The Couple Next Door [Chapter 14] : Her Initiative (Rated M)

author      : silentapathy
source      : TCND on AFF
indotrans : dillatiffa

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Jiyong POV

 

“HOLY SH*T!!!”

 

 

Aku menyumpah keras begitu melihat Dara hanya berbalut gaun malam seksi berwarna hitam, mulutku terbuka lebar tergiur akan kulit mulusnya yang seputih susu.

SIAL!

APA YANG TERJADI PADA BABY GIRL-KU?

Aku masih dalam posisi yang sama saat akhirnya Dara berjalan mendekat kepadaku dan aku hanya bisa menelan ludah melihat pinggulnya bergoyang – kanan.. kiri.. kanan.. kiri.. kanan..

Sialan! Teman kecilku sudah pasti sangat bersuka cita sekarang dan ingin secepatnya keluar dari sangkarnya.

TIDAAAAAAK!!!

Aku ingin menikmati kecantikannya… Aku ingin menikmati semuanya. Aku ingin menikmati momen ini dari awal sampai akhir.

Siapapun yang memberikan pencerahan kepada gadisku ini, KAMSAHAMNIDA! KYAAAH!!!

“B-b-aby…?” /gulp/. Sh*t. Apa tadi aku tergagap?

“Jiyong…” Dara memanggilku dengan suara pelan namun seksi, dan aku merasakan ada berkedut dibawah sana.

Ini sangat memalukan! Aku serasa remaja yang akan diperawani.

Kenapa aku bisa merasa seperti ini?

Aku bahkan tidak yakin apa yang sedang direncanakan gadis ini. Aisht!

Dara berjinjit dan melingkarkan lengannya sambil menggigiti bibirnya, aku hampir saja mengerang karenanya. Aku menariknya semakin menempel pada tubuhku, membuatnya merasakan seberapa besar efek dirinya padaku. Dan seperti yang sudah kuduga, dia terkesiap dan matanya melebar. Aku hanya bisa menyeringai nakal padanya.

“Mundur?” aku menggoodanya, tapi Dara malah mengelus telingaku. F*ck! Dia sungguh tau dimana titik sensitifku! Aku tidak pernah menyangka dia memperhatikan tubuhku saat kamu bercinta, tapi bagaimana bisa?

“Baby?”

 

Tuhan… Apa yang barusan dia katakan? Sh*t! Baby girl-ku kerasukan!

“Jagiya, apa kamu baik-baik saja?” aku bertanya cemas dan dia menjawab dengan anggukan.

“K-k-kenapa, kamu tidak menyukai ini?” tanyanya khawatir.

“Dewiku… Kamu tidak mungkin mengerti…” aisht! Aku dan mulut bodoku ini! Aku hampir membuatnya kehilangan good mood. “Aku hanya kaget, baby…”

 

Bibirnya membentuk senyuman dan kurasakan jemarinya sudah menggenggam rambutku – itu membuat seluruh tubuhku merinding.

“Aku benar-benar ingin memberimu kejutan, baby boy.” Katanya sebelum menarikku kedalam ciuman lembut. Aku mendesah lega saat merasakan bibir lembutnya. Aku sudah tidak sabar untuk menciumnya sejak dia menggigiti bibirnya tadi. Tapi dia menciumku pelan. Sangat pelan dan lembut dan aku sangat menyukainya.

Dia agak terkejut saat aku menjilat bibirnya. Aku ingin merasakan lidahnya, rongga mulutnya yang hangat yang sangat kusukai. Dan dia memberikan itu padaku. Lidah kami saling bergumul, menekan satu sama lain, bergelut ingin membuktikan siapa yang lebih dominan. Dan yang aku tahu pada akhirnya, aku yang kalah.

Aku tidak ingin berpikir dan menebak-nebak lagi kenapa Dara bisa seberani ini. Aku menyukainya. Aku menginginkan lebih.

Suara-suara kecupan sudah terdengar begitu Dara menciumiku dengan bergairah membuatku semakin menginginkan lebih. Aku menyusupkan tanganku ke pantat mulusnya membuatnya mendesah di mulutku sebelum melepas ciuman kami dan berlomba menghirup oksigen.

Aku mendesah kecewa, namun langsung diganti oleh perasaan bersemangat saat dia mendorongku ke ranjang, dengan dirinya berada diatasku. Dia duduk mengangkang di pangkuanku. Teman kecilku hampir melompat kegirangan.

