Stay With Me (1/6)

stay with me

Author: Jung Yoorey || Title: Stay With Me || Cast: Sandara Park (Dara 2NE1), Kwon Jiyong (GD Big Bang) || Other Cast: Find it by yourself || Genre: Romance, Angst, Fluff || Rating: Teenager || Backsound’s: GD – Without You

Ini ff sebenarnya long oneshoot. Cuma kalo beneren mau dipost oneshoot, wordnya jadi 10 ribuan lebih-_- jadi aku bagi 6 chapter. setiap chapternya itu tahunnya sama dan punya event tertentu. Ff ini keinspirasi dari mvnya big bang yang My Heaven terus entah kenapa jadi kayak gini ceritanya-_- ini ff chapter daragon pertamaku, jadi mian kalo jelek x)

Happy reading, applers!



12 januari 2004

“Selamat pagi gadisku.”

Sandara menggeliat kecil di tempat tidurnya ketika seseorang mencoba mengusik tidur nyenyaknya. Matanya terbuka dengan pelan dan seketika matanya itu terbuka dengan lebar ketika melihat wajah seorang lelaki yang baru-baru ini menjadi kekasihnya berada tepat dihadapannya. Dengan sigap sandara segera menjauhkan kepalanya.

“Yak kwon jiyong! Kau selalu mengagetkanku.” Cemberut Sandara. Bibir tipisnya mengerucut sebal.

Jiyong terkekeh dan ikut masuk kedalam selimut Sandara. Ia membaringkan kepalanya tepat disamping kepala Sandara. “Mulai sekarang aku yang akan membangunkanmu. Jadi bersiap-siaplah, arrasseo? (Tau?)” Jiyong terkekeh sambil mengelus rambut hitam Sandara. Sandara tersenyum manis dan tidur didada jiyong.

“Jangan tinggalkan aku, ne? (ya?)” gumam Sandara dengan penuh ketulusan. Jiyong mengangguk dan memeluk Sandara.

“Tentu saja. Aku yang akan mati kalau kau tinggalkan.” Balas Jiyong lembut. Sandara mendongak dan tersenyum manis.

Jiyong membalas senyum Sandara dan mendekatkan wajahnya ke wajah Sandara. Sandara merasakan helaan nafas Jiyong menyapu wajahnya, membuatnya menutup mata. Tapi setelah menunggu Jiyong menciumnya cukup lama, Sandara tidak merasakan apapun. Melainkan sebuah cubitan kecil pada hidungnya.

“Muka bantal. Cuci muka sana baru kucium.” Ledek Jiyong yang membuat Sandara membuka matanya. Wajahnya melukiskan raut kesal karena dipermainkan oleh Jiyong.

“Yaak kau menyebalkan.” Gerutu Sandara sambil mengerucutkan bibirnya. Jiyong terkekeh dan secepat kilat mengecup pelan bibir Sandara dan kembali menarik kepalanya.

“Kau puas?” ledek Jiyong lagi yang membuat wajah Sandara memerah dengan suksesnya. Sandara meneguk liurnya dan menyembunyikan wajahnya di dada Jiyong.

“Kau sangat sangat menyebalkan!” umpat Sandara malu.

Jiyong tertawa puas dan mengeratkan pelukannya pada Sandara seakan sandara sebuah guling. Sementara itu Sandara terus menjerit-jerit karena tidak bisa bernafas.

*

18 august 2004

Sandara tersenyum puas ketika melihat kamar kontrakan Jiyong sudah gelap. Sandara menduga kalau Jiyong pasti sudah tidur. Sandara terkikik tanpa suara dan menyiapkan sebuah kue cokelat buatannya dan menancapkan lilin diatasnya. Tidak lupa Sandara memakai sebuah topi ulang tahun dan memegang balon di tangan kirinya.

Sandara melangkahkan kakinya dan membuka pintu kamar Jiyong. Seketika aroma parfume khas Jiyong bercampur aroma rokok memenuhi hidung Sandara. Sandara menggerutu kecil karena Jiyong tidak juga berhenti merokok.

Tapi ini bukan saatnya menggerutu. Sandara menutup pintu dengan kakinya lalu melangkah masuk dengan sangat pelan. kamar kontrakan Jiyong sangatlah kecil. Kamar, dapur, dan ruang tengah semua digabung dan hanya ada satu pintu, yaitu pintu kamar mandi yang sudah reyot. Sandara tidak mempermasalahkan hal itu, toh ia tidak mencintai gaya hidup Jiyong, ia hanya mencintai si pemilik gaya hidup itu.

Sandara menaruh kue di meja dengan sangat pelan ketika ia melihat Jiyong yang tertidur diatas sebuah dipan kecil yang dilapisi sebuah kasur busa yang sudah kempis dan kotor karena tidak dilapisi sprei. Jiyong membelakanginya.

