Dear Love [Chapter. 7]

dl2

Dear love

By: Princess WG

Hello ~~~~ Ini jeni.. pengen nge-share cerita yang mungkin baru mungkin loh yaah.. hehe mungkin para readers udah pernah baca.. Karena suka sama cerita ini jadi Jeni ngubah cast (hanya cast, keaslian cerita tidak diubah) cast aslinya ke cast daragon.. Sebenernya udah ngubek-ngubek buat cari si Princess WG ini tapi ga ketemu sama akun resminya dia. Jadi buat princess WG kalo misalnya ngeliat cerita / ff  ini, saya Jeni minta izin yah buat ngerepost ceritanya dan ngubah castnya.. Terima kasih.. Cerita ini sepenuhnya milik Princess WG bukan punya Jeni loh yah.. Thanks! *bow

Cast : Sandara Park
Kwon Jiyong
Jessica Jung
Kim Jaejoong
and Find out for yourself ^.^

“Bagaimana kalau kita membuat perjanjian?”

“Perjanjian apa?” Dara menatapnya heran.

“Tempat ini akan menjadi tempat pertemuan kita setiap kali kita saling merindukan. Kalau Kamu merindukanku, datanglah ke tempat ini. Dan kalau ternyata kita bertemu di sini, berarti ternyata hati kita memang sedang saling merindukan.”

“Baik.” tapi Dara ragu apa ia akan pernah merindukan cowo itu.

Tak lama kemudian Jiyong menoleh padanya,

“Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu. “ Jiyong tiba-tiba berlari kecil meninggalkannya, kemudian menghilang sebentar.

Dara menunggunya dengan sabar meskipun ia lebih senang kalau tidak sendirian di tempat sepi ini. Diamatinya riak-riak air danau yang tenang hampir tidak bergerak, kemudian mendongak menatap gumpalan awan kemerahan yang menutupi langit sore. Angin sepoi-sepoi menerpa memainkan rambutnya. Ia tersenyum penuh arti, berharap bisa selalu menikmati sore seperti ini.

Lalu ia mendengar derap langkah kaki, ia menoleh dan melihat Jiyong kembali padanya sambil membawa setangkai mawar merah liar yang hampir layu. Dara benar-benar tidak menyangka, tapi ia senang. Tanpa sadar ia tersenyum melihat bunga itu. Jiyong mendekati Dara sambil membawa mawar itu padanya.

“Sudah hampir layu, tapi tadi aku sudah menelusuri seisi taman ini dan ternyata bunga inilah satu-satunya yang masih hidup. Kuharap Kamu mau menerimanya.”

Dara menutup bibirnya dengan tangan, setengah mati menahan senyum.

“Aku tahu aku memang bukan pacar yang baik, juga bukan yang seperti Kamu idam-idamkan. Tapi aku sungguh beruntung bisa bersama denganmu saat ini.” Aku memang si tolol yang beruntung……… sangat beruntung…..

“Kamu ini kenapa sih?” Dara terkikik, berusaha sekuat tenaga agar tidak tersenyum terlalu banyak. Mulutnya ditutup lagi sebelum tawanya nanti meledak.

“Kejadian kemarin membuatku sadar sebenarnya Kamu ini sangat berarti bagiku. Aku tahu mungkin Kamu tidak merasakan yang sama padaku. Mungkin sekarang Kamu ada di sini bersamaku tapi hatimu sedang bersama yang lain. Aku benar-benar menyesal sudah menyeretmu ke dalam banyak masalah, maafkan aku untuk semuanya tapi aku tidak pernah bermaksud membuatmu terluka. Aku ingin selalu menjagamu..”

Dara membisu diam. Ia baru sadar Jiyong ternyata serius. Entah mengapa tiba-tiba saja saat ia bertatapan mata dengan Jiyong, ia baru menyadari hal-hal kecil dari cowo itu yang selama ini yang tidak ia perhatikan, sepasang matanya yang teduh, lekuk wajahnya yang sempurna, hidungnya yang mancung, rambut berantakannya yang tidak terurus….

“Sandara Park, bolehkah aku selalu bersamamu?” Ia menyerahkan mawar itu pada Dara, meski ragu tapi Dara mau menerimanya. Meskipun sudah hampir layu tapi Dara terharu, ia belum pernah diberi mawar oleh siapapun. Ia lebih terharu lagi karena Jiyong sampai menjelajahi seisi taman ini hanya untuk mencarikannya satu-satunya mawar yang masih hidup.