Tuhan… Dimana gadis ini belajar tentang hal ini? Dia benar-benar tahu bagaimana caranya membuatku jadi gila.

“Aku… Aku merindukanmu Jiyong…” tuturnya dan hatiku langsung berbunga-bunga. Dia bukan orang yang vokal tentang hal seperti ini. Tapi… Oh Tuhan…

“Aku lebih merindukanmu baby… Lebih, lebih…” aku berbisik di telinganya sebelum menyesapnya.

Aku lalu merasa dia turun ke pipiku dan memberikan ciuman-ciuman kecil. Aku tersenyum karena dia sama sekali tidak melupakan satu detail pun dari wajahku. Ciuman-ciumannya sangat lembut, aku hampir merasa hatiku akan meluap saking penuhnya dengan cinta kepada gadis ini.

 

“Baby, ijinkan aku bercinta denganmu.” Aku berkata padanya dengan tatapan memohon setelah dia menjauhkan wajahnya beberapa inci dari wajahku. Aku merasakan nafasnya tercekat sembari dia mencengkeram kain gaun malamnya.

“T-ti-dak ma-u…” jawabnya, membuatku mengerutkan alis tapi sebelum aku bertanya kenapa, dia memelukku dengan sayang.

“Aku ingin membuatmu memuaskanmu Jiyong… Biarkan ini jadi tentangmu… Ijinkan aku memuaskanmu…” katanya dan aku…

“APPAAAAAA???” O.O???

OMFG!!! APA SEKARANG SUDAH BENAR-BENAR KIAMAT???

Aku menahan kedua bahunya dan mendorongnya sejengkal sampai aku bisa melihat wajah kemerahannya. Dia tersipu parah dan aku hanya bisa menelan ludah memandangi gadis seksi-ku ini.

“B-b-b-aby… K-k-amu tidak perlu… Kamu tidak perlu melakukan hal ini…”

 

 

“Aku ingin melakukannya Jiyong… Kumohon, jangan membuatku berubah pikiran.” Katanya dan hal selanjutnya yang aku tahu, satu tangannya sudah berada diatas teman kecilku, mengelusnya pelan dari luar celana menyebalkan yang kupakai sekarang ini.

“D-ara, f*ck…” aku membanting kepalaku ke belakang sementara tangan kananku memegang pergelangan tangannya, menuntunnya untuk menyentuh lebih. “Sentuh aku… Yes… Lagi jagiya…”

 

 

“K-ka-takan padaku apa yang harus kulakukan, Ji… Aku akan melakukannya untukmu…” katanya lalu melepaskan pergelangan tangannya dari pegangan tanganku, dan perlahan menyusupkan tangannya ke balik kaosku, menyentuh badanku naik sampai ke dada.

“K-k-aosku, jagiya…” kataku terengah. “Lepas, kumohon…”

 

 

Dara menuruti perkataanku. Dia melepaskan kaosku dan melemparnya ke lantai dan man… Itu tadi sangat panas… Aku menariknya ke tubuhku dan mengklaim lagi bibirnya sementara tanganku bergerak menuju pantatnya. Aku menyentuhnya, memijat pantanya lalu menariknya hingga menyentuh anggota tubuhku yang tengah marah. Gadis ini membuatku bergairah. Sangat… Sangat bergairah…

Dara kaget dengan sentuhan itu dan aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, merasa terundang pada bibirnya yang terbuka. Aku menyelam kedalam mulutnya, mencari permenku, tapi itu hanya jebakan. Dia menyesap lidahku dengan lembut dan aku hanya bisa melenguh. Tangannya gemetaran dan aku menuntunnya untuk menyentuh tubuhku, dan dia menurut.

“Aku… Mencitaimu… Ji…” katanya begitu bibir kami berpisah, kekurangan oksigen.

“Aku sangat mencintaimu baby… Sangat.” Kataku jujur menatap langsung ke matanya.

 

“Aku mencintaimu…” katanya sekali lagi sebelum mencium keningku. “Aku mencintaimu…” aku memejamkan mata dan dia menciumnya. “Aku mencintaimu Ji…” katanya dan sekarang mencium ujung hidungku sebelum beranjak ke pipiku, memberikan ciuman di kedua sisi. “Aku mencintaimu…” katanya dan menatap bibirku penuh rindu sebelum menunduk dan mencium bibirku.

