7 Days [Chapter 6] : Flashback….

7days

Author :Fel Hu

Main Cast : Kwon Jiyong

Support Cast : Bigbang, Park Bom

Genre : Romance.

Ratting : T

2 Tahun yang Lalu.


Bagaimana jika apa yang kukatakan bukan yang sesungguhnya ku maksud ?

“JI, aku ingin kita putus..” ucap Dara membuat Jiyong membeku ditempat.

Senyuman yang dari tadi masih menghiasi wajahnya lansung luntur karena terkejut. Dia berusaha memproses kalimat itu berulang-ulang dan berharap ia salah mendengar.

“Putus?” ulang Jiyong masih tidak percaya.

“Ne..” ucap Dara yang lebih terdengar seperti bisikan.

“Ta-tapi kenapa? Memang kita ada masalah apa?”

“Aku… hanya sudah terlalu lelah. Aku sudah tidak menyukaimu.”

“Lalu segampang itu kau membuangku? Setelah segala hal yang terjadi diantara kita?”

“Maaf Ji. Tapi, ini yang terbaik. Aku sudah tidak sanggup bertahan untuk tetap mencintaimu. ” ucap Dara sambil melangkah pergi meninggalkan Jiyong yang masih terdiam karena ucapan Dara.

Dara mempercepat langkahnya saat menyadari air mata mulai menggenang di matanya. Saat dia berbelok, saat Jiyong sudah tidak mungkin bisa melihatnya lagi, Dara menangis.

“A-aku telah melukainya..” isak Dara pelan saat melihat sahabatnya, Bom, yang dari tadi memang turut menyaksikan kejadian itu. Bom memeluk Dara pelan, berusaha menenangkannya.

“Aku berbohong padanya… Aku mencintainya. Sangat mencintainya..” ucap Dara ditengah isakan tangisnya yang makin menjadi-jadi.

“Dara-ah kau sudah melakukan yang terbaik.. Berhentilah menangis. Kamu sudah terlalu banyak menangis jadi berhentilah..” ucap Bom memohon sambil melepas pelukan dan membantu Dara mengelap air mata yang terus mengalir keluar.

