Wedding Dress [Chapter 1]

wd

Author: Sfn
Main Cast: Sandara Park & Kwon Jiyong
Other Cast: Find it by your self
Genre: Family, Angst
Length: Chapter

Annyeong~~ aku pertama kali buat ff sepanjang ini. Kalau ceritanya ga jelas sama agak aneh, mian ya._. masih amatir.__. Jangan lupa comment ya, comment kalian berharga buat aku. Enjoy~

***

Dara POV

Aku hanya bisa menatap pria itu dari kejauhan tiap harinya, entah sampai kapan aku akan melakukan ini. Aku sendiri tak tahu apa yang aku lakukan disini setiap sorenya. Hanya memandanginya yang sedang asik bermain dengan teman-temannya dari sini, balkon kamarku. Mungkin aku jatuh cinta kepadanya pada pandangan pertama. Saat dia sedang menunjukkan tariannya kepada teman-temannya.

Ingin aku berkenalan dan menghampiri pria itu, tapi untuk mengatakan “halo” saja susahnya minta ampun, apalagi mengatakan yang lain. Terkadang, aku bertanya-tanya tentang dirinya kepada teman-temanku, tapi tak ada satupun yang tau. Bisa mati aku kalau begini terus!

“Dara-ya!!” aku terbangun dari lamunan ku karena aku menyadari ada yang memanggil namaku. “Ya!! Di bawah sini!” aku melongok kebawah “ada apa, Chaerin-ah?” balasku teriak. “Cepat turun! Aku ingin mengenalimu pada seseorang!” katanya. Aku menarik napas panjang dan segera menuju kebawah. “ada apa? Kau mengganggu lamunan indahku, tau?!” gerutuku padanya. Chaerin hanya tersenyum dan menarikku. “Ya!! Mau kemana?!” jantungku sangat berdebar ketika Chaerin membawaku kearah pria itu. Telapak tanganku mulai berkeringat membasahi jemari dan telapak tanganku.

Oppa, kenalkan.. Ini Dara unni. Dia kan yang kau maksud?” Kata Chaerin mengedipkan mata entah kepada siapa dan sambil menunjuk kearah ku. Aku sangat gugup karena aku sedang berhadapan langsung dengan pria itu. Aku dengan gugupnya membungkukan diri dan tersenyum “Dara imnida” ucapku berusaha menutupi ke gugupanku itu. “Dara unni, ini Taeyang oppa, Kiko unni, Jiyong oppa dan Daesung oppa” kata Chaerin sambil menunjukkan teman-temannya satu per satu. Mereka semua tersenyum kepadaku.

“Taeyang imnida, senang bertemu denganmu, Dara” Kata Taeyang membungkuk yang berhasil membuatku gugup tak karuan. Karena dia satu-satunya pria yang membungkukan diri dan tersenyum kepadaku. Aku hanya membalasnya dengan senyuman. “Ada yang cinta pada pandangan pertama nih, hahaha” Kata Jiyong diikuti tertawaan teman-temannya. Taeyang hanya tersenyum dan tetap memandang ke arahku.

“Ah, aku pulang dulu ya? Annyeong” Kataku membungkuk dan berjalan meninggalkan mereka dan aku tersenyum saat sudah menjauh dari mereka. “Ah, nama pria itu sangat indah, senyumnya juga sangat manis. Apakah ini mimpi di sore hari? Hahaha” batinku gembira.

***

Hari mulai larut, aku keluar kamarku untuk memastikan bahwa pria itu sudah pulang. Saat sedang melihat-lihat, aku menangkap sesosok pria sedang duduk menggunakan t-shirt putih, blue jeans, sepatu sport dan berambut pirang. Aku sepertinya mengenali sosok ini. Aku keluar rumah untuk memastikan kalau itu adalah pria yang kumaksud.

Keberadaanku sudah tak jauh darinya, aku tak bisa melihat dengan jelas karena kurangnya penyinaran. Jantungku berdetak tak karuan, mungkin ini saatnya, memberi tahu keberadaanku. Aku mengambil nafas dalam dan menghampirinya.