Ini terlalu banyak… Kurasa hatiku akan meledak setiap saat. Dia tidak pernah seberani dan sevokal ini jika berkaitan dengan apa yang dia rasakan dan aku menyukai caranya mengatakan hal itu sekarang.

Bibirnya bergerak turun ke rahangku dan aku merasakan lidahnya yang lembut tapi panas menjilat garis rahangku.

“Baby…” aku hanya bisa menghirup aromanya dan menusukkan anggota tubuhku yang mengeras ke intinya.

“Ji…” panggil Dara saat jemari lentiknya bermain dengan putingku sementara dia sibuk menciumi leherku. Aku mendongakkan kepala merasakan sensasi ini. Dia kemudian menirukan gerakanku dan menyesuaian dirinya, sehingga sekarang praktis dia duduk di atas teman kecilku yang teramat sangat senang. Aku hanya bisa melenguh keras.

“F*ck! Jagiyaaah!” aku bertiak antara rasa sakit dan nikmat. Aku menaikkan pinggulku dan menahan pinggangnya, menggoyangkannya lebih lagi saat dia menunduk untuk menciumi dadaku.

“God baby, kamu sangat hot… Aku mencintaimu…” kataku padanya dengan nafas yang putus-putus. Dia duduk lalu berlutut dengan kedua lututnya masih mengapit pinggangku saat dia meraba-raba kancing celanaku.

“Jiyong, katakan padaku kalau aku melakukannya dengan benar…” katanya sambil membuka resleting sebelum memasukkan tangannya menyentuh p****ku yang masih tertutupi boxer dan Tuhan… aku merasa ‘dia’ semakin bertambah besar dari biasanya – jika itu masih mungkin.

“Yes, baby… Sh*t! Ahhhh…”

 

 

“L-l-agi?”

 

 

“Yeh… Kumohon baby… L-l-agi…” pengendalian diri sialan, kurasa aku akan keluar hanya karena memandangnya bermain dengan teman kecilku. Aku duduk dengan tidak sabar dan berdiri dari ranjang, mengejutkannya. Aku tidak tahan dengan semua godaan ini. Teman kecilku ini akan segera meledak hanya karena sentuhannya dan aku perlu melepas celana sialan ini.

Dara membantuku karena tanganku sudah gemetaran. “B-b-iarkan aku membantumu…” katanya dan membantuku melepas celanaku. Aku menendang celanaku sampai lepas dan kembali duduk di ranjang. Aku menangkup kedua pipi Dara dan menatapnya penuh kerinduang.

“Aku mencintaimu baby…” ungkapku dan dia membalas dengan senyuman sebelum mendorongku kembali ke ranjang.

Dia tiba-tiba menciumi dadaku sementara tangannya menjelajah dan aku hanya bisa menuntun tangannya yang gemetaran ke bawah sana – dimana dia maksudkan.

“Menemukan teman bermain dibawah sana baby?” aku tertawa tapi langsung digantikan oleh geraman saat dia menjilat puting kiriku.

Dia menatapku dan kurasa aku melihat sebersit kepuasan di matanya karena yang selanjutnya dia lakukan, dia mengisap putingku keras dan mengelus p****ku yang tersiksa itu dengan terlalu bersemangat.

“F*CK!!!”

 

 

“Hmmm…” dia melenguh sambil bergantian mencium dan menyesap putingku. Dia juga memperlakukan yang satunya dengan sama.

Aku tidak bisa menahan lebih lama. Tanganku bergerak menyusup kedalam kain yang menutupi tubuhnya dan mendesah saat merasakan lekukan tubuhnya. Aku menemukan buah dadanya dan memijatnya pelan, membuatnya mendesah.

“Ji… Ahhh… Jangan…” dia berhenti menciumiku – seperti sebuah peringatan.

“Baby aku ingin menyentuhmu…” aku memohon tapi dia menggelengkan kepala dan mengusir tanganku.

“Nanti Ji… Apa aku tidak membuatmu merasa enak?”

 

Aku mendesah dan meletakkan tanganku di ranjang – pasrah mencengkeram seprai kuat-kuar. “Jagiya, kamu tidak mengerti seberapa besar nikmat yang kurasakan…” ungkapku membuatnya kembali ke kegiatannya semuala.

