuat Dara semakin kebingungan karena tatapan Jiyong dan entah kenapa hal itu malah membuatnya merasa gugup.

     “Memangnya apa yang ingin kau katakan?”

     “Berjanji dulu kau tidak akan marah.” ujar Jiyong lagi yang kini Dara balas dengan anggukkan pelan walaupun dia sedikit tidak yakin, apapun yang akan Jiyong katakan Dara tahu pasti hal ini adalah hal yang sangat penting. “Aku sebenarnya seorang chaebol.”

     “Mwo?” tanya Dara sangat kaget dengan apa yang Jiyong katakan. “Apa yang kau katakan? jangan bercanda yang aneh-aneh.” Ujar Dara lagi yang sedikit tidak percaya dengan Jiyong.

     “Babe, aku tidak bercanda!” ujar Jiyong. “Kau tahu Kwon Corporatioan?” tanya Jiyong yang Dara balas dengan anggukan.

     “Salah satu korporasi terbesar di Asia yang memiliki bisnis di berbagai industri dan merupakan developer terbesar di Korea dan Hongkong saat ini.” ujar Dara yang masih sedikit terkejut dengan pengakuan Jiyong. “Apa korporasi itu yang kau maksud?” tanya Dara yang langsung Jiyong balas dengan anggukkan.

     “Kakekku adalah pendirinya dan aku adalah salah satu pewaris perusahaan itu.” ujar Jiyong lagi yang kali ini membuat Dara langsung menutup mulutnya yang terbuka sangat lebar. Kentara sekali bahwa wanita itu sangat terkejut dengan apa yang kekasihnya itu katakan.

Dara Pov

     “Dara aku hampir gila karena semua orang di kantor terus mencercaku dengan pertanyaan tentang kekasihmu.” Aku langsung mendongkak ketika mendengar suara Bom yang saat ini sedang duduk di hadapanku, kami baru saja selesai makan malam bersama dan karena kekasih Bom belum datang menjemputnya maka kami memutuskan untuk mampir dulu ke sebuah coffee shop yang berada di dekat kantor kami sambil menunggu kekasihnya.

     “Hah apa maksudmu?” tanyaku yang sedikit bingung.

     “Bukankah tadi pagi kau membuat pengumuman bahwa antara kau dan CEO yang bermarga Lee itu tidak ada hubungan spesial apapun.” Ujar Bom menjelaskan yang aku balas dengan anggukan setuju. “Lalu kau juga mengatakan bahwa kau sudah memiliki kekasih sekarang tapi kau sama sekali tidak mengatakan siapa kekasihmu itu. Hal itu membuat semuanya bertanya kepadaku karena mereka yakin bahwa aku tahu siapa kekasih barumu.” ujar Bom lagi yang kali ini aku balas dengan menggelengkan kepala sambil berdecak.

     “Mengapa mereka sangat peduli dengan urusan orang lain?” tanyaku yang Bom balas dengan anggukan setuju.

     “Itulah maksudku, kenapa mereka sangat penasaran tentang hubungan asmaramu.” Ujar Bom juga sambil menggelengkan kepalanya. “Jadi siapa kekasihmu?” tanya Bom sambil memajukan badannya lalu menaruh kedua tangan di atas meja. “Aku juga penasaran.” Ujarnya lagi kini membuatku sedikit tertawa.

     “Kau sama saja seperti mereka.” ujarku sambil mendecakkan lidah.

     “Aku hanya penasaran.”

     “Aku tidak akan memberitahumu.”

     “Kenapa kau tidak ingin memberitahuku? Apa aku ini orang asing bagimu? Aku bahkan selalu menceritakan apa yang aku dan kekasihku lakukan di atas tempat tidur.” Ujar Bom. “Ini tidak adil, kau tahu?”

     “Hidup memang tidak adil, harusnya kau belajar tentang hal itu dan lagipula aku tidak pernah menyuruhmu untuk mengatakan apapun tentang apa yang kau lakukan dengan kekasihmu di atas tempat tidur, kau sendiri yang selalu mengatakannya bahkan tanpa perlu aku bertanya.” ujarku sambil mengedikkan bahu.

     “Aigoo jadi kau mau bersikap seperti ini kepadaku?” ujar Bom sambil sedikit merenggutkan bibir namun aku hanya memutar bola mata  melihat tingkahnya itu. “Baiklah kalau begitu, sebaiknya aku bertanya kepada Jiyong saja karena dia pasti tahu siapa kekasihmu. Kau dan dia sama sekali tidak pernah menyimpan rahasia apapun.” Kata-kata Bom kini membuatku langsung tertawa keras dan hal itu membuat sahabatku itu sedikit mengerutkan kening. “Wae?” tanyanya bingung.

     “Kau boleh bertanya kepada Jiyong jika kau mau, aku penasaran jawaban apa yang akan dia berikan kepadamu.” ujarku lagi kini sedikit menantang.

     “Jadi Jiyong benar-benar tahu tentang kekasihmu sedangkan kau sama sekali tidak mau memberitahuku?” ujar Bom kini kembali merenggut yang kembali membuatku tertawa.

     “Kau benar-benar penasaran huh?” tanyaku kepada Bom yang dibalas dengan anggukan.

     “Beritahu aku!!!”

     “Aku tidak bisa memberitahumu.” Ujarku sambil menggelengkan kepala.

     “Wae?” tanya Bom dengan sedikit memelototkan matanya.

     “Pokoknya aku tidak bisa memberitahumu, jika orang lain tahu kami berdua bisa berada dalam masalah.”

     “Ya ampun tingkahmu sudah seperti seseorang yang berpacaran dengan seorang idol terkenal.” Ujar Bom sambil memutar bola matanya.

     “Kekasihku lebih hebat dari sekedar idol.” Ujarku sambil tersenyum. “Kau akan kaget jika tahu siapa kekasihku.” Ujarku kini sambil mengaduk minuman yang ada di hadapanku dengan sedotan. “Aku sendiri bahkan kaget setelah mengetahui siapa kekasihku yang sebenarnya.” Ujarku lagi kini dengan sedikit merenggut ketika mengingat pembicaraanku dengan Jiyong kemarin malam.