“Kau siapa?”Tanyanya. Ohh, jadi begini kah suaranya? Speechless. “Ah… Aku Dara, yang tadi sore Chaerin kenalkan. Kau pasti…………..Jiyong?” kataku pura-pura berpikir. Padahal nama itu sudah jelas melekat di otakku. “Iya aku Jiyong” jawabnya. Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. “Ada apa kau kesini? Tidak baik bagi perempuan sepertimu keluar rumah malam-malam tanpa ada yang menjagamu” katanya. “Aku tadi sekedar berjalan-jalan agar aku mengantuk. Aku selalu melakukan ini jika tidak bisa tidur. Lalu, tadi pas aku lewat sini, aku melihat mu disini” Jawabku. Aku duduk disampingnya. Aku memperhatikan wajahnya yang tampan sedang tertunduk.

“Kau sakit?” tanyaku.

“Tidak, kenapa?”

“Aniya, kau terlihat sangat sakit, jelas terlihat dari matamu. Maukah kau menceritakannya padaku?”

“Menceritakan padamu? Kita saja baru saling mengenal tadi sore. Aku tidak bisa mempercayai orang yang ku kenal begitu saja” jawab Jiyong dingin. Aku tidak tau harus berkata apa. Dia benar, bagaimana mungkin dia menceritakannya padaku.

“Baiklah” Jawabku singkat. Aku pun berdiri dan hendak meninggalkannya. Aku mulai menjauh dan meninggalkan namja itu, aku sangat malu dengan perkataanku tadi

“Dara-ssi!” teriak seseorang di belakangku, aku menengok. Ah, Jiyong. Eh? Tunggu…..Jiyong? “Wae?” balasku.

Dia mendesah, “Maukah kau mendengarkannya jika aku ingin bercerita padamu?”

Aku tersenyum, “Aku akan mendengarkannya. Datang saja kesini, nanti aku akan datang. Tapi aku tak akan datang jika kau bersama teman-temanmu”

“Kenapa?”

“Aku hanya tidak akan.”

“Kenapa? Kau malu, hah? Hahaha. Tenang saja, aku akan sendiri.”

“Y…ya!”

Jiyong hanya tertawa kecil melihat ekspresiku seperti itu. “Boleh aku meminta nomor teleponmu?” Kata Jiyong sambil menghampiriku.

“B..boleh”

“Berapa?”

“xxxxxxxx(?)”

Thank you, Dara.”

No problem. Aku pulang dulu ya, kau hati-hati dijalan, jangan pulang terlalu larut. Annyeong

Jiyong POV

“Aku hanya tidak akan.”

“Kenapa? Kau malu, hah? Hahaha. Tenang saja, aku akan sendiri.”

“Y…ya!”

Aku hanya tertawa kecil melihat ekspresi Dara seperti itu, dia terlihat sangat manis. “Boleh aku meminta nomor teleponmu?” tanyaku sambil menuju anak kecil ini

“B..boleh”

“Berapa?”

“xxxxxxxx(?)”

Thank you, Dara.” kataku sambil tersenyum

No problem. Aku pulang dulu ya, kau hati-hati dijalan, jangan pulang terlalu larut. Annyeong

Dia sangat manis. Sangat jarang aku mendapat perlakuan seperti itu dari teman yeojaku. Dan aku seperti merasakan sesuatu dari dirinya yang selalu menarikku kearahnya

***

Dara POV

“Ya!! Kau!! Jangan panggil ku seperti itu! Apa apan kau ini, memanggil ku Darabbit! Yang boleh memanggilku seperti itu hanya Chaerin!” Bentakku di telepon. “Hahahaha, kau sangat lucu, Dara-ya! Hahaha” kata Jiyong sambil tertawa terbahak bahak di telepon. Aku mematikan telepon Jiyong dan sebuah ukiran manis terukir di wajahku.

Aku dan Jiyong sudah menjadi teman dekat sejak hari itu. Aku dan Jiyong sering bertukar cerita tentang kehidupan kami. Terkadang, jiyong menceritakan tentang masa lalunya. Yah, terdengar sangat sedih ketika yeojanya meninggalkannya demi orang lain yang lebih kaya dari Jiyong. Tak jarang Jiyong juga menangis saat menceritakan masa lalunya kepadaku.

***

Sudah seminggu ini aku tidak memperhatikan Jiyong tiap malamnya, bahkan aku tak sempat untuk mengecek ponselku. Sungguh, seminggu yang melelahkan ini membunuhku.

Aku memutuskan keluar rumah pada malam hari, tepatnya tengah malam. Aku berjalan mencari udara segar, dan aku berharap Jiyong ada di tempat seperti biasa.