Tak lama kemudian, dia menciumi tubuhku, turun kebawah sampai ke pahaku. Aku terkesiap saat merasakan nafasnya menyentuh kulitku. Dia duduk di antara pahaku dan menatap boxerku yang menggembung. Aku melihatnya menelan ludah sebelum menyentuh kejantananku sekali lagi. Dia mengelusnya dengan sebelah tangan sementara tangan yang satu lagi menarik boxerku turun. Nafasku tercekat penuh antisipasi. Aku memejamkan mata dan menggigit bibi saat merasakan udara lepas menyambut batang kemaluannya yang akhirnya terbebas dan berdiri dengan bangga. Aku menunggu sentuhannya, namun tidak ada.

F*ck! Teman kecilku kaku kedinginan! Jagiya dimana kamu?

Aku membuka mata dan langsung tertawa melihat dia mengalihkan pandangan, matanya terpejam begitu menatap langsung apa yang ada dibawah sana.

Aku meraih tangannya dan menggenggamnya.

“Baby kamu tidak perlu melakukan ini… Kemarilah… Ijinkan aku bercinta dengamu…” kataku tapi dia malah langsung meraih batang kemaluanku dan memijatnya – cukup keras, membuatku mengumpat keras.

“F*CK!!! DARA JANGAN!!!”

 

 

Aku menagan pergelangan tangannya dan menatapnya dengan ekspresi kesakitan. Kurasa aku sudah mengagetkannya karena sekarang dia menutup mulutnya dengan satu tangannya yang lain dengan ekspresi ngeri.

“Baby… Maksudku… Jangan terlalu keras…” kataku. “Aku ingin keluar didalam dirimu… Kumohon…” pintaku tapi langsung merasa bersalah melihat wajahnya kecewa dengan apapun yang direncanakannya ini.

Aku memerlukan pengendalian diri yang teramat dangan untuk kembali berbaring di ranjang, tanganku masih memegang tangannya. Dia mengendurkan pegangannya dan aku masih terus menuntunnya, hati-hati, tidak mengijinkannya melepasnya tapi tidak juga terlalu keras karena itu menyiksaku.

Aku memejamkan mata dan perlahan menuntun tangannya yang gemetaran bergerah naik turun ke kemaluanku. Pelan dan lembut.

F*ck, tangannya terasa sangat nikmat saat bersentuhan dengan temanku. Sangat lembut dan hangat. Aku memejamkan mata dan mencoba untuk menikmati perasaan berada dibawah kendalinya, memperpanjang penderitaanku.

Aku ingin mengambilnya sekarang, tapi dia baru saja memperoleh kepercayaan diri soal ini dan aku hanya bisa membiarkannya bereksperimen tentang anatomi tubuh pria padaku.

“Sh*t baby… Itu sangat nikmat… Kumohon lebih cepat…” pintaku karena aku sudah mulai merasa kesakitan.

Aku mengintip dari balik kelopak mataku dan terkejut melihat Dara menjulurkan lidahnya dan menundukkan kepalanya mendekat ke ujung p****ku.

“Baby… Ooooohh sh*t! Sh*t! Sh*t!” aku mencengkeram seprai sampai buku-buku jariku memutih saat dia menjilatku.

“Seperti ini, Ji?”

 

 

“YESSSS BABY!!! SANGAT NIKMAT BABYY… AHHH!” aku tidak bisa menahan teriakanku merasakan lidahnya bermain dengan temanku yang mengeras disana. Tangannya menyentuh bagian dasar dan lidahnya menjilati sementara bibirnya mengecupinya – kurasa aku akan mati.

Aku membuka mata sekali lagi dan melihatnya menatap ‘itu’ dengan penuh rasa penasaran. Aku melihat kepala p****ku berkilau karena precum bercampur dengan ludahnya, dan mungkin sepertinya dia merasakannya karena sekarang dia mengernyit. Aisht! Sudah kubilang padanya untuk tidak melakukan ini!

“Baby… Baby… Kemarilah… Kumohon…” pintaku padanya sambil perlahan duduk tapi…

“AAAAAH! F*CK!!!” sh*t! Dia menyelimuti kepala jamurku dengan mulutnya yang hangat dan kurasa aku akan meledak setiap saat karena terlalu bergairah.

