넌 FALLING YOU [Chap. 6]

picsart_01-28-09-19-35

Falling You

Author : Annisa lathifah

Dara’s day part 1

~~~

Pagi mulai merangkak di hari libur kota Seoul. Di pagi yang sebuta ini, segelintir orang telah melakukan kegiatan mereka masing-masing. Seorang ibu sudah memasak sarapan, para pekerja dan pelajar masih berada dalam alam mimpi mereka, beberapa bayi sudah mulai menangis meminta jatah susu pagi mereka. Terlihat juga kesibukan seorang ibu rumah tangga yang disandang oleh Park Eunju. Ia merasa dirinya telah sempurna menjadi seorang ibu, yang masih bisa merawat kedua anaknya. Ia sangat bersyukur kepada tuhan akan karunia yang diberikan padanya.

Eunju memasak sarapan untuk kedua cintanya, walaupun ia tahu kehadiran jiyong adalah pengganti sanghyun, namun ia tak pernah berfikiran seperti itu, jiyong adalah anaknya, dan jiyong adalah kakak dara itulah yang ia tanamkan setelah menatap betapa pengorbanan seorang anak muda yang seharusnya bisa dengan mudah membuang anaknya sanghyun jika dianggap beban baginya. Namun tidak dengan jiyong ia merawatnya, mengasihi dan menjaga sepenuh jiwanya kepada anak sulungnya.

Dan eunju dapat memaklumi jika seorang dara masih tak mempercayai kehadiran jiyong yang dianggapnya oppa yang selama ini terpisah dengannya. Rindu yang membuncah bagi seseorang tak akan dengan mudah di torehkan, itu sangat sulit. Keterkejutan, atau tingkah laku dara setelah menatap sosok jiyong, bisa dipasikan menjadi benturan hebat pada dirinya, dan eunju bisa memaklumi itu.

Matahari semakin naik, secercah cahaya mulai memasuki celah jendela dirumah sederhana eunju, ia menyelesaikan masakannya yang langsung dibawanya kemeja makan. Ia berharap keadaan berubah menjadi lebih kondusif dari sebelumnya. Ia ingin melihat tawa ceria putri satu-satunya selama 10 tahun terakhir setelah kejadian gempa tersebut. Ia juga sangat menginginkan rasa hangat di meja makan, dengan sedikit obrolan yang mereka bahas, entah itu, hari ini, besok, ataupun kemarin, sangat ia rindukan. Ia berharap kehadiran jiyong membuat suasana rumah tak lagi menjadi pemakaman sangking semunya.

Eunju mulai menuju kamar kedua anak remajanya dilantai atas. Ia mengetuk kamar jiyong beberapa kali namun tak ada jawaban.

“Apakah ia masih tidur? Atau kelelahan?” gumam eunju. Ia mulai memanggil-manggil nama jiyong beberapa kali dengan nada suara yang tak terlalu keras, ia tak ingin mengagetkan jiyong jika ia masih di alam mimpinya.

“Jiyong-ah, kau masih tidur?” tanya eunju di depan pintu kamar, masih tak ada jawaban. Eunju mulai cemas, lantaran bisa saja sesuatu terjadi pada manusia yang menempati ruangan tersebut. Atau lukanya mengalami sesuatu. Dengan kekhawatiran yang tinggi eunju dengan perlahan memutar knop pintu kamar tersebut

“Tak terkunci” eunju mendorong daun pintu itu sampai terbuka lebar, menampakkan seluruh isi kamar. Tak ada orang disana, eunju memasuki, kemana jiyong pergi pikir eunju. Semua sugesti tak menentu bermunculan. Apakah ia kabur? Atau ia loncat dari sini? Tapi jendelanya tak terbuka? Apakah ia ? kemana jiyong? Eunju keluar dari kamar jiyong, ia menuju kamar dara

Pintunya juga tak terkunci, eunju memasuki kamar tersebut dan mendapati dua manusia yang ia cari masih asik di dalam mimpi indah mereka mungkin tercermin dari raut muka yang tenang. Dara sempat terhenyak dengan situasi di depannya. Menampakkan dara dengan damai tidur diatas kasur miliknya, jiyong juga disana, ia tidur dalam keadaan duduk dilantai dengan kepala yang menyandar pada pinggir kasur. Dara yang tertidur dengan egoisnya terlelap dengan memegang erat tangan kanan jiyong yang terulur untuk ia genggam. Bahkan semalaman genggaman itu sama sekali tak mengendur.