Saat itu tiba-tiba saja Dara melupakan semua masalahnya, lenyap tak berbekas meski hanya untuk sementara. Ia lupa masalahnya dengan Jessica, ia lupa traumanya akan perkelahian kemarin, ia lupa tentang payung pemberian Jaejoong yang dihilangkan Jiyong, ia lupa dengan betapa menyebalkannya Jiyong itu. Yang menari-nari di pikirannya hanyalah detik ini, saat ia meresapi semua keheningan milik mereka.

Entah kenapa Dara merasa ada yang lain di dadanya, ia tidak mengerti mengapa jantungnya berdegup kencang saat ini. Kemudian ia tersenyum. Saat itulah saat yang tidak akan dilupakan Jiyong. Dara tersenyum padanya untuk pertama kali. Hanya untuknya.

***

Jiyong mengantar Dara pulang sampai di depan pintu gerbang rumahnya. Dara menekan bel dan menunggu pembantu rumahnya datang membukakan pintu.

“Payungmu pasti akan kutemukan. Nanti besok kukembalikan, kalau perlu malam ini juga.”

Meskipun Dara masih merasa sayang pada payung pemberian Jaejoong, tapi dalam hati ia sebenarnya tidak terlalu memusingkan masalah itu lagi. Dara berdiri salah tingkah di depan Jiyong, tidak tahu harus bersikap bagaimana padanya. Sejak ia tahu isi hati Jiyong, ia jadi merasa serba salah, tidak enak, tidak nyaman, tidak tenang…. Ia terus bertanya-tanya kenapa Jiyong bisa jatuh cinta padanya? Bukankah selama ini baik dia maupun Dara terkesan hanya main-main? Bukankah tujuan utama Dara pacaran dengannya semata-mata hanya untuk melindungi Jaejoong dari kekejaman Jessica?

Kenapa semuanya jadi kacau begini? pikir Dara.

Tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Sebenarnya tanpa ia sadari, ia mulai merasa senang berada di dekat Jiyong. Cepat-cepat Dara menyangkal perasaannya itu karena bayangan Jaejoong masih tetap menari-nari dalam pikirannya. Selama masih ada Jaejoong di hatinya, ia akan sulit menerima cinta yang baru dari siapapun juga.

“Oh iya….tentang hutang 4 jutamu itu….aku akan meminjamkan uangku untuk sementara.”

Jiyong tertegun sejenak,

“Tidak usah, aku bisa mencari jalan keluar lain.”

“Aku bukannya bermaksud menyinggungmu, tapi kalau besok Kamu tidak bisa melunasi hutang ayahmu itu, orang-orang itu tidak akan melepaskanmu. Mereka mungkin akan bertindak lebih jauh lagi padamu. Mereka itu mengerikan sekali. Orang kasar itu bilang padaku…..”

“Dara!” Dara tersentak.

“Sudah kubilang, aku akan mencari jalan keluar lain. Aku akan baik-baik saja, janji.”

“Tapi….bagaimana caranya?”

Jiyong mendengar langkah kaki pembantu rumah Dara yang tergopoh-gopoh membukakan pintu untuk Dara. Jiyong lalu mengangguk sambil tersenyum padanya,

“Kamu tidak perlu khawatir tentang masalahku. Masuklah ke dalam, sampai jumpa lagi besok.”

“Tapi Jiyong….” Dara tidak berdaya melihat kepergian Jiyong dari tempatnya.

***

Jiyong memasuki rumah kumuhnya dengan perasaan tidak enak, perasaannya mengatakan ada yang baru saja terjadi di situ. Sesuatu yang tidak menyenangkan. Ia terkejut melihat Youngbae sudah berada di dalam rumahnya, sedang menanti kepulangannya. Lalu ada Ayah yang duduk di sana sambil terus tersenyum-senyum memegang secarik kertas.

“Ada apa ini?”

Youngbae bangkit berdiri begitu melihatnya datang, ia tertawa-tawa girang,

 “Lihat apa yang baru saja didapat ayahmu. Kamu bebas, Jiyong! Kalian sekeluarga sudah bebas dari preman-preman itu!”

“Apa maksudmu?”

Ayah mengacung-ngacungkan kertas di tangannya,

“Kita baru saja mendapat cek!”

“Cek? Cek apa?!” Sedikit pun Jiyong tidak merasa tenang, ada yang tidak beres di sini! Ia merebut cek itu dari tangan Ayahnya. Sebuah blank check, cek kosong yang bebas diisi dengan berapapun jumlah yang mereka inginkan. Tangannya bergetar saat ia melihat tanda tangan si pemberi cek, dan namanya. Jiyong terperangah, sekujur tubuhnya gemetar menahan marah.