“Hmmmm…” dia melenguh dan mengisap lebih kuat dan aku hanya bisa kembali menjatuhkan kepalaku ke ranjang. Dia melepaskannya dan menatapku sekali lagi.

“K-k-amu baik-baik saja?”

 

 

“Ya… Ya… jagiya. D*mn*t baby… Lagi… Kumohon…”

 

 

Dia menurut dan kembali merunduk dan menyelimutiku sekali lagi dalam mulutnya yang lembut-basah-dan sangat hot. Tuhan ini adalah surga… Tapi aku ingin keluar didalam tubuhnya… Aku yakin dia tidak akan menyukai rasa sperma. Itu mungkin saja akan membuatnya trauma seumur hidup.

Kepalanya masih naik turun dan aku masih menggigiti bibirku untuk menahan umpatan atau aku akan diceramahi besok karena Dara sangat tidak suka jika mendengarku mengumpat. Kuharap mengumpat di ranjang adalah pengecualian.

“Aaaah… Baby… Ini sangat nikmat… Uhhhmmm…” aku mengharapkan dia melakukan lebih tapi dia malah berhenti membuatku melebarkan mata ngeri.

Dara kemudian menarik tanganku dan memintaku duduk sebelum dia duduk di pangkuanku sekali lagi. Perlahan dia melepas gaun malamnya meski terlihat jelas dia tersipu – parah.

F*ck… D*mn*t… Dia hampir telanjang jika bukan karena pakaian dalam rendanya itu. Aku memutuskan untuk mengakhiri ini. Aku melepas pakaian dalamnya dan membebaskannya dari benda itu dan Tuhan… Ada dewi dihadapanku.

“Cantik… Sangat cantik…” bisikku sebelum mencium lehernya yang sensitive hingga ke bahu dan tulang selangkanya. Aku menariknya turun sehingga sekarang dia duduk di atas ‘teman’-ku dan aku hanya bisa melenguh merasakan dia sudah sebasah ini untukku.

“Ji…” katanya terangah saat aku menciumi gunung kembarnya.

“Aku merindukan mereka berdua…” kataku jujur. Aku menyukai payudaranya, meskipun kecil. Dua benda itu pas seukuran tangan dan bibirku. Oh Tuhan…

“Uhmmm, Ji… Aaahh…” dia menyentuhkan kemaluannya yang sudah basah ke batangku ketika aku menjilati putingnya bergantian. Aku bersumpah aku akan merasa senang membuatnya keluar dengan cara seperti ini, tapi tidak… aku sangat membutuhkannya menyelimutiku sekarang. Rasanya sangat sakit, aku sudah terlalu lama menahannya.

Perlahan aku menyelipkan tanganku diatara tubuh kami dan meraih batang kemaluanku. Aku melepaskan payudaranya dan menatapnya penuh kerinduan.

“Baby… Naiki aku sekarang… Kumohon…” kataku, tidak sekarang aku memohon padanya. “Kumohon…”

 

 

Dengan malu-malu dia mengangguk dan memposisikan dirinya sehingga sekarang lubang masuknya berada diatas ujung p****ku. Perlahan dia menurunkan tubuhnya, memendam kepala batangku dan memasukkannya inci demi inci.

“Unghhh… Ji…” dia menggigit bibirnya untuk menahan teriakannya. Aku ingin memintanya berhenti karena mungkin dia merasa sakit tapi sebelum aku bisa melakukannya, dia mengalungkan lengannya di leherku lalu duduk diatas p****ku dalam satu gerakan, aku bisa merasakan dia mencakar punggungku.

“F*ck baby! Kamu sempit sekali… Sh*t…” aku menyumpah saat merasakan kehangatannya menyelimuti dengan ketat. Aku berdenyut dalam kebutuhan yang teramat sangat didalamnya tapi dia membutuhkan penyesuaian dengan ukuranku. Aku menggoyangkannya perlahan dan mengelus punggung hingga pinggulnya pelan. Aku menundukkan kepala ke bahunya lalu menciumi bahunya ringan saat merasakan detak jantungnya bertalu keras – bersaing dengan detak jantungku. Dan aku sangat menyukainya.

“Apa kamu baik-baik saja baby?” tanyaku dan dijawab dengan anggukan.

Aku menyukai bagaimana kami melengkapi satu sama lain. Aku menyukai perasaan ini, dimana dia rasanya memang diciptakan hanya untukku.