Eunju meloloskan air matanya, dara memang sangat merindukan sosok oppa dihidupnya. Ia selalu yakin oppanya masih hidup dalam keadaan yang baik. Mengingat betapa hancurnya dara melewati pemakaman sang ayah, eunju takingin membuat dara kecewa. Ia percaya seorang jiyong pasti tak akan mengingkari janji yang ia buat. Eunju sejujurnya tak tega untuk membangunkan mereka, namun hari semakin pagi, walaupun hari libur tapi, eunju juga harus membuka kedainya. Eunju mendekat pada jiyong

“Jiyong-ah irreona sudah pagi nak” ucap eunju dengan lembut agar tak mengaggetkan jiyong sembari memegang bahu jiyong. Seketika jiyong mengerjapkan kedua matanya menyesuaikan sinar matahari yang menerangi kamar pink milik dara, ia menatap eunju yang memasang senyuman hangatnya.

“Ahh.. eommonim.. akhh eomma

“Badanmu pasti kebas, semalaman dengan posisi yang seperti ini” kata eunju, menyadari reaksi bangun tidur jiyong yang kesakitan, dijawab anggukan oleh jiyong

“Ayo kita makan bersama, eomma sudah menyiapkannya dibawah, segeralah kesana” jiyong menagguk, ketika jiyong hendak berdiri, dara menarik tangan kanan jiyong yang tak lepas dari pegangannya

Kajima, jebal kajima” dara masih tak sadarkan diri mengatakan itu, melihat itu jiyong berhenti eunju menepuk pelan bahu jiyong

Gwenchana pelan-pelan saja”

Ne eomma” eunju berlalu meninggalkan kamar dara menuju ruang makan.

Dengan sangta halus perlahan jiyong mengelus genggaman dara pada tangannya. Sedikit demi sedikit mengendurkan genggaman tersebut. Kini genggaman tersebut telah terlepas sepenuhnya, tentu dengan beberapa hambatan. Pergerakan daralah yang menghambat.

Jiyong telah menyelesaikan mandinya dan menuju kebawah, mendapati eunju yang melontarkan senyuman padanya.

“Dara belum bangun ji?”

“Belum eomma mungkin ia lelah, semalam ia menangis” seru jiyong pada eunju

“Menangis?”

Flashback~

 

Dara masih melontarkan semua isi hati yang ia simpan selama ini pada laki-laki di dekapannya. Rindu yang membuncah kini ia loloskan begitu saja, beban berat yang selama ini dirasa seketika sirna sudah dengan kehadiran laki-laki yang ia damba.

Ia sama sekali tak mempermasalahkan kehadiran pria yang terlambat, bagi dara tak ada kata terlambat jika ini dengannya. Tak peduli dengan namanya yang sudah berubah, karena dara hanya mengharap pelukan ini selalu ada merengkuh tubuh mungilnya. Tak risau walau pria inilah yang membuat ia rindu setengah mati. Hampir mati, dara rasa.

Ia selalu ingin merasakan kepala pria ini diatas kepalanya. Merasakan lengannya di pinggangnya, merasakan punggung pria ini dalam rengkuhannya.

Uljima.. aku disini tenanglah” dara masih menangis dalam pelukan jiyong. Jiyong mengelus puncak kepala dara menenangkan gadis itu.

Ka—jima jebal naneun—bogo—sipeo ji—njja” isakan tersebut tak henti-heti

“Tenanglah aku disini” setelah sudah lebih dari setengah jam dara menangis di dekapan jiyong, jiyong merasakan isakan tersebut telah mereda, kaitan kedua tangan dara pada jiyong. Jiyong menangkap badan dara yang sudah tak sadarkan diri. Jiyong panik sesuatu terjadi pada gadis ini.