     Aku awalnya tidak percaya dengan apa yang dia katakan tapi setelah mengingat apa yang dikatakan Donghae sebelumnya tentang Jiyong dan hal itu sepertinya saling terhubung jadi aku menyimpulkan bahwa Jiyong tidak sedang bercanda denganku. Sejak saat itu aku belum lagi berbicara dengan Jiyong, bahkan saat kami berangkat ke kantor bersama aku sama sekali tidak menatap atau berbicara dengannya.  Aku memang telah berjanji tidak akan marah tapi aku rasa Jiyong mengerti bahwa hal ini membuatku sedikit kesal jadi dia tidak memaksa untuk berbicara denganku, Jiyong tahu bahwa aku harus dibiarkan sendiri jika sedang kesal seperti ini jadi aku bisa memikirkan masalah ini dengan kepala dingin.

     “kenapa aku harus kaget?” ujar Bom yang membuatku kembali dari lamunan.  “Apa Kekasihmu itu adalah dewa air? Alien? Atau mungkin dokkaebi seperti Gong Yoo ahjussi?” Aku menatapnya lalu mendengus.

     “Aku serius Bom.” Ujarku dengan nada bicara dan raut wajah serius.

     “Kekasihmu itu orang terkenal?” tanya Bom tiba-tiba karena melihat perubahan suasana hatiku. “Apa kau tidak bisa mengatakannya karena dia orang penting? Apa kau pacaran dengan seorang selebritis? Atau mungkin seorang chaebol?” tanya Bom yang kini langsung membuatku mendongkak menatapnya, sedikit tidak percaya karena dia bisa menebak dengan sangat tepat. “Ahh jadi kau benar-benar berpacaran dengan seorang konglomerat?” Bom menyimpulkan ketika melihat reaksiku. Aku akhirnya hanya menganggukkan kepala karena aku tahu akan percuma jika aku berbohong saat ini, sahabatku ini bisa mendeteksi kebohongan dengan sangat tepat.

     “Kau kaget, kan?”

     “Wah daebak!” ujar Bom kini sambil membulatkan matanya, dia sepertinya sama terkejutnya sepertiku dan aku sangat yakin mungkin matanya akan benar-benar keluar jika dia tahu bahwa orang yang aku maksud adalah Jiyong. “Kau licik juga ternyata, bagaimana caranya memikat konglomerat seperti itu?” tanya Bom namun aku tahu dia hanya bergurau.

     “Aku juga baru tahu tadi malam tentang hal itu, dia baru memberitahuku.” Ujarku sambil menatap Bom.

     “Kenapa kau terlihat kecewa? Apa kau tidak senang setelah mengetahuinya?” Aku langsung menggelengkan kepala.

     “Bukan seperti itu, hanya saja aku merasa telah dibohongi selama ini.”

     “Memangnya selama ini apa yang kau tahu tentang kekasihmu itu?”

     “Aku pikir dia hanya orang biasa sepertiku tapi ternyata aku salah.” ujarku. “Aku sudah lama mengenalnya tapi aku baru mengetahui tentang hal ini, aku hanya merasa aneh.” Ujarku lagi yang Bom balas dengan anggukkan.

     “Bagaimana dengan keluarganya? Apa yang pria itu katakan tentang keluarganya sebelum ini?” tanya Bom lagi yang kembali aku balas dengan gelengan.

     “Dia tidak pernah mengatakan apapun tentang keluarganya selama ini.” ujarku sambil mengedikkan bahu. “Sepertinya karena aku tidak pernah bertanya tentang hal itu.”

     “Kalau seperti itu berarti dia tidak pernah membohongimu, kau sendiri saja tidak pernah bertanya kepadanya jadi bagaimana bisa dia membohongimu?”

     “Tapi tetap saja aku merasa telah dibohongi, padahal dia sudah sangat tahu semuanya tentangku dan keluargaku, aku juga tidak menyembunyikan sesuatu dari dia selama ini tapi dia tidak pernah mengatakan apapun tentang dia yang sebenarnya kepadaku, bukankah itu berarti dia telah berbohong?”

     “Ani, aku tidak setuju denganmu.” Ujar Bom sambil menggelengkan kepala. “Jika aku jadi dia aku juga mungkin tidak akan mengatakannya kepadamu kecuali jika kau bertanya maka aku akan mengatakannya.” Ujar Bom. “Dan lagipula bagaimana bisa kau tidak tahu tentang jati diri kekasihmu sendiri? Ayolah walaupun dia tidak mengatakannya secara langsung pasti ada satu hal yang mungkin bisa mengidentifikasikan bahwa dia seseorang yang mempunyai uang banyak, misalkan mobil. Mobil apa yang dia pakai selama ini?” tanya Bom lagi dan setelah mendengar pertanyaannya aku baru sadar bahwa selama ini Jiyong sering berganti mobil dan semua mobil yang dia pakai terbilang mobil mewah yang tidak semua orang bisa membelinya dengan mudah.

     “Dia sering memakai mobil mewah tapi aku sama sekali tidak menyadari apapun tentang hal itu tapi sekarang setelah kau berbicara aku merasa bahwa aku sangat tidak peka.”