“Baby… Aku sangat mencintaimu…” kataku sepenuh hati hingga aku hampir menangis. Selalu saja seperti ini. Tidak pernah hanya sekedar seks. Tapi selalu bercinta dan saling mengenal satu sama lain melalui eksperimen kecil kami.

Dan aku sangat menyukai eksperimennya sekarang ini…

Ahjumma kecilku yang nakal.

“Aku mencintaimu Jiyong…” bisiknya ke telingaku sebelum perlahan menggerakkan pinggulnya, bergoyang, membuat p****ku semakin mengeras didalam tubuhnya.

Tuhan… Ini adalah proses bercinta paling seksi yang pernah kami lakukan.

Ini murni… Ini membuat ketagihan. Aku ingin agar dia terus seperti ini – bercinta denganku sepanjang malam. Manis… Menyenangkan dan perlahan…

Dara perlahan mengangkat pinggulnya sebelum memutar turun lagi. Kami bertemu dimana aku hanya bisa menusuknya pelan, tapi dalam, dan dia melenguh nikmat.

“Jiyong… Unghhh…” aku menyukai saat dia memanggil namaku… Semakin membuatku bergairah.

“Baby… Lagi… Lagi… Sangat nikmat, baby… Hmmm…” kataku, mendesaknya, mengatakan padanya bahwa dia melakukan itu dengan teramat sangat baik.

Perlahan dia membenturku lebih cepat. Aku menuntunnya turun untuk bertemu dengan tusukanku, gunung kembarnya bergerak bebas seolah memintaku merasakan mereka.

“Jiyong…” dengan nafas terengah dia memanggil namaku, seolah memintaku untuk memberinya reward. Dan aku tidak ingin baby girl-ku merasa kesakitan.

Aku memijat buah dadanya dan menjilat tiap putingnya. Aku suka merasakan keduanya dan betapa sensitifnya kedua benda itu padaku. Aku melepaskan keduanya sebelum mendekatkan mulutku ke puting kirinya, tangan tananku memijat yang satunya, sementara tanganku yang satu lagi menuntun pantatnya menemuiku. Aku mendorong pinggulku lebih cepat sambil mengisap putingnya membuat Dara mendongakkan kepala, lengan kirinya mengait pada leherku sementara yang satunya menangkup wajahku.

“Ahhh… Baby… Ji… Hmm… Kumohon…” jantungku berhenti berdetak sepersekian detik mendengarnya kembali memanggilku baby. Kedengarannya sangat seksi… aku memberinya reward jilatan manis pada buah dadanya sebelum beralih ke yang satunya memberikan perhatian yang sama.

“Baby…” aku berkata sambil menjilati putingnya. “Sedikit lagi…”

 

 

“Ji… Aku sudah tidak tahuan… Maaf… Aku…”

 

 

“Lepaskan saja… Aku juga sebentar lagi… Baby…” aku melingkarkan lenganku ke pinggangnya pinggulnya yang masih bergerak liar dan dia mengalungkan lengannya ke leharku – aku hanya bisa menatap wajahnya yang mempesona.

Aku tahu dia akan segera sampai. Aku bisa merasakan dia bergetar di sekeliling batang kemaluanku saat aku memompanya lebih keras. Aku mengisap lehernya dan dia melingkarkan kakinya padaku dan aku mendesah semangat, merasakan sesuatu dalam diriku akan segera meledak.

“Ahh… Ahh… Ji!!!”

 

 

“Baby!!! Hmmm!!!”

 

 

Aku merasakan cairan hangatnya disekitar batang kemaluanku tapi aku masih terus memompanya keluar-masuk, perlahan menyemprotkan benihku dalam rahimnya.

“Hmmm! Sh*t! Sh*t!” aku menyumpah keras merasakan kemaluannya memijat batangku hingga mengeluarkan semua isinya. Aku merasakan cairan kami keluar dari dalam tubuhnya hingga meleleh ke pahaku. Tuhan… Itu tadi adalah orgasme terbaik yang pernah kurasakan…

“Baby…” aku terengah saat mengecek kondisinya.

“Jiyong…” dia tersenyum lemah padaku, mungkin kelelahan karena semua yang dia lakukan malam ini.