Tangan Bom bergerak gemeteran saat menyadari bukan air lagi yang mengalir keluar, melainkan darah. Walau ia sudah sering melihat darah mengalir keluar dari bagian tubuh Dara, tapi tidak pernah hingga keluar dari matanya. Dara benar-benar sudah kehabisan air mata. Semua kejadian ini hanya membuatnya dalam kondisi yang semakin parah, tapi Dara tetap keras kepala mengatakan bahwa ini semua adalah yang terbaik.

~~~~~~~~~~~~


Bagaimana jika apa yang kau lihat berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi ?

“Nuna, kamu yakin akan kembali ke Busan?” Tanya seorang pria kepada Dara.

“Ne, aku merindukan eomma dan appa..” ucap Dara sambil memaksakan sebuah senyuman.

“Mereka-kan bisa yang pindah kemari…” protes pria itu sambil menghela nafas.

Dara hanya menggeleng mendengar protesan pria itu. Keputusannya sudah bulat, bahkan dia sudah mengurus semua kepindahannya. Tidak ada lagi yang bisa mencegahnya untuk tidak pindah.

Jika ia ingin jujur, ia masih ingin berada di Seoul. Dia belum ingin meninggalkan pria yang ia cintai. Walau ia hanya bisa melihatnya dari jauh, yang pasti masih bisa melihat. Tapi, semakin dia berada di dekat Jiyong, dia semakin tidak bisa melepaskannya. Jadi lebih baik dia kembali ke Busan dan menghabiskan sisa hidupnya disana, ditempat kampung halamannya.

“Nuna yakin? Nuna bahkan tidak menunggu untuk mengikuti pesta kelulusan…” ucap pria itu lagi.

“Aku tidak sempat membeli gaun untuk pergi kesana… Jadi, sudahlah aku juga tidak terlalu berminat untuk menghadiri acara itu.”

Aku bisa menemani nuna mencari gaun, jika nuna mau… Lagipula nuna tetap kelihatan cantik tanpa perlu mengenakan gaun itu”

“Aigoo… Sejak kapan mulutmu jadi manis seperti ini?” ucap Dara sambil tertawa.

“Oh… Jadi ini kenapa kamu lelah denganku? Karena kamu sudah menemukan pria lain?” ucap suara dari belakang Dara.

Dara lansung tersentak kaget mendengar suara yang sering terngiang-ngiang di otaknya. Dan tubuhnya membeku ketika melihat sesosok pria yang ia jauhi sepanjang hari ini. Sesosok pria yang ia rindukan dan sesosok pria yang kemarin ia sakiti.

“Ji-jiyong?” ucap Dara terbata-bata.

“Wae? Tidak suka melihatku? Tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengganggumu. Kau bisa melanjutkan menggoda pria itu. Aku tidak menyangka kamu orang yang seperti itu. Dan lebih lagi, aku tidak menyangka segampang itu kamu melupakanku. Kau baru memutuskanku kemarin dan hari ini kau sudah berdekatan dengan pria lain. Tertawa seakan kemarin bukan hal yang menyedihkan. Atau jangan-jangan kau sudah berdekatan dengan pria lain sudah lama sebelum kau memutuskanku? Hebat sekali Dara.” Ucap Jiyong. Jiyong melirik tajam pria yang berdiri di dekat Dara sebelum pergi meninggalkan Dara yang tidak bisa berkata-kata.

Lidah Dara terasa kaku. Ia ingin berteriak memanggil Jiyong, memohonnya bahwa ini semua bukan seperti yang ia kira. Bahwa ia belum melupakan Jiyong, apalagi menemukan penggantinya. Tapi, dia memutuskan untuk diam. Menatap punggung Jiyong yang semakin menjauh.


Bagaimana jika aku tidak bisa bukan tidak mau melakukan itu ?

“Nuna! Kau tidak mengejarnya? Berusaha menjelaskan yang terjadi? Katakan padanya bahwa aku cuma adikmu, dan memang itu kenyataanya. Dia salah paham!” seru pria bernama Park Sang Hyun atau Cheondung, adik Sandara Park.

“Tidak perlu Cheondung-ah… Biarkan saja ia pergi. Aku tidak punya hak untuk menahannya supaya tetap berada disampingku.” Ucap Dara sambil tersenyum sedih dan berusaha meyakinkan adiknya bahwa ia baik-baik saja.