     “Aigoo, kau ini ternyata bodoh sekali.” ujar Bom sambil berdecak. “Jika dia memakai mobil mewah itu berarti dia berasal dari keluarga yang sangat kaya bahkan tanpa orang itu memberitahuku pun aku sudah bisa menebak hal itu.” ujar Bom lagi. “Aku bahkan bisa tahu bahwa Jiyong berasal dari keluarga yang sangat kaya karena dia memiliki banyak mobil mewah, dia bahkan tinggal di apartemen mewah. Jika dia hanya karyawan biasa seperti kita maka dia tidak mungkin bisa membeli semua itu kecuali jika dia menjadi simpanan ahjumma-ahjumma kesepian. Kau juga pasti tidak mengira tentang hal itu, kan? Padahal Jiyong adalah teman terdekatmu.” Ujar Bom lagi yang langsung membuatku menatapnya dengan sedikit gugup karena tiba-tiba saja dia menyebut nama Jiyong. Apakah ini artinya dia tahu bahwa pria yang aku maksud adalah Jiyong. “Sebentar!” ujar Bom tiba-tiba kini sambil menatapku dengan tatapan curiga. “Kenapa kekasih yang kau ceritakan itu mirip sekali dengan Jiyong?” tanyanya lagi sambil memicingkan matanya ke arahku. “Kau bilang sudah mengenalnya lama dan dia tahu semua hal tentangmu dan keluargamu. Ya ampun dia mirip sekali dengan Jiyong.” ujar Bom lagi kini sambil menutup mulutnya dengan tidak percaya. “Yah apa Jiyong adalah kekasihmu sekarang? apakah akhirnya gosip di kantor tentang hubungan kalian kini menjadi kenyataan?”

     “Bomi-ah…” ujarku namun tidak ada kata lain yang bisa aku katakan.

     “Yah kenapa kau menjadi gugup seperti itu? jawab aku sekarang juga!” Ujar Bom lagi.

     “Aku….” Aku bingung harus mengatakan apa karena aku tahu dia sama sekali tidak bisa dibohongi namun jika aku jujur aku takut hal ini akan tersebar, mulut sahabatku ini terkadang seperti ember yang bocor, aku dan Jiyong bisa berada dalam masalah kalau hubungan kami diketahui oleh orang lain apalagi oleh petinggi di tempat kami bekerja.

     “Yah apa kau ragu mengatakannya kepadaku karena kau pikir aku akan membocorkan hubungan kalian kepada semua orang?” tanya Bom lagi yang membuatku menatapnya tidak percaya, bagaimana bisa dia menebak dengan begitu mudah dan tepat. Aku benar-benar tidak bisa menganggap remeh kemampuan sahabatku ini, sepertinya dia adalah seorang cenayang.

     “A-aku dan Jiyong…”

     “Sandy!!!” Belum selesai aku menjawab pertanyaan Bom tiba-tiba saja aku mendengar suara seseorang memanggil namaku dan ketika aku melihat ke arah suara itu ternyata kini Donghae sedang berdiri di pintu masuk coffee shop ini sambil melambaikan tangannya ke arahku.

     “Siapa itu?” Aku kini mendengar suara Bom yang membuatku langsung mengalihkan tatapanku lagi kepadanya. “Kenapa dia melambai kepada kita? dan siapa yang dia maksud dengan Sandy?”

     “Lee Donghae.” Jawabku kepada Bom yang masih mengarahkan tatapannya ke balik punggungku.

     “Jiyong juga ada di sini.” Ujar Bom lagi yang langsung membuatku membuka mata lalu berbalik, mataku langsung menangkap sosok Jiyong yang masuk sendirian, dia masih memakai kemejanya namun kini tanpa dasi di lehernya, kancing atasnya sudah dia lepaskan dan lengan kemejanya dia gulung sampai siku.

     Dia kini sedang berjalan ke arahku, aku menelan ludah ketika melihat tatapannya yang kini ditujukan kepada Donghae yang berjalan hanya beberapa langkah di depannya. Tatapannya sangat dingin dan entah kenapa aku seolah melihat ada kilatan emosi dari sorot matanya untuk Donghae, Jiyong bisa saja melubangi kepala Donghae hanya dengan tatapannya itu.  Aku tiba-tiba menjadi gugup karena dua pria itu, entah kenapa aku merasa Donghae dan Jiyong tidak bisa berada dalam satu tempat yang sama.

     “Donghae-ah apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Dara langsung setelah Donghae berhenti di hadapannya dan mengambil tempat duduk di sampingnya. “Kenapa kau bisa tahu aku ada di sini?” tanya Dara lagi sambil menatap pria itu dengan kening yang sedikit berkerut. Donghae langsung tersenyum lebar ketika menatap Dara.

     “Aku tadi hanya lewat saja dan kebetulan aku melihatmu di sini.” Ujarnya masih dengan senyuman lebarnya. “Tadinya aku ingin mengajakmu pulang bersama namun sepertinya ada orang lain yang akan mengantarmu pulang.” ujar Donghae lagi kini sambil menatap lurus ke balik punggung Dara yang membuat wanita itu berbalik dan kini dia melihat Jiyong telah berdiri di samping kursinya.

     “Ayo kita pulang!” Dara menatap Jiyong namun tatapan kekasihnya itu bukan ditujukan kepadanya. Jiyong kini sedang menatap tajam kepada Donghae yang duduk di samping Dara, ini adalah pertama kalinya Dara melihat tatapan Jiyong yang terasa menakutkan baginya.

     “Ji.” ujar Dara pelan dan suara wanita itu berhasil membuat Jiyong mengalihkan tatapannya kepada Dara namun kali ini tatapannya telah berubah, dia menatap Dara dengan tatapan lembut. “Kenapa kau di sini? Aku pikir kau sudah pulang.”

     “Aku sengaja menunggumu di kantor supaya aku bisa mengantarmu.” Ujar Jiyong sambil tersenyum ke arah Dara. “Kaja!” ujar Jiyong lagi kini sambil mengulurkan tangannya.

     “Aku pulang setelah kekasih Bom datang.” Ujar Dara sambil memalingkan wajahnya dari Jiyong lalu menatap lurus ke depan dengan bibir yang sedikit merenggut. Jiyong hanya bisa menghela napas sambil mengurut pelipisnya karena sikap Dara, dia sadar bahwa Dara pasti masih kesal karena pengakuannya tadi malam.

     “Apakah kekasihmu masih lama?” Tanya Jiyong kini sambil menatap Bom. “Apakah kau tidak bisa menunggu sendirian?” tanya Jiyong lagi dengan suara sedikit tegas.