“Bagaimana Ayah bisa mendapat cek ini!!” Teriaknya selantang mungkin.

Youngbae menghampirinya sambil tersenyum,

“Waktu Kamu pergi tadi, Papanya Dara datang ke sini. Gak nyangka, ternyata dari kemarin dia sudah menyuruh orang-orangnya membuntutimu. “

Ayah Jiyong melanjutkan,

“Aku benar-benar tidak mengerti apa maunya si konglomerat itu, tapi dia terus menanyakan tentangmu.”

“Rencanamu berhasil,” Youngbae berbisik tepat di telinga Jiyong,

“Papanya Dara ketakutan setengah mati melihat putrinya dirusak olehmu! Dia membujuk ayahmu untuk coba bicara padamu , supaya Kamu mau sedikit memperlakukan putrinya dengan baik dan jangan sampai terjadi sesuatu padanya. Tapi ayahmu itu ternyata selicik Kamu..”

Jiyong langsung reflek mendorong tubuh kekar Youngbae dengan kasar hingga ia terhunyung hingga jatuh. Youngbae termangu tak mengerti, dilihatnya Jiyong menghampiri ayahnya sendiri dengan wajah marah.

“Apa yang Ayah bilang pada orang itu!! Apa?!” Bentak Jiyong tak sabar.

Ayah malah tertawa lagi,

“Orang itu menyuruh aku bicara baik-baik padamu, agar Kamu mau menjaga putrinya. Cih! Memangnya aku ini apa? Aku tidak mau mengurusi kisah cintamu, tidak akan! Lalu kubohongi dia, aku membanggakan Kamu di depannya. Kuceritakan semua tentang masa lalumu, tentang semua teman-teman wanitamu yang Kamu campakkan satu-persatu.”

“Hahaha.” Ayah tertawa sadis,

“Seharusnya Kamu lihat tampang pucat orang itu, dia sampai keringat dingin mendengar semua ceritaku. Lalu tiba-tiba saja otak cerdasku ini berfungsi, aku mengajukan syarat padanya.”

“Syarat? Syarat apa!!”

“Aku bilang……….”

——————————————————————————————

Aku tidak jamin putraku itu bisa memperlakukan putrimu dengan baik. Bukan salahku…. dia memang dari dulu tidak pernah berubah, hobi gonta-ganti pacar lalu mencampakkan mereka satu-persatu sesuka hatinya. Dasar anak muda….Aku bahkan pernah dengar dia bicara dengan temannya, dia itu sepertinya memacari putrimu hanya demi uang. Tapi kalau Kamu memang peduli pada putrimu, yaaa…..rasanya tidak berat bagimu untuk keluar uang sedikit…”

Papa Dara menunduk, kecewa mendengar semua cerita tadi. Hatinya sakit mencemaskan Dara.

“Berapa uang yang Kamu mau?”

“Aku? Aku mah tidak mau, aku ini orang baik-baik. Tapi putraku itu memang kurang ajar, dia baru bisa berhenti menemui anakmu kalau tujuannya sudah tercapai. Yaaa… untuk ukuran orang seperti dia sih… rasanya 10 juta sudah cukup.”

Papa mengeluarkan selembar cek dari balik jas mahalnya.

“Ehhh…. tunggu, aku tiba-tiba tidak yakin dia mau 10 juta. Rasanya itu tidak bisa memuaskan dia. Tambahkan lagi jadi 15 juta! Tidak….tidak….20 juta mungkin lebih baik! Kamu tahu anak muda zaman sekarang kan? Paling suka berfoyafoya, uang sebanyak itu bisa habis dalam waktu yang singkat.”

“Aku mengerti.” Papa tidak memasukkan jumlah uang yang dimintanya ke dalam lembaran cek itu, ia malah mengosongkannya. Ia membubuhkan tanda tangan dan kemudian menyerahksnnya pada Ayah Jiyong.

Ayah Jiyong tercengang tak percaya melihat blank check yang disodorkan padanya, cepat-cepat ia menyambarnya.

“Kamu memang orang yang murah hati! Putrimu pasti sangat beruntung! Baik…baik…aku jamin dengan uang sebanyak ini pasti Jiyong tidak akan lagi mendekati putrimu. Kamu boleh tenang sekarang.”