Aku berlari kearah Jiyong berada. Aku berhenti berlari karena mendapatinya sedang bersama yeoja. Seketika aku merasakan hantaman yang kuat di hatiku. Hatiku hancur. Dan seketika itu juga napasku tercekat, dadaku sesak. Aku mencoba menstabilkan napas ku kembali. Aku pun melihat yeoja itu berdiri dan berjalan menjauh dari Jiyong. Tak pikir panjang, aku pun langsung mendekat

“Kau tak tau? Aku menunggumu tiap malam sampai pagi disini. Mengapa tak membalas pesanku? Kau bilang jika aku sudah siap bercerita kau akan datang. Kemana saja kau seminggu ini?” Kata Jiyong mengagetkanku. Aku bisu.

“A..a..ku maaf. Maaf aku tak ada saat itu. Aku tak ada disini beberapa hari lalu, maafkan aku telah membuatmu menunggu begitu lama” kataku. Aku merasa sangat bersalah padanya.

“Mau kah kau memaafkan ku?” lanjutku dan beranjak duduk di depannya.

Jiyong mendesah berat, “Ne, aku memaafkanmu. Sepertinya aku tidak akan menceritakan itu sekarang.”

”Ah, baiklah” aku menunduk.

Hening, tak ada satupun yang membuka pembicaraan. Aku masih larut dalam pikiranku untuk memberitahunya sekarang atau nanti. Ini sangat penting. Aku tidak ingin Jiyong menungguku lagi,

Promise me you’ll be here everytime i need you” Kata Jiyong yang sontak membuyarkan lamunanku dan membuatku mengangkat kepalaku.

Aku bingung, aku tak tau apa yang harus katakan. Aku tak bisa berjanji padanya, karena ini akan sangat menyakitkan nantinya.. “A..a..ku, aku” aku tergagap, aku pun menarik napas panjang “aku akan ke Filipina dalam waktu dekat”

“Mwo? Filipina?!” jawabnya terkejut.

“M..mi..mianhae… aku tak bermaksud untuk meninggalkanmu lagi. T..api tapi ini sangat penting untukku. Mianhae…”

Tak terasa, bulir-bulir bening ini terjatuh dari mataku dan membuat sungai kecil di pipiku ini. Jiyong yang melihatnya langsung menghapus air mataku. Aku menutup mataku dan menunduk.

Jiyong POV

“A..a..ku, aku” Dara terdiam, aku masih melihatnya dengan bingung, “aku akan ke Filipina dalam waktu dekat

Aku sangat terkejut dengan perkataan Dara. Ini sangat menyakitkan bagiku, entah apa perasaan itu, sangat menyakitkan untuk mendengar bahwa dia akan pergi meninggalkanku.

Dara menangis. Aku tak bisa melihat yeoja menangis. Aku menghapus air mata Dara dengan lembut. Memperhatikan wajah mungil ini lekat-lekat.

Aku mendekatkan wajahku kepadanya, membiarkan bibirku bersentuhan dengan bibirnya mungilnya. Aku pun memejamkan mata. Dan aku merasakan bahwa Dara sedikit terkejut dengan perlakuanku, tapi dia tetap membiarkanku menciumnya. Tapi ini bukanlah ciuman nafsu, mungkin ini adalah ciuman rasa sayangku padanya.

”Dara-ya.. jangan lupakan aku.” Kataku, Dara mengangguk pelan. “Nal uljima. Keep your phone on, okay? Lets go home” Kataku sedikit terpaksa di akhir. Dara hanya diam. Aku menarik tangannya menuju motorku, “Ayo naik” kataku pelan.

Seketika aura tubuhnya berkata kalau dia tak ingin pulang dan aku memutuskan membawa Dara berjalan mengeliling Seoul. Dan berhenti di sungai Han, tempat kesukaanku. Tempat yang paling mengerti perasaanku ketika aku bersedih. Dara turun dari motorku dan duduk di rerumputan bersamaku. “Dara-ya..” panggilku “hm?” Jawabnya

“Sudah baikan?”

“Sedikit” jawabnya tersenyum

“Aku ingin mengatakan sesuatu” kataku dan melihat kearahnya. Dara pun melihat kearah ku dengan senyumannya. Aku menelan ludah tak sanggup mengatakannya

“Kau lihat yeoja tadi? Saat kita bertemu tadi?” Kataku. Dara mengangguk pelan dan senyumannya mulai pudar.

Yeoja itu.. itu.. dia.. pacarku, Kiko” lanjutku. tak ada lagi senyum di wajahnya, dan dia memalingkan wajahnya dariku.