     “Yah kenapa kau kesal kepadaku?” ujar Bom sambil mendecakkan lidahnya.

     “Aku tidak kesal, aku hanya bertanya.”

     “Sudah jelas kau sangat kesal.” Ujar Bom lagi sambil memutar bola matanya. “Kemarilah duduk di sampingku, kekasihku sebentar lagi datang, tenang saja.” ujar Bom sambil mengambil tas yang sebelumnya dia taruh di kursi sampingnya, Jiyong akhirnya memilih mengikuti saran Bom untuk duduk di sampingnya karena hanya tinggal kursi itu yang tersisa, kursi di samping Dara sudah diisi oleh pria lain, pria yang mulai malam ini telah Jiyong anggap sebagai musuh nomor satu.

     “Kalau kau tidak mau menunggu kau bisa pulang duluan, aku akan menggunakan taksi.” Ujar Dara yang menyadari sikap Jiyong yang terlihat sangat kesal dan dia mengira bahwa kekasihnya itu merasa kesal karena harus menunggu kekasih Bom terlebih dahulu.

     “Kenapa harus naik taksi?” tanya Donghae yang membuat Jiyong langsung menatapnya tajam. “Aku masih di sini dan aku sangat tidak keberatan jika kau memintaku menemanimu menunggu.” Ujar Donghae lagi kini dengan tersenyum sangat lebar, Dara akan membalas perkataan Donghae saat tiba-tiba terdengar suara dering ponsel yang ternyata adalah ponsel milik Donghae. “Neh halmeoni.” Dara mendengar suara Donghae yang terdengar sangat senang saat dia mengangkat telpon itu. “Aku sedang bersama Dara sekarang,” Ujar Donghae lagi setelah beberapa saat. “Neh, aku akan mengantarnya. Halmeoni tenang saja, Dara pasti aman jika dia bersamaku.” Ujar Donghae lagi sambil sedikit tertawa renyah lalu beberapa saat kemudian Donghae memutuskan sambungan telpon.

     “Apakah itu halmeoni?” tanya Dara kepada Donghae yang pria itu balas dengan anggukan kepala.

     “Halmeoni memintaku untuk menjemputmu.” Ujar Donghae sambil menyimpan kembali ponselnya di saku mantel yang dia pakai. “Kau tahu aku tidak mau mengecewakan halmeoni jadi aku harap kau mau pulang bersamaku.” Ujar Donghae lagi dengan senyuman lebar ke arah Dara. Jiyong yang duduk di hadapannya hanya bisa menatapnya tajam, tangannya yang berada di bawah meja kini sudah terkepal dengan sangat erat, sedangkan otot rahangnya terus bergerak yang menandakan bahwa dia sedang berusaha menahan dirinya apalagi saat dia melihat Donghae sedikit meliriknya sambil menyimpulkan sebuah smirk. “Kau akan pulang denganku, kan?” tanya Donghae lagi setelah beberapa saat. Kali ini Dara mengerutkan keningnya lalu langsung menatap Jiyong, namun pria itu hanya menatap datar kepada Dara, seolah dia juga menunggu jawaban apa yang akan Dara berikan kepada Donghae.

     “Wah apakah anda ini yang bernama Lee daepyo-nim yang akan bekerja bersama Dara?” tiba-tiba saja Dara mendengar suara Bom yang membuat semua perhatian kini teralihkan kepadanya dan Dara berterimakasih di dalam hati karena hal ini membuatnya terhindar dari situasi yang membingungkan, Dara tiba-tiba saja merasa gugup karena kehadiran dua lelaki ini. Dara tidak melakukan kesalahan apapun namun dia merasa tidak enak baik kepada Jiyong maupun Donghae dengan alasan yang tidak jelas. Dara melihat Donghae menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Bom setelah mendengar pertanyaan sahabatnya itu.

     “Apakah kau temannya Sandy? Siapa namamu?” tanya Donghae kini sambil mengulurkan tangannya ke arah Bom.

     “Park Bom.” Ujar Bom sambil menjabat tangan Donghae.

     “Senang bertemu denganmu Park Bom-ssi, aku harap kita bisa berteman juga.” ujar Donghae yang membuat Bom tertawa renyah.

     “Sepertinya anda dekat sekali dengan Dara, anda bahkan mempunyai nama panggilan untuknya.” Ujar Bom yang dibalas anggukkan oleh Donghae.

     “Tentu saja kami sangat dekat. Benarkan Sandy?” tanya Donghae kini sambil menatap Dara lalu merangkul pundak Dara. Mata Jiyong otomatis menatap tajam pada tangan Donghae yang saat ini berada dia atas pundak Dara. Dia tahu bahwa lelaki itu sengaja melakukan hal seperti itu untuk memancing emosinya dan hal itu benar-benar membuatnya sangat muak. Jika bukan karena pria itu adalah teman Dara maka sudah sejak tadi Jiyong menghajar pria itu dengan kepalan tangannya.

     “Aku tidak pernah merasa dekat denganmu.” Ujar Dara acuh sambil menggerakkan pundaknya sehingga tangan Donghae terjatuh dengan sendirinya. Hal itu membuat Donghae sedikit merenggut sedangkan Jiyong yang duduk di hadapannya langsung menyimpulkan sebuah smirk karena adegan itu.

     “Oh iya, Lee Donghae-ssi aku ingin bertanya sesuatu kepadamu.” Ujar Bom yang langsung dipotong oleh Donghae.

     “Panggil saja aku Donghae.” Ujar pria itu yang Bom balas dengan anggukkan mengerti. “Kau ingin mengatakan apa?”

     “Apakah kau tahu siapa kekasih Dara saat ini?” tanya Bom tiba-tiba yang membuat senyuman Donghae langsung memudar.

     “Huh?” tanya Donghae. “Kenapa kau bertanya tentang hal itu?”