Ia tertidur, jiyong menyadari dara sedang tertidur, dengan segera jiyong membawa tubuh ringan dara ke dalam kamarnya, menempatkan dengan sangat hati-hati diatas ranjangnya. Jiyong menatap wajah tenang gadis yang terlalu menangisi kehadirannya. Jiyong mengusap jejak air mata yang masih tertinggal dipipi mulus dara. Membelai rambut dara yang menutupi sebagian wajah mungilnya.

“Ijinkan aku menjadi pelengkap dalam hidupmu, aku berjanji selalu menjagamu sampai kapanpun, membawa tawa yang kau tinggalkan dulu, mendekap dalam tangis sendumu, aku berjanji” ucap jiyong tepat di hadapan dara. Ini janji, janji yang selalu ia pegang, janji yang harus ia bawa, ini amat dari peninggalan sanghyun, ia akan membawa jiwa sanghyun dalam tubuhnya jika itu memang kehendak untuk membahagiakan kedua adik kakak tersebut.

Ketika jiyong akan meninggalkan ruang tersebut, dalam dalam keadaan yang masih terlelap menarik tangan jiyong mendekat, tak ingin melepaskan itu.

Kajima oppa—kajimarayo” dara masih merasakan sesuatu akan hilang dari dirinya, jika ia melepaskan ia takut terlepas kedua kalinya.

“Aku disini, akan selalu” menenangkan dara hingga benar-benar terjaga dengan alam mimpinya yang indah

****

“Harap maklum ji, itulah yang kutakutkan ia mengetahui yang sebenarnya”

Arraseo, ia sangat merindukanku”

“Ia sangat menyayangimu”

“Makanlah yang banyak” sembari eunju meyodorkan nasi pada jiyong

Ne khansamnida” dara menuruni tangga dengan langkah yang ceria, ia sangat berseri. Eunju menatap putrinya tak percaya, ia kembali kepada sikapnya yang dulu, hangat dan ceria

Eomma oppa!” serunya setelah sampai di meja makan

“Wah.. semangat sekali sayang, aku menyukai dirimu yang seperti ini” dara mengangguk, mencium dahi ibunya, jiyong menatap mereka

Oppa juga mau?” belum sampai jiyong merespon, dara mendekati jiyong dan mencium dahinya, membuat eunju dan jiyong sama-sama terkejut dibuatnya. Dara sama sekali tak menggubris, ia menempati kursinya dan mulai mengambil porsi makannya

“Ya! Kau centil dara-ya” ucap eunju

“Karena aku mencintai kalian”

“Ahh.. eomma bolehkan nanti aku dan oppa pergi belanja? Aku akan memilihkan baju yang keren untuk oppa dan smartphone yang sama denganku” jabar dara, eunju mengangguk, apapun untuk putri agar merasa bahagia

“Dan ya Ji oppa bajumu kenapa sangat kuno sekali huh! Dan nanti aku akan memilihkan smart—“

“Ya! Berhentilah berbicara cerewet, kau sangat berisik” ucap jiyong menghentikan kalimat dara dengan membungkam bibir mungil dara dengan sendok yang ia pegang. Eunju tertawa melihat ekspresi kesal dara pada jiyong

“Ini harimu, kau bebas kemana saja dengan oppamu” dara tersenyum mendengar itu, ia tersipu di sela makannya. Ia merasa sangat bahagia akan menghabiskan waktunya bersama laki-laki tampan yang berstatus oppa baginya.