“Bukankah ia Jiyong Hyung yang selalu kau ceritakan padaku lewat telepon?”
“Ne..” ucap Dara lemah. Matanya masih melihat kearah tempat punggung Jiyong menghilang.
“Bukankah kau mencintainya nuna? Kenapa kau membiarkannya salah paham? Kau harus mengejarnya! Jelaskan padanya. Jika kau tidak berani, biar aku yang menjelaskan kepadanya..” ucap Cheondung.
Dara lansung menahan Cheondung ketika ia mau mengejar Jiyong.
“Biarkan saja ia pergi.. Kau tahu betul alasan aku melakukan itu…”
“Tapi nuna…”
“Sebaiknya kita pulang, aku harus memastikan tidak ada barang yang tertinggal.”

Bagaimana jika bukan hanya dirimu, tapi aku juga merasakan hal yang sama ?

Saat Dara baru saja mau keluar dari pintu pagar sekolah. Langkahnya lansung terhenti saat ia melihat Kwon Ji Yong berada dibawah pohon—jauh dari tempatnya berdiri—sedang menutupi mukanya dengan topi. Disekelilingnya teman-temannya berusaha menyemangatinya. Walaupun Dara tidak bisa melihat muka Jiyong, tapi ia cukup yakin Jiyong sedang menangis. Dara merasakan pisau seperti menikam tepat di jantungnya. Matanya terus menatap Jiyong hingga akhirnya ia sadar ini sudah waktunya untuk pergi.

Tapi, bukannya melanjutkan langkahnya ke pagar sekolah, Dara malah pergi menghampiri Jiyong. Teman-teman Jiyong berusaha menyikut Jiyong untuk melihat kearah Dara. Jiyong yang tidak tahu apa-apa hanya mengangkat topi dan baru saja mau memarahi teman-temannya, ketika ia menyadari Dara berdiri di depannya. Jiyong hanya diam dan menatap Dara.


Aku ingin memelukmu erat dan tidak melepaskannya.


Aku ingin mendengar suaramu yang memanggil namaku.

“Hai…” ucap Dara berusaha bersikap sewajar mungkin.

Jiyong hanya diam. Tidak berusaha membalas sapaan Dara sama sekali. Membiarkan teman-temanya terus menyikutnya.

“Aku minta maaf jika aku mengecewakanmu. Hari ini aku akan pergi ke Busan. Aku harap kamu mau memaafkanku.. Aku harap kau akan bahagia.” Ucap Dara berusaha tidak memperdulikan reaksi Jiyong yang hanya menatapnya.

Karena sudah tidak ada yang bisa ia katakan dan jelas sekali reaksi Jiyong hanya diam dan terang-terangan membuang muka, Dara memutuskan untuk pergi. Teman-teman Jiyong tersenyum meminta maaf pada Dara dan Dara hanya tersenyum kecil mengatakan dia baik-baik saja. Itu kebohongan terbesar yang ia lakukan hari ini. Karena dia benar tidak baik-baik saja. Tidak sama sekali.


Aku ingin kamu menahanku.


Tapi, lebih dari itu semua aku ingin melihat senyum-mu yang selalu menyapaku.


Aku berharap kamu mengerti, aku tahu itu terdengar konyol. Setelah apa yang kulakukan, aku masih berharap semua akan tetap berjalan seperti biasa.


Tapi, ini bukan mauku. Aku terjebak disuatu keadaan, dimana aku tidak bisa mempertahankanmu.


Dimana aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya terjadi.


Maaf, karena aku terus berbohong padamu.


Aku ingin mengatakan sesuatu yang aku takutkan tidak akan pernah bisa kukatakan lagi.


Satu kalimat yang mengungkapkan semua perasaanku.


“Saranghaeyo”


Aku mencintaimu dan aku kira kita selama ini baik-baik saja.


Aku kira kita akan selamanya bersama.


Rasanya aku ingin mengurung dirimu agar kau akan terus bersamaku dan hanya melihat diriku.


Tapi aku tidak bisa melakukan itu.


Tidak disaat kau sudah tidak mencintai diriku lagi.


Karena saat itu adalah titik terakhirku.


Namun, tetap saja saat aku melihat dirimu bersamanya.


Saat kau tertawa dengan bebas dengan pria lain.