     “Tidak apa-apa, hanya saja Dara tidak ingin memberitahuku.” Ujar Bom sambil mengedikkan bahu. “Karena kau teman dekat Dara, jadi kau pasti tahu siapa kekasihnya. Iya kan?” tanya Bom lagi. Donghae diam selama beberapa saat. Dia memang tahu siapa pria yang menjadi kekasih Dara namun dia tidak ingin mengatakan apapun, dia tidak ingin mengakui bahwa Dara adalah milik pria lain jadi dia lebih memilih untuk diam. “Kau diam saja, apakah itu artinya kau tidak tahu siapa kekasih Dara?” tanya Bom lagi kini membuat Dara langsung menatap Donghae dengan kening yang sedikit berkerut, dia merasa aneh dengan sikap Donghae saat ini padahal dia sudah memberitahu pria itu tentang hubungannya dengan Jiyong.

     “Yah Bomi-ah kenapa kau bertanya hal itu kepada Donghae?” Tanya Dara yang masih merasa aneh dengan semua situasi yang dia alami sejak tadi.

     “Wae?” tanya Bom. “Aku hanya ingin tahu siapa kekasihmu.” Ujar Bom lagi sebelum dia menatap kepada Jiyong yang dari tadi hanya diam saja. “Aku sudah penasaran dari tadi dan Dara memintaku untuk bertanya kepadamu. jadi apa yang akan kau katakan?” tanya Bom yang membuat Jiyong langsung mengerutkan keningnya, karena bingung dengan pertanyaan Bom yang tiba-tiba. “Kau tahu bukan siapa kekasih Dara?” tanya Bom lagi kini berhasil membuat Jiyong langsung tersenyum lebar.

     “Tentu saja aku tahu. memangnya siapa lagi yang mengenal Dara sebaik diriku?” ujar Jiyong dengan penuh bangga.

     “Lalu siapa pria itu?” Jiyong langsung mengalihkan tatapannya kepada Dara yang duduk di hadapan Bom.

     “Haruskah aku memberitahu sahabatmu ini?” Jiyong kini bertanya kepada Dara yang wanita itu balas dengan gelengan pelan.

     “Tidak usah, lagipula dia sebenarnya sudah tahu siapa kekasihku. Dia hanya berpura-pura bodoh.” Ujar Dara yang membuat Bom langsung merenggutkan bibirnya.

     “Kalian berdua memang pasangan yang sangat menyebalkan.” Ujar Bom sambil menatap Jiyong dan Dara secara bergiliran. “Aku memang sudah tahu bahkan sejak kalian kembali dari Jeju tapi aku sangat ingin mendengarnya langsung dari mulut kalian sendiri, jika kalian tidak mengatakannya sendiri maka aku merasa bahwa aku hanya mengira-ngira saja, aku butuh bukti nyata bahwa kalian benar-benar bersama sekarang, dan pernyataan kalian sudah lebih dari cukup bagiku.” ujar Bom yang membuat Dara memutar bola matanya.

     “Sudah aku duga bahwa kau itu adalah seorang cenayang.” Ujar Dara sambil menggelengkan kepada lalu berdecak dan hal itu membuat Bom kembali merenggutkan bibirnya. “Jika aku mengatakannya aku tahu pasti kau akan merekamnya dan nanti kau akan menjadikan alat itu untuk mengancamku supaya kau bisa menyuruhku melakukan apapun yang kau inginkan. Aku sudah bisa menebak apa yang kau pikirkan di dalam kepalamu itu.” Ujar Dara yang membuat Bom semakin merenggutkan bibirnya karena apa yang Dara katakan itu sangat benar.

     “Kau jahat sekali kepadaku.” ujar Bom kini sambil pura-pura menangis.

     “Dasar drama queen.” Ujar Dara kini sambil memutar bola matanya.

     “Tapi babe, sepertinya apa yang dikatakan Bom itu ada benarnya juga. Kita berdua harus mengatakannya secara langsung supaya dia tahu bahwa kita benar-benar memiliki sebuah hubungan yang sama sekali tidak akan pernah bisa dipisahkan oleh badai sekalipun.” Ujar Jiyong penuh penekanan sambil sedikit melirik kepada Donghae yang kini hanya diam saja.

     “Kenapa kau jadi ikut-ikutan seperti Bom?” ujar Dara kini sambil menyilangkan tangannya di depan dada lalu bersandar pada sandaran kursi di belakangnya sementara Jiyong hanya mengedikkan bahu sebelum dia membalikkan badannya ke arah Bom.

     “Perkenalkan, aku adalah kekasih dari wanita yang duduk di hadapanmu. Aku sudah lama menyukainya tapi dia terlalu bodoh untuk menyadari semua itu padahal aku sudah banyak memberikan kode kepadanya.” ujar Jiyong kepada Bom yang membuat Dara sedikit menyunggingkan senyuman. “Saat aku mengatakan bahwa aku mencintainya dia langsung menolakku dan terus menolakku sampai berkali-kali, dia bahkan mengatakan bahwa hubungan kami tidak akan pernah berhasil, dia takut bahwa aku akan melukainya seperti pria lain, dia meragukan semua perasaanku untuknya dan aku sangat terluka karena hal itu padahal dia tahu bahwa perasaanku ini sangat tulus itulah kenapa aku tidak pernah menyerah kepadanya.” ujar Jiyong kini sambil menaruh kedua tangannya di depan dada dengan raut wajah yang seolah-olah terluka. Dara menatapnya dengan tatapan serius, dia merasa bahwa Jiyong kini sedang mengungkapkan semua yang sebelumnya dia rasakan saat Dara menolaknya. “Namun akhirnya kini dia telah menjadi milikku dan sekarang dia telah sadar bahwa hanya aku satu-satunya pria yang akan membuatnya bahagia.” Ujar Jiyong lagi kini sambil tersenyum yang yang membuat Dara juga mengulum senyuman. “Dia juga telah sadar bahwa hanya aku satu-satunya pria paling tampan di muka bumi ini, dia tahu dia tidak akan pernah bisa mendapatkan pria dengan paket komplit sepertiku di tempat lain jadi dia akan melakukan apapun untuk membuatku tetap bersamanya dan aku tidak keberatan dengan hal itu karena aku juga ingin terus bersama dengannya.” ujar Jiyong lagi yang membuat senyuman Dara semakin merekah. “Noona, lihatlah dia tersenyum sangat lebar karena semua yang aku katakan.” ujar Jiyong kepada Bom sambil menunjuk Dara yang membuat wanita itu menjadi salah tingkah, mukanya kini telah memerah seperti buah tomat. “Bukankah dia terlihat sangat tergila-gila kepadaku?” tanya Jiyong lagi kini sambil menatap Bom lalu kembali menatap Dara yang kini mulai tertawa karena semua yang Jiyong katakan.