“Da..da..ra-ya.. tapi kau harus tau juga, kalau aku menyukaimu aku tak ingin kau tersakiti, tapi aku dan..” Aku menghentikan pembicaraanku karena Dara mulai berdiri dan meninggalkanku, dia menuju arah sungai. Aku tak tau apa yang dilakukan.

Dara POV

Yeoja itu.. itu.. dia.. pacarku, Kiko” lanjutnya. Hatiku terhantam keras. Aku bergetar, mataku tak sanggup menahan ini. Sakit bagiku untuk mendengarkan perkataan Jiyong tadi. Aku memalingkan wajahku darinya dan menyeka tangisku.

“Da..da..ra-ya.. tapi kau harus tau juga, kalau aku menyukaimu aku tak ingin kau tersakiti, tapi aku dan..” kalimat Jiyong terhenti karena mendapatiku berdiri dan mulai meninggalkannya. Ya, aku meninggalkannya karena aku benci. Benci dengan perasaan ini.

‘Kau tak tau? Jika kau berkata kau mempunyai yeoja dan bilang menyukai ku dan tak ingin melihatku tersakiti, mengapa kau berkata kau harus punya yeoja, jiyong-ah?! Cukup berkata kau menyukaiku!’ batinku.

Aku berdiri dan menuju tepi sungai. Aku merasakan Jiyong berdiri dan akan mengikutiku, aku mengambil napas panjang “jangan mengikutiku” Jiyong berhenti dan membiarkan ku berjalan sendirian.

Aku menangis, tak kuat dengan kenyataan ini. Mungkin Tuhan menyuruhku pergi ke Filipina karena ini, ingin aku melupakan kesakitan ini, kesakitan yang amat dalam.

Jarak antara aku dan Jiyong sangat jauh, aku bisa merakan tatapan itu, ya, tatapan cemas dari Jiyong.

“Dara?” Kata seorang namja di belakangku.

Aku terdiam, menghapus air mataku cepat. Aku berbalik ke belakang dan mendapati wajah yang tak asing bagiku sedang menatapku khawatir “Kau menangis?” Tanyanya

A..aniyo.. Sedang apa kau disini?” jawabku

“Bohong, matamu memerah, hidung mu, wajahmu, semuanya memerah. Ada apa, hm?” tanyanya

Aniyo, Tey-ssi. Sudahlah, aku baik-baik saja” kataku sambil memalingkan tubuhku dari Taeyang.

“Ceritalah.. aku siap mendengarnya..”

“Kau yakin?”

“Iya.. Mungkin kau akan lebih nyaman jika sambil berjalan? Kajja!”

“ah.. ne. Kajja” Kataku beranjak pergi dan mencuri-curi kesempatan melihat Jiyong sekilas.

‘Dia menangis? Tidak, tidak mungkin. Mungkin dia sengaja menangis agar aku balik bersamanya, tidak, tidak akan’ batinku.

***

Aku hanya menceritakan tentang keberangkatan ku ke Filipina pada Taeyang, aku tak ingin ada orang yang mengetahui tentang hubunganku dengan Jiyong sekarang.

Noona, aku menyukaimu.” Kata Taeyang seketika saat kami sedang duduk di dekat Seoul tower. Aku hanya terdiam, menahan perasaan sakit ini. Aku masih ingat dengan jelas saat Jiyong mengutarakan perasaannya padaku tadi, dan sekarang Taeyang? Bisa gila aku lama-lama!

Noona? Maukah kau menjadi yeojaku?” Tanyanya.

Aku terkejut, aku tak tau harus menjawab apa. ‘Kenapa kau membuat aku menjadi semakin terbebani, Taeyang-ah? Kau tak tau betapa dalamnya sakit ini ketika Jiyong berkata seperti itu!’ Batinku.

To Be Continue..

next>>>

30 thoughts on “Wedding Dress [Chapter 1]

  1. kenapa cinta segitiga selalu JiDaraYang hahaha
    alurnya kecepetan thor dan ceritanya kok agak sedikit tiba2
    kok taeyang tiba2 ada dibelakang dara ya ‘_’

  2. Ih keren! Triangle love kupikir udah jarang yg bikin sekarang, haha. Walau amatiran udah lumayan tertata kok, eonn. Alur pas, gak kecepeten

  3. Ini cinta segitiga ato segiempat yah??😄 ceritanya keren cuman alurnya kecepetan, sorry kalo misalnya sok kritik, hehee😁 lanjut yah thor, Fighting!!😄

Leave a comment