Aku menariknya bersama denganku, merebahkan badan, dengan dia berada diatas tubuhku lalu mengeluarkan batang kemaluanku dari dalam organ kewanitaannya membuat cairan kami menetes keluar darinya. Kami berdua mendesah saat merasakan perasaan yang tiba-tiba ini dan aku langsung memeluknya erat dengan sebelah tangan sambil menarik selimut tebal menutupi tubuh telanjang kami.

Dia mencium pipiku sebelum mengistirahatkan kepalanya kembali keatas dadaku.

“Baby…” aku memanggilnya dan mulai mengelus punggung dan rambutnya.

“Hmm?”

 

 

“Itu tadi menakjubkan, jagiya…”

 

 

“Ch-ch-incha? Tapi… Kupikir aku menyakitimu berkali-kali tadi…”

 

 

“Hei… Itu tidak masalah… Setiap kali kita bercinta rasanya selalu saja menakjubkan… Aku tidak tahu. Ini terasa sangat spesial mungkin karena kamu berbeda malam ini. Aku menyukai kepercayaan dirimu tadi… Kamu harus selalu percaya pada dirimu sendiri jagiya… Kamu ini cantik… Kamu ini sempurna… Terima kasih sudah membuatku merasa seperti ini… Kamu tidak tahu betapa bahagia dan amannya kau sekarang babe…” kataku jujur.

“Aku mencintaimu Jiyong…”

 

 

“Aku mencintaimu lebih lagi… Aku tidak bisa menunggu sampai menjadikanmu Mrs. Kwon dan membuat banyak little Kwon denganmu…” aku menggodanya dan speerti yang sudah kuduga, dia memukul dadaku.

“Aiyoo Jiyong-yah… Apa yang membuatmu bicara tentang hal itu?” kata Dara, kaget tapi aku bisa melihat dia merasa girang seperti remaja umur 16 tahun. Aiyoo baby girl-ku.

“Aku baru menyadari, aku suka saat kamu yang mengambil inisiatif. Kupikir itu seksi… Kamu tahu kan aku ini tipe submissive lover baby… Aku akan menuruti permintaanmu dengan mudah.” Kataku sambil tertawa dan aku kaget saat dia menarik dirinya dan menangkup keduap pipinya dengan bersemangat.

“Chincha?”

 

 

“Huh?”

 

 

“A-a-ni! Ani… Aku…” dia terlihat seperti sedang memikirkan seusatu dan aku tahu itu karena aku pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. “Aku mencintaimu Jiyong…” katanya sebelum mencuri kecupan di bibirku.

“Yah, apa yang sedang kamu pikirkan, huh?” aku memeriksa wajahnya tapi dia hnaya menggelengkan kepala dan kembali beristirahat di dadaku.

“Ayo kita tidur seperti ini… Ini jauh lebih nyaman dari pada di ranjang, Jiyong…” katana lagi, aku kaget mendengar semua sikap langsungnya malam ini.

Bukannya aku bermaksud mengeluh.

Kyah!!! Ini salah satu malam yang tidak akan pernah terlupakan.

“Yeah baby… Aku malah senang…” kataku sambil menepuk kepalanya. “Aku mencintaimu.”

 

 

Aku merasakan bibirnya membentuk senyuman di dadaku dan aku mendesah lega memiliki gadis ini dalam pelukanku.

‘Mrs. Kwon dan Little Kwon… Sebentar lagi…’ kataku kepada diri sendiri sambil memejamkan mata dan aku langsung beranjak ke alam mimpi.

 

 ==========

T.E.W.A.S. ________________________

……………………………………………………………..

Tbc…

<< Back Next >>

57 thoughts on “The Couple Next Door [Chapter 14] : Her Initiative (Rated M)

  1. Hoshhhhhh. Kayak ngejar anak ayam ini bacanya -_- melelahkannnnn…… Oh iya dan beruntungnya jiyong atas jamuan dara malam itu kkkk ackkk yakin deh nih, jiyong udah mantep buat jadiin dara ms. Kwon dan membuahkan banyak little kwon akakaka shock! Iniiiiii ‘ngadem depan kipas angin’

  2. Bacanya smpe sesak nafas krn terlalu H.O.T
    Critanya jelas banget,smpe bisa dibayangin,,
    Aduuuhhh,,,otak aku udh terkontaminasi sama hal2 yadong,,, 😀

Leave a comment