     “Aigoo, dia memang sudah tergila-gila kepadamu.” Bom berdecak sambil memandang lurus kepada Dara. “Sangat terlihat jelas dari senyumannya.” Ujar Bom lagi sebelum dia mengalihkan perhatiannya kepada Donghae yang dari tadi hanya diam saja sambil menahan semua amarah yang dia coba tahan. “Bagaimana menurutmu Lee Donghae-ssi? apakah kau sependapat denganku? Bukankah saat ini Dara terlihat seperti seseorang yang sedang jatuh cinta?” tanya Bom lagi dengan sebuah senyuman simpul di sudut bibirnya. Donghae hanya menatap sahabat Dara itu dengan tatapan datar, dia tidak bodoh. Dia sangat mengerti maksud yang sebenarnya dari perkataan wanita itu. Tapi hal itu tidak ada artinya bagi Donghae karena dia sudah bertekad bahwa apapun yang terjadi Dara akan menjadi miliknya. Dia akan melakukan apapun untuk merebut hati wanita yang sangat ingin dia miliki.

Jiyong Pov

     “Jadi kau sudah tidak marah lagi sekarang?” kataku sambil melirik Dara yang kini sedang berjalan di sampingku, Kami baru saja pulang dari sebuah cafe dan sekarang sedang menuju mobilku karena aku akan mengantarnya pulang, aku melihatnya menatapku lalu tersenyum sambil mengangguk pelan.

     “Aku sebenarnya tidak marah. aku hanya sedikit bingung dengan pengakuanmu yang tiba-tiba.”

     “Maafkan aku karena membuatmu bingung.”

     “Tidak apa-apa, kau pasti punya alasan untuk menyembunyikan identitasmu.” Ujar Dara lagi yang langsung membuatku tersenyum lebar. Kami berdua kini diam lagi sambil terus melangkah menuju tempat aku memarkirkan mobilku. Tangan kami saling menggenggam dan aku sangat senang karena bisa merasakan rasa hangat dari tangan Dara yang bersentuhan dengan tanganku. Kami berdua berjalan dengan langkah pelan sampai akhirnya kami masuk ke dalam mobil.

     Sepanjang perjalanan menuju rumah Dara kami lalui sambil mengobrol hal-hal yang penting sampai hal-hal yang tidak penting sama sekali dengan diiringi oleh suara dari radio. Sesekali kami berdua mengikuti lagu yang diputar, terkadang dia hanya diam sambil mendengarkan aku bernyanyi atau berbicara sesuatu kepadanya, salah satu tangannya dia gunakan untuk menopang dagu, dan matanya hanya dia tujukan kepadaku dengan senyuman yang terus disunggingkan di wajahnya yang sangat cantik.

     Hanya melihatnya menatapku dengan tatapan seperti itu mampu membuatku merasa sangat gugup hingga akhirnya aku akan menyuruhnya untuk berhenti melakukan hal itu karena itu membuat dadaku berdebar tidak terkendali. Dara hanya tertawa ketika mendengar apa yang aku katakan lalu saat dia selesai tertawa aku langsung mengatakan bahwa aku sangat suka mendengar suara tawanya karena itu adalah bukti bahwa dia bahagia, lalu setelah itu Dara langsung tersenyum kemudian mengecup pipiku yang membuatku sedikit terkejut namun hal yang membuatku senang adalah ketika aku mendengarnya berbisik di telingaku.

     “Aku bahagia dan semua itu karena dirimu.” Aku sadar bahwa wajahku langsung berubah merah setelah Dara melakukan hal itu. “Kenapa wajahmu memerah seperti seorang gadis remaja yang baru mendapatkan pengakuan cinta?”

     “Aku rasa karena seorang bidadari baru saja mencium lalu berbisik di telingaku.” ujarku sambil tersenyum. Aku meliriknya dengan ekor mataku dan kini aku melihat dia mengulum senyuman.

     Hal itu membuatku mengingat kejadian di masa lalu, saat pertama kali kami saling mengenal lalu aku memutuskan untuk menjadikan dia salah satu targetku yang selanjutnya. Saat itu aku banyak memberikan rayuan-rayuan kepada Dara, rayuan yang biasanya mampu membuat wanita-wanita lain tersipu malu namun semua rayuan yang aku lontarkan kepadanya sama sekali tidak pernah membuatnya terpengaruh. Dia biasanya hanya tertawa dan mengatakan bahwa rayuanku terlalu corny untuknya, dia bilang aku membutuhkan hal lain untuk bisa membuatnya tersipu seperti wanita-wanita lain. saat itu aku tidak mengerti apa yang dia maksud, tapi sekarang aku sadar apa yang Dara maksud dengan ‘hal lain’ itu. yang Dara butuhkan bukanlah rayuan gombal seperti yang selalu aku katakan kepada wanita-wanita lain namun yang paling dia butuhkan adalah ketulusan, sesuatu yang tidak pernah aku berikan kepada wanita-wanita lain.

     “Besok kau tidak perlu menjemputku.” Ujar Dara ketika kami tinggal beberapa meter dari tempat tinggalnya.

     “Wae?” tanyaku tanpa meliriknya.