****

“Kenapa kau tersenyum seperti orang gila” ucap seorang pria muda yang duduk bersantai disofa ruang tamu milik kawannya yang ada dihadapannya dengan wajah konyol yang ia tampakkan

“Donghae-ya gwenchana kau sangat mirip orang tak waras, tersenyum sedari tadi dengan tatapan yang selalu pada ponselmu” laki-laki yang bernama donghae tersebut kini menatap kawan yang ada di hadapannya

“Aku sudah berkenalan dengannya, mungkin aku yang akan mendapatkan hatinya”

“Kau terlalu percaya diri, mungkin kau yang memulai start duluan tapi mungkin bisa saja cinta yang terlambat itu yang akan menang nantinya”

“Taecyeon-ah aku tak akan bisa memberikan lamboku padamu” laki-laki yang bernama jongki tadi tertawa setelah menyeruput sojunya

“ Haha.. besar kepala sekali kau lihat saja nanti, tapi ia tak tahukan jika kau pewaris SM?” donghae menatap taecyeon

“Bukan hanya dia semua orang di Korea pasti tak mengenali aku siapa, yang mereka tahu hanya wajahku yang tampan, orang kaya, dan menawan” taecyeon tertawa, benar yang dikatakan donghae ia saja jika tak sengaja mendengar percakapan Lee Sooman ayah donghae terhadap anak semata wayangnya itu pasti juga tidak tahu

“Gadis yang menarik”

****

Dara POV~

Jika angin tak dapat menjabarkan daun yang berhembus bersamanya, mentari yang tak dapat mendeskripsikan kehangatan yang ia berikan, dan aku yang tak bisa mengatakan betapa bahagianya situasi ini. Berjalan bersama laki-laki tampan yang berstatus oppaku. Iya oppaku, karena hanya ia miliki bukan yang lain. Aku juga bingung mengapa rasa possesive ini tak bisa hilang sejak pertama kami keluar dari gerbang rumah. Aku menggenggam erat tangannya, sama sekali tak terlepas. Dan ia juga mengaitkan jari-jarinya pada sela jari tangan ku.

Jika dalam drama korea sering mengatakan “lebih baik aku jauh darimu, maka rindu ini akan membuncah kala bertemu denganmu” dan benar ini terjadi padaku. Aku tak menyangka parasnya kini semakin tampan nan rupawan. Aku adiknya namun kala menatap matanya jantungku serasa dipompa lebih cepat, itu tak pernah kusangka. Dagu runcingnya, hidung mancungnya, mata tajamnya, dan…

“Kau memandangku dari tadi apakah aku setampan itu?” sial ia menghilangkan angan-anganku

A—ni—ya biasa saja” benar aku berbohong, ini hal yang aneh bagiku

“Tapi kau meneliti setiap wajahku sejak kita turun dari bus” mati aku, ia menyadari

“A—k—“

“Dan mengenggam tangan oppamu tanpa lepas sejak kita berangkat” ia mengatakan oppa, itu asing bagiku, errr— ia membuat aku salah tingkah

“Ya sudah kau mau dilepaskan tinggal bilang saja, atau melepasnya langsung mudahkan” aku merasa sedikit jengkel dengannya, kurasa posisiku seperti seorang gisaeng saja, bergelayut manja pada lengan laki-laki. Aku melangkah di depannya mempercepat jalanku, kenapa dengan diriku ini?

“Akh—“ lengan, sebuah lengan melingkar di pinggangku, jiyong memelukku dari belakang. Persetan dengan sebutan oppa, aku lebih nyaman membatinnya jiyong. Bisa kupastikan kedua pipiku memanas, jangan sampai ia melihat wajah konyolku

“Merajuk boleh, tapi perhatikan jalanmu” kalimat itu berhembus dari belakang telinga kananku, membuatku merinding. Tapi tunggu! Perhatikan jalanmu? Ia membawa tubuhku menghadap padanya, sial ia melihatku

“Kau hampir masuk ke dalam lubang itu ceroboh” lubang? Dan benar saja, ia memelukku agar tak masuk kedalam lubang sialan itu. Arrrr—-

“Dan wajahmu mengapa memerah seperti ini? Apakah kau sakit?” aduh, orang ini malah memegang kedua pipiku, sialan

“YA!!! Oppa hentikan!!” aku hendak melangkah pergi sebelum tangannya menarik tanganku menggenggam erat seperti sedia kala

“Biarkan seperti ini” Tuhan— biarkan aku selalu mengingat kejadian ini, hari ini, waktu ini.

Jika kebahagiaanku 10 tahun lalu pergi, biarkan ia kembali untukku mulai sekarang bersamanya, bersama Ji-Oppa ❤

 -TBC-

Gimana kurang manis?  😝 kan masih part 1 selanjutnya belum 😊 next chap nggak?  Kalo iya tinggalkan jejak  kalo nggak bersamalah dengan para sider😙 see u

11 thoughts on “넌 FALLING YOU [Chap. 6]

Leave a comment