Aku ingin menarik pria itu menjauh darimu.


Tapi aku teringat saat kau berkata hubungan kita telah berakhir.


Jadi ini alasannya?


Apa yang ada pada dirinya yang tak ada pada diriku ?


Apa yang telah kulakukan hingga kau memilih dirinya?


Aku tidak mengerti.


Aku tidak terima.


Aku masih mencintaimu dan tidak mau melepaskanmu.

“Hai” ucap Dara.

Jiyong hanya diam. Dia belum siap untuk melihat Dara. Tidak ingin memperlihatkan kekacauan dirinya karena kehilangan perempuan yang ia kira akan selamanya bersama dia. Jiyong tidak memperdulikan teman-temannya yang terus menyikut. Berusaha menatap mata Dara dalam-dalam. Entah kenapa ia hanya merasa seperti ada pancaran ketakutan di mata Dara. Jika saja Dara masih miliknya, ia akan memeluk Dara dan berusaha menghilangkan ketakutannya terhadap apapun itu. Tapi, sayangnya… Dia bukan siapa-siapa Dara lagi. Dan kalimat itu terus mengiris hatinya.


Saat kau memanggilku dengan suara yang sudah terdengar seperti musik ditelingaku.


Musik itu indah dan aku menyukainya.


Sialnya, musik itu akan hilang sebentar lagi.


Saat aku melihat dirimu, kamu tidak tahu seberapa keras aku berusaha menahan diri.

“Aku minta maaf jika aku mengecewakanmu. Hari ini aku akan pergi ke Busan. Aku harap kamu mau memaafkanku.. Aku harap kau akan bahagia.” Ucap Dara.

Pergi ke Busan? Tak cukupkah Dara menyiksa Jiyong dengan membuat pria itu tak bisa berada di dekatnya lagi? Sekarang juga ia ingin membuat Jiyong benar-benar tidak bisa melihatnya lagi bahkan dari kejauhan. Bahagia? Bagaimana Jiyong bisa bahagia jika baginya saja bahagia adalah ketika ia menghabiskan waktu bersama Dara. Tapi Jiyong tidak mengatakan itu semua ke Dara. Harga dirinya memaksanya melakukan itu. Ia tidak mau terlihat benar-benar kacau. Harga dirinya mengatakan bahwa Dara yang nanti akan kembali dan memohon pada dirinya.


Aku membuang muka.
Aku takut jika aku menatapmu lebih lama lagi, aku tidak akan bisa menahan diri.


Aku ingin menahanmu agar jangan pergi.


Tapi aku takut.


Aku takut akan mendengar ucapan perpisahan dan penolakkan.


Aku takut kau akan mengingatkan bahwa diantara kita sudah tidak ada apa-apa lagi.


Panggil aku pengecut, tapi ini semua karena aku masih mencintaimu.


Aku selalu mencintaimu.

“YA! KWON JI YONG! Kau yakin tidak mau mengejar Dara?” seru Youngbae ketika Dara sudah jauh.

“Biarkan saja, itu keputusan dia untuk pergi meninggalkan-ku.”

“Kau bisa saja tidak akan bertemunya dalam jangka waktu yang lama.. Walaupun kalian putus, bukan berarti semuanya berakhir kan?” ucap Seunghyun.

“Tapi hyung…”
“Hyung! Kalau kamu masih mencintainya, kau harus berjuang bukan menyerah!” ucap Seungri.

Kwon Ji Yong menatap teman-temannya sebentar dan akhirnya pergi ketika melihat temannya mengangguk setuju dengan perkataan sang maknae. Jiyong belari mengejar Dara. Tapi, terlambat mobil Dara sudah melaju.

“DARA!!” teriak Jiyong berharap mobil itu berhenti. Tapi, mobil itu tetap menjauh, mengecil dan menghilang di belokkan jalan.

Jiyong jatuh perlahan. Air matanya membentur aspal jalanan. Tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan. Dia berusaha menghubungi Dara, tapi telepon genggam Dara dalam keadaan mati. Semuanya berakhir. Benar-benar berakhir.

-.-.-.-.-

“Dara dalam keadaan koma sekarang Jiyong…” ucap Bom lagi saat tidak mendapat jawaban dari Jiyong.

“Seunghyun hyung menyuruhmu berkata ini?” Tanya Jiyong.