     “Tujuan kita berbeda soalnya aku akan langsung pergi ke perusahaan Donghae. Dia mengatakan bahwa aku harus mengikuti rapat di perusahaannya.”

     “Oh,” ujarku langsung dengan tidak ada minat dan sepertinya Dara menyadari hal itu karena dengan ekor mataku aku bisa melihat dia langsung menatapku dengan kening yang berkerut.

     “Kau sepertinya tidak suka dengan informasi yang aku berikan.” ujar Dara.

     “Babe, aku besok akan berbicara dengan Bos dan memintanya untuk memberikan projek ini kepada Tiffany.” Ujarku tanpa menjawab apa yang Dara katakan. “Bagaimana menurutmu?”

     “Kenapa tiba-tiba? Bukannya waktu itu kau sudah setuju?”

     “Aku berubah pikiran.” Ujarku lagi.

     “Tapi kenapa?”

     “Aku tidak suka jika kau harus terus berurusan dengan pria itu.” ujarku tanpa basa basi.

     “Ji, aku berurusan dengannya karena pekerjaan.” Ujar Dara. “Kau tahu aku melakukannya karena perusahaan kita, tidak ada alasan lain lagi lagipula aku hanya menganggapnya sebagai teman jika itu yang kau khawatirkan maka aku akan menjaga sikapku.” Ujar Dara lagi. aku menginjak rem lalu menghentikan mobilku tepat di depan tempat tinggal Dara.

     “Aku tahu kau menganggapnya sebagai teman tapi dia sepertinya tidak menganggapnya seperti itu. Aku tidak mengkhawatirkanmu tapi aku mengkhawatirkan dia. Kau lihat sendiri sikapnya di cafe tadi. Dia sama sekali tidak peduli dengan kenyataan bahwa kau telah memilihku, dia terlihat akan melakukan apapun untuk bisa memilikimu, itulah yang aku khawatirkan.” Ujarku kini sambil menatapnya penuh.

     “Ji itu mungkin hanya perasaanmu saja.” ujar Dara lembut.

     “Ani, aku yakin dia belum menyerah untuk mendapatkanmu.” Ujarku lagi. “Apakah kau tidak bisa melihat itu semua? Dia sangat menyukaimu itulah sebabnya aku tidak suka jika kau bekerja bersamanya.” Ujarku lagi yang Dara balas dengan senyumannya.

     “Aku tahu, aku bisa merasakan bahwa dia menyukaiku.”

     “Lalu kenapa kau hanya diam saja? kenapa kau pura-pura tidak mengetahuinya?”

     “Karena ini lebih mudah untukku, jika aku pura-pura tidak tahu maka aku tidak perlu merasa bersalah kepadanya karena tidak bisa membalas perasaannya.”

     “Kenapa kau harus merasa bersalah karena tidak bisa membalas perasaannya?”

     “Dia temanku Ji, akan lebih mudah jika seperti ini. Aku tidak ingin menyakiti siapapun.”

     “Tapi kau harus tegas, dia akan terus seperti ini jika kau tidak menegaskan perasaanmu kepadanya. dia mungkin saja mengira bahwa kau juga menyukainya karena kau terus membiarkan dia melakukan semua ini kepadamu dan kepada nenekmu.”

     “Aku tidak punya hak untuk melakukan itu Ji. itu urusan dia jika dia menyukaiku, dan aku tidak berhak melarang dia untuk menyukaiku karena perasaan itu bukan sesuatu yang bisa kita kendalikan. Bahkan jika aku mengatakan bahwa aku tidak menyukainya dan menyuruhnya untuk berhenti menyukaiku, hal itu tetap tidak akan menjamin dia akan melupakanku dan berhenti menyukaiku. Bukankah itu juga yang terjadi kepada kita?” ujar Dara yang membuatku menutup mulut karena langsung teringat dengan kondisi kami sebelum kami bersama. Dia benar, kami mungkin berusaha untuk menahan, menghindari bahkan menyangkal perasaan kami namun tetap saja perasaan kami tidak bisa dikendalikan karena bukan kami yang berkuasa untuk membalikkan perasaan.

     “Baiklah kau ada benarnya.” Ujarku akhirnya setelah beberapa saat yang membuat Dara langsung tersenyum. “Tapi kau harus menjaga jarak dengannya, perlakukan dia seperti kau memperlakukan temanmu yang lain.”

     “Seperti aku memperlakukanmu saat kita masih berteman? Apakah itu termasuk?”

     “Tidak, kau tidak boleh memperlakukannya seperti kau memperlakukanku dulu.” Ujarku yang kini dia balas dengan anggukkan.

     “Tapi Ji aku penasaran. Kenapa kau dan Donghae bisa datang bersamaan? Apakah kalian bertemu sebelum datang ke cafe?” tanya Dara yang membuatku langsung diam setelah mengingat kejadian sebelum kami berdua datang ke cafe tempat Dara dan Bom tadi.

     Aku dan Donghae memang bertemu sebelum kami masuk ke dalam cafe. Saat itu aku akan keluar dari dalam lift ketika aku melihat pria itu berdiri di depan lift. Dia langsung tersenyum lebar ketika dia melihatku kemudian dengan tidak tahu malu dia mengatakan bahwa dia datang untuk menjemput Dara. orang gila mana yang mengatakan akan menjemput seorang wanita kepada kekasih wanita itu?

     Dan aku tahu bahwa pria itu bukan hanya gila, tetapi juga seorang pengecut yang tidak mau menerima kekalahannya, dia jelas tidak ingin menerima kenyataan bahwa Dara sudah bersamaku. Dia terus berbicara omong kosong kepadaku tentang hubungannya dengan Dara, tentang nenek Dara yang sudah sepenuhnya mempercayakan Dara kepadanya. Aku tahu dia mengatakan hal itu untuk memancing emosiku dan untuk membuat kepercayaan diriku turun karena dia memiliki kartu AS di tangannya dan aku bisa mengatakan bahwa dia telah berhasil mengacaukan diriku itulah sebabnya aku menjadi sedikit paranoid terhadap hubungan Dara dan pria brengsek itu karena aku tahu neneknya adalah orang yang paling berharga untuk Dara, aku hanya takut jika pria itu menggunakan hal itu untuk membuat Dara berpaling dariku.