———————————————————————————————————–

“A…apa? KENAPA AYAH BILANG ITU PADANYA!!!” Jiyong naik pitam, ia kalap dan menyerbu ke arahnya. Direngutnya kerah baju Ayah dengan kasar,

“Kenapa ayah berbuat ini padaku!!”

“Jiyong! Kamu ini apa-apaan!! Jiyong, lepaskan!” Youngbae meraih tubuh sahabatnya dan menariknya sekuat tenaga,

“Kamu sudah gila ya? Lepaskan ayahmu!!”

Ayah Jiyong mengap-mengap mencoba menghirup udara dengan rakus saat Youngbae berhasil menarik Jiyong jauh-jauh. Ia melotot marah pada putranya,

“ANAK BRENGSEK! KAMU MAU MEMBUNUH AYAHMU SENDIRI ?”

Jiyong mendorong Youngbae kemudian kembali menerjang Ayahnya. Lalu secepat kilat direbutnya blank check itu dari tangan Ayah. Ia merobek-robek lembaran cek berharga itu dan membuang serpihan-serpihannya hingga terbang berjatuhan di depan mata Ayahnya.

“Kamu….APA YANG KAMU LAKUKAN?!!!”

“Aku tidak mau cek ini, dan aku tidak mau menerima apa-apa dari siapapun juga kalau hanya untuk menyuruhku menjauhi Dara!”

“APA MAKSUDMU?!! KAMU SUDAH GILA! SINTING!!!” Ayah berlutut dan memungut-mungut serpihan kertasnya sambil terus mengutuk nama Jiyong.

Jiyong terengah-engah, bahunya turun-naik melihat kegilaan ayahnya yang begitu diperbudak oleh uang. Darah seakan-akan naik ke kepalanya saat ia mengetahui apa yang sudah dikatakan ayahnya pada Papa Dara. Semuanya hancur berantakan! Ia benar-benar tidak tahan lagi! Rasanya ia ingin berteriak atau bahkan kalau perlu menghantam kepalanya ke tembok.

Tiba-tiba Jiyong berlari keluar meninggalkan mereka semua. Berlari ke mana pun ia mau, hingga nafasnya habis pun ia tidak peduli… biar mampus sekalian…. Youngbae berlari kencang mengejar Jiyong sambil terus meneriaki namanya. Ia baru berhasil menangkapnya saat Jiyong jatuh tersungkur kehabisan tenaga.

“Kenapa Kamu lakukan itu, Jiyong? Kenapa? Kenapa Kamu merobek cek itu? Cek itu bisa menolongmu dari semua hutang!” Youngbae menguncang-guncang bahu Jiyong.

“Pergi!!! Aku tidak mau mendengar semua kata-katamu lagi!!” Jiyong mendorongnya.

“Apa-apaan Kamu ini?! Aku tidak mengerti, bukankah semua rencanamu sudah tercapai? Bahkan jauh lebih sempurna dari yang kita mau!”

“Rencana….” Jiyong mengerut keningnya kemudian tertawa pahit sekeras-kerasnya.

Rencananya memang sudah berjalan mulus. Terlalu mulus malahan. Ia tidak pernah mengikutsertakan ayahnya dalam rencana itu, tapi siapa sangka justru ayahnya-lah yang paling berjasa mewujudkan semua rencananya. Ironis, itu semua terjadi justru saat Jiyong tidak berniat lagi. Ia tidak mau menipu Dara lagi atau pun merampok uang keluarganya dengan cara kotor.

“Jiyong?”

“Aku tidak mau menjalankan semua rencanaku itu, Youngbae. Aku tidak mau! Aku tidak mau….”

“Tapi kenapa?”

Tatapan Jiyong terlihat kosong. Wajahnya menandai betapa terluka hatinya saat ini.

“Kamu…..Kamu jatuh cinta pada gadis itu?” Youngbae menelan ludah.

TBC ^.^v

Chapter : 1 2 3 4 5 6 7

Makasih buat komennya, buat author cerita ini (Princess WG) seneng yah dengan komen kalian makasihhh ^_^v

dear love

31 thoughts on “Dear Love [Chapter. 7]

  1. itu kan utang ayah jiyong, kenapa harus jiyong yang bayar.. mending utang itu untuk memnuhi kebutuhan hidup jiyong sm ibu ny, eh ini malah untuk main judi.. kalo itu preman mau bunuh, ya bunuh aja ayah jiyong yg berutang sm mereka..

  2. Aaaah kenapa ceknya dirobek?! Kasian bgt jiyong… Giliran dia udh cinta malah hrs kaya gini…..
    Thor lanjut thorrrrr

Leave a comment