“Mwo? Aku tidak menyuruhnya mengatakan apa-apa! Ini saja pertama kali aku mendengar tentang ini..Aku tahu Dara tidak disini, tapi aku tidak tahu ia dalam keadaan seperti itu.” seru Seunghyun.

Jiyong melihat sekelilingnya dan menyadari semuanya memancarkan keterkejutan kecuali Youngbae.

“Kau sudah tau tentang ini?” Tanya Jiyong kepada Youngbae.

“Ne.. “ Jawab Youngbae pelan.

“Dan tidak memberitahuku?”

“Kau tidak ingat sama sekali tentang Dara, Ji. Aku dari kemarin berusaha menegaskan padamu kalau Dara tidak mungkin ada disini, tapi kamu tidak mau mendengarkan ucapanku.. Itu sebabnya Seunghyun memanggil Bom. Untuk menyakinkanmu.”

“Jadi… Dia benar-benar koma?”

“Aigoo.. Hyung masih tidak percaya juga?” ucap Daesung.

Jiyong membenamkan mukanya kedalam telapak tangannya. Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana atau harus berkata apa. Dia ada dalam keadaan percaya dan tidak.

“Bawa aku kesana.. Aku ingin melihatnya.” Ucap Jiyong akhirnya.

“Ne? Ta-tapi… Kamu masih sakit dan a-aku..” ucap Bom.

“Kenapa?” tanya Jiyong ketika Bom tidak melanjutkan ucapannya.

“Aku berjanji pada Dara, aku tidak akan memberi tahu keberadaannya dan keadaanya..”

Jiyong hanya diam menunggu Bom melanjutkan. Bom memainkan ujung bajunya dengan resah. Dia berusaha menimbang-nimbang apakah dia harus memberitahu Jiyong atau tidak. Bagaimanapun juga dia sudah berjanji pada Dara bahwa tidak akan memberi tahu Jiyong. Tapi, dengan memberitahu Jiyong bisa saja membuat temannya sadar dari komanya?

“Dara tidak ingin kamu tahu kalau dia mengidap penyakit.. Itu alasannya dia pergi meninggalkanmu. Kemungkinan dia bisa sembuh dibawah 30%.” Ucap Bom pada akhirnya. Matanya mulai bergelinang air mata saat mengingat sahabatnya yang terbaring tidak berdaya dan beberapa selang dipasang di sekitar tubuh Dara.

“Mwo? Di mimpiku—yang aku yakin betul itu bagian dari masa laluku—Dara mempunya pria lain. Karena itu dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan.”

“Sanghyun maksudmu? Itu adik Dara.. Dia waktu itu sedang membantu Dara pindahan.”

Jiyong terdiam. Jadi, Dara benar-benar dalam keadaan koma? Lalu waktu itu dia bersama siapa? Apa Jiyong memang benar-benar sudah gila hingga berhalusinasi?

“Nuna, aku ingin bertemu Dara. Aku mohon…” ucap Jiyong. Memutuskan untuk benar-benar melihat apakah Dara koma atau itu hanya akal-akalan Bom untuk menjauhkan Dara dari Jiyong.

Bom menimbang-nimbang lagi sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya.

“Baiklah, besok kita berangkat ke Busan.”

Annyeong! Mian buat update yang lama banget. Soalnya baru selesai ujian sekolah~ Cerita ini bakal berakhir di Hari ke-7. Bagi yang bingung, di part ini masih hari ke-5. Komentar juseyo! Part ini udah diubah berkali-kali dan akhirnya berakhir jadi seperti ini, semoga pada suka >< Gomawo buat yang udah baca ^^

~

<<back next>>

27 thoughts on “7 Days [Chapter 6] : Flashback….

  1. Huaaaaa~ Mau nangis tapi udah malem ga enak didenger tetangga.. wkwkw
    Baiklaahhh kita tungguu bagaimana reaksi jiyong saat bertemu dengan dara… eng ing eng… kekeke …

    • Huwaaaaaaaa…..kujuga mau nangis, tapi krna jeny gak jadi nangis kujuga gak jadi dah, malu ma jeny kekekeke……..

      Aigo…moga dara sadar pas jiyong nengokin, mash brhrap ne berakhir happy wedding…^^

  2. dara sakit apa yaaaaah?
    berdoa jiyong bisa nyembuhin dara =))
    Mian sebelumnya, cuma sedikit komen nih ceritanya kurang sedikit tegang Thor, tapi keseluruhan baguuuus ceritanya. suka banget ^^

Leave a comment