     “Kenapa kau hanya diam huh?” aku langsung kembali dari lamunan saat aku mendengar suara Dara lalu merasakan tangannya menyentuh bahuku. “Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Dara lagi yang kini aku balas dengan senyuman. Aku meraih tangannya yang berada di bahuku lalu mencium punggung tangannya, ketika aku mendongkak dia kini sedang tersenyum. “Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?” tanya Dara lagi. “Apa yang kau pikirkan saat ini?”

     “Tidak ada.” Ujarku sambil menggelengkan kepala dengan senyuman yang tidak lepas dari sudut bibirku untuk menutupi kekhawatiran yang saat ini aku rasakan. Dara tidak boleh tahu tentang apa yang aku dan Donghae bicarakan.

     “Jinjja?” tanya Dara sedikit ragu yang aku balas dengan anggukkan sambil kembali tersenyum.

     “Masuklah, aku tidak ingin membuat nenekmu khawatir.” ujarku kini sambil mengacak rambutnya.

     “Kau tahu aku tidak suka rambutku berantakan.” Ujar Dara sambil merenggut dengan tangan yang langsung memegang kepalanya, berusaha untuk melindungi rambutnya dariku.

     “Tapi aku suka melihatnya, kau terlihat sangat cantik dengan rambut yang berantakan.”

     “Aku tidak tersentuh dengan rayuanmu itu.” ujar Dara sambil menjulurkan lidahnya lalu dia membuka sabuk pengaman kemudian mengambil tas dan beberapa barangnya yang ada di jok belakang. “Ji sepertinya ada barangku yang tertinggal di apartemenmu.” Ujar Dara setelah beberapa saat lalu dia menatapku.

     “Aku akan membawanya besok ke kantor.” Ujarku yang langsung Dara balas dengan gelengan cepat.

     “Tidak usah, biar aku yang mengambilnya ke apartemenmu nanti.” Ujar Dara lagi dengan suara sedikit gugup dan hal itu membuatku tahu barang apa yang dia maksud.

     “Ahh apakah barang yang kau maksud itu adalah sesuatu yang berada di dalam tas belanja yang kau bawa kemarin malam?” tanyaku dengan senyuman menggoda yang langsung membuat wajah Dara memerah.

     “Kau tidak boleh membukanya. Awas saja jika kau melihat isinya.” Ujar Dara mengancam sambil menujukku dengan salah satu tangannya.

     “Aku sudah membukanya tadi pagi.” Ujarku dengan senyuman lebar yang membuat Dara langsung membulatkan matanya dan kini wajahnya semakin memerah. “Tidak seperti yang aku bayangkan, tapi itu tidak buruk.” Ujarku sambil mengedikkan bahu yang kembali membuatnya membulatkan mata. “Kau harus memakainya saat kembali menginap, araseo?”

     “Aish dasar mesum.” Ujar Dara sambil memukul bahuku beberapa kali yang membuatku langsung mengaduh kesakitan.

     “Yah hentikan, pukulanmu benar-benar sakit.” Kataku sambil memegang pergelangan tangannya namun Dara malah memukulku dengan tangannya yang lain sehingga aku terpaksa memegang kedua tangannya. dia menatapku dengan tatapan malu dan juga kesal secara bersamaan dan hal itu membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Aku tersenyum lagi sebelum akhirnya memajukan kepalaku lalu langsung mencium bibirnya yang membuat kami terlibat ciuman selama beberapa saat.

     Aku akan memperdalam ciuman kami saat tiba-tiba aku mendengar suara ketukan di jendela mobil. Kami dengan spontan langsung menghentikan aktifitas kami kemudian melihat ke arah jendela mobil yang berada di belakang Dara. Dara langsung menutup mulutnya setelah dia melihat seseorang yang saat ini sedang mengetuk jendela mobil lalu dia menatapku dengan raut wajah sedikit panik.

     “Ji, itu nenekku. Ottokeo?”

TBC

Met malem gengs, my readers-nim tercinta.
Aku mau buat pengumuman nih. Berhubung uri Dara mau ultah jadi niatnya aku mau bikin GA buat salah satu dari kalian yang beruntung. Tapi dikarenakan aku gak mau kalau ngundi buat pemenangnya jadi aku ganti bukan GA tapi kuis. Jadi nanti kalian jawab beberapa pertanyaan yang berhubungan sama semua FF yang pernah aku bikin disini. Yang pointnya tertinggi nanti itu yang menang. Nah hadiahnya ada beberapa goodies dari Tarozuki. Jadi buat kalian yang minat ikutan boleh banget ngehub aku lewat
line : abonski
Wa : 083862344104
syarat ikutan cuma satu, yaitu kalian follow aku di wattpad. Nanti kirim bukti bahwa kalian udah follow aku terus nanti aku kasih pertanyaannya.
Ini sifatnya enggak maksa, yang mau aja kekekeke.
Makasih sebelumnya! Saranghaeyo uri readers-nim tercinta ❤

4 thoughts on “Gonna Get Better [Chap. 19]

  1. Sukkaaaa bangeeettttt.
    Gatau deh pokoknya kalo udah ngeliat jidi sama dara mesra2 gitu seneng paraahhh.
    Donghae jauhin dara pliss,kekeke.
    Nxt chp ditunggu^^

  2. Omooooo manisnyaaa, senengg bngt mreka pacarannn. Donghae udah dehhh mundur ajaa, gak liat dara udh bahagia bngt sma jiyong. Donghae mah trlalu obsesi sma dara, yg ad dara gak mau ketemu sma kamu lohh mending mundur ajaa jdi temen kan udh syukur wkwk

Leave a comment