Sandara tersenyum lega dan pelan-pelan menyalakan lilin yang menancap di kue. Seketika angka ‘17’ itu menyala. Sandara menoleh ke Jiyong memastikan Jiyong belum bangun lalu mengangkat kue cokelat itu. sandara menarik nafas dan mulai berjalan mendekati Jiyong yang masih tidur.

“Saengil chukka hamnida, saengil chukka hamnida~ (selamat ulang tahun~)”

Jiyong yang tengah tertidur pulas itu terbangun. Ia merasa terusik. Dengan kesal Jiyong menoleh dan matanya terbelalak lebar. Matanya dapat menangkap sosok kekasihnya tengah berjalan ke arahnya sambil memegang sebuah kue cokelat dengan lilin diatasnya.

“Dara?” gumam Jiyong sambil bangun dari tidurnya. Matanya yang masih sedikit kabur mencoba untuk fokus.

Sandara sudah berada tepat di depan Jiyong. Ia mendudukkan bokongnya di samping Jiyong dan menyodorkan kue didepan Jiyong. “saengil chukka hamnida, saengil chukka hamnida~ ji gu e seo, u ji e seo.. Dara saranghamnida! Saengil chukkae, Won Jiyong!!” Sandara menyelesaikan lagunya dengan pekikan riangnya.

Jiyong terkekeh dengan sangat manisnya. “Gomawo (makasih), babe.” Ucap Jiyong dengan penuh haru.

Sandara tersenyum manis. “Sekarang make a wish dan tiup lilinnya. 1, 2, 3!”

Jiyong menutup matanya dan mulai membuat harapan. ‘Oh jesus, terima kasih telah mengutus malaikat untuk membuatku bahagia di hari pertama bertambahnya usiaku. Berkatilah malaikat didepanku ini. Aku ingin bisa terus bersamanya dan tidak akan pernah melepaskannya. Terima kasih. Izinkan aku membuatnya bahagia. Saranghae (aku mencintaimu), Dara-ah.’ Jiyong membuka matanya dan meniup lilin di kue hingga mereka terjebak dalam kegelapan di kamar kumuh Jiyong.

Sandara tersenyum dan menaruh kue itu di meja kecil. Beruntung matanya cukup tajam sehingga ia bisa melihat di kegelapan. Jiyong mengelus rambut sandara lembut. “Gomawo, Sandara. Kau adalah hadiah terindah sepanjang umurku. Terima kasih karena kau menerimaku yang miskin ini apa adanya. Kuharap kita bisa terus bersama.” Ucap Jiyong tulus.

Sandara tersipu. “Jiyong-ah, aku yang harusnya berterima kasih padamu karena sudah menyayangiku, mencintaiku, dan melindungiku. Aku tidak mencintai bagaimana hartamu, aku mencintaimu, mencintai Kwon Jiyong, tulus dengan hatiku.”

Perkataan Sandara membuat Jiyong tersentuh. Tanpa pikir panjang ia menarik Sandara kedalam pelukannya. Sandara dengan senang hati membalas pelukan kekasihnya. Parfum yang melekat di tubuh Jiyong menyeruak ke hidungnya. Harum.

“Saranghae. Saengil chukkae.” Gumam sandara.

Jiyong mengangguk. “Gomawo. Nado saranghae (aku juga mencintaimu).”

*

31 December 2004

I want you here forever right here by my side.’

Jiyong menutup lagunya sambil memberikan senyuman manisnya pada Sandara. Sandara terkekeh dengan wajah memerah. Hari ini ia dan Jiyong janjian untuk merayakan tahun baru pertama mereka. Jiyong mengajak Sandara ke atas sebuah gedung tua yang bisa dibilang salah satu pencakar langit di korea. Beruntung gedung itu hanya dijaga oleh beberapa security dan office boy kenalan Jiyong, jadi mereka bisa meminjam atap gedung itu.

Jiyong menyimpan gitarnya dan menatap sandara. “Kata salah satu security disini, katanya ada seorang karyawan yang pernah melompat dari sini didepan gadis yang dicintainya dan mereka pun bersama selamanya. Kalau memang gadis itu jodohnya, ia tidak akan mati.”

Sandara mengernyitkan keningnya. “Terus?”

Jiyong terkekeh. “Aku akan melompat didepanmu.” Ucap Jiyong.

Sandara terbelalak. “Kau gila. Kau ingin mati, huh?” ledek Sandara.

Jiyong menggeleng. “Kau lupa kata-kataku tadi? Kalau memang gadis itu jodohnya, ia tidak akan mati.” Sandara terdiam. “Aku yakin kau itu jodohku, jadi aku akan melompat ke bawah dan tidak akan mati.” Lanjut Jiyong.

Sandara terhenyak. Jiyong selalu memiliki hal kecil yang sangat manis. Hal itu bahkan selalu membuat Sandara bingung kenapa Jiyong yang memiliki sifat egois itu bisa sangat romantis.

“Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Aku tidak ingin melihatmu masuk di surat kabar besok dengan tulisan ‘seorang lelaki tewas lompat dihadapan kekasihnya untuk membuktikan gadis itu jodohnya’ atau mungkin lebih parah, ‘seorang lelaki tewas didorong oleh kekasihnya dari atap gedung’.” cerocos Sandara menghancurkan momen romantis Jiyong.

Jiyong mendelik. “Aish, kau ini tidak bisa sekali kuajak romantis.” Kesal Jiyong. Sandara tertawa renyah.

DUAAR

Baik Jiyong dan Sandara, keduanya menoleh ke arah langit ketika terdengar bunyi ledakan yang cukup besar. Bersamaan dengan itu ledakan itu pecah menjadi percikan cahaya yang melukis langit.

Sandara menyorak senang. Matanya berbinar. Jiyong menoleh ke sandara. Wajah kekasihnya itu terlihat bercahaya akibat cahaya dari kembang api. Jiyong meraih kantung plastik di kakinya dan mengeluarkan sesuatu yang terlihat seperti tongkat panjang dan besar. Sandara menoleh karena suara kantung plastik itu. Matanya melebar melihat apa yang dipegang jiyong.

“Ji? Kau tidak berniat memainkan kembang api besar itu, kan?” waspada sandara. Ia sedikit ngeri dengan ukuran kembang api ditangan Jiyong.

Jiyong meletakkan kembang api itu di tembok pembatas. “Tidak. Aku akan memainkannya saat sudah memasuki tanggal 1.” Jawab Jiyong enteng.

Sandara mendesis. “Gila.”

Jiyong terkekeh. Kemudian keduanya bersandar di tembok pembatas itu sambil memperhatikan padatnya jalanan seoul. Sungguh indah dilihat dari atas. Cahaya kerlap kerlip dari lampu-lampu jalanan, mobil, dan lampu rumah membuat seoul terlihat berwarna.

Jiyong melirik Sandara yang memeluk tubuhnya sendiri. Jiyong tersenyum dan berjalan ke belakang Sandara lalu membuka sedikit jas besarnya. Ia memeluk Sandara dari belakang dan menutup jas besarnya ke depan Sandara sehingga mereka berdua masuk ke dalam jas besar Jiyong. Sandara terbelalak.

“Ji-jiyong?”

“Aku tau kau kedinginan.” Bisik Jiyong sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Sandara. Sandara meneguk liurnya dan menahan senyumnya.

Sandara melirik arlojinya dan memekik. “Jiyongie! 1 menit lagi tahun baru!” seru Sandara sambil mengangkat tangannya dan menunjukkan arlojinya pada Jiyong. Jiyong mengangguk.

“Ayo buat harapan.” Bisik Jiyong lagi.

Sandara mengangguk dan menutup matanya. Jiyong melakukan hal yang sama.

‘Aku harap tahun berikutnya aku bisa menjadi lebih baik dan lulus dengan nilai yang bagus. Aku juga ingin mendapatkan pekerjaan yang bagus. Aku harap Jiyong bisa bersama terus denganku. Aku mencintainya lebih dari apapun. Kumohon jangan buat Jiyong jauh dariku.

‘Aku ingin bisa terus bersama gadis dipelukanku ini. Aku mencintainya, sangat. Aku ingin membuatnya bahagia. dan aku ingin menjadi penyanyi profesional. Tolong kabulkan permohonanku.

Keduanya membuka mata masing-masing. sandara melirik arlojinya dan memekik senang. “30 detik lagi!”

Jiyong mengangguk dan menarik kembang api didekat sandara tanpa melepaskan pelukannya. Ia menyuruh sandara memegang benda itu.

“I-ini terlalu berat, Yongie.” Desah sandara. Ia uring-uringan sendiri dengan kembang api yang ia pegang. Sementara itu jiyong merogoh kantung jas nya dan mengeluarkan sebuah pematik. Jiyong ikut memegang kembang api itu, lebih tepatnya ia menggenggam tangan Sandara yang memegang kembang api mencoba untuk menenangkan gadisnya itu. Sandara sedikit tenang dengan kehangatan tangan Jiyong.

“Aku akan menyalakannya.” Ucap Jiyong pelan lalu menyalakan pematiknya di sumbu kembang api. Jiyong dengan cepat mengantungi pematiknya lalu mendorong tangan Sandara untuk terulur ke atas. Sandara mengeratkan kedua pegangannya. Jiyong merasakan hal itu dan menambah tangan kirinya untuk ikut menggenggam tangan Sandara itu. alhasil posisi mereka adalah Sandara memegang kembang api dan jiyong juga ikut memegang dari belakang.

Tepat arloji sandara menunjuk ke angka 12 tepat, kembang api di tangan mereka berdua bergetar dan memuntahkan isinya ke langit dengan sangat cepat.

DUAAAR

“Kyaaa!” Sandara memekik kaget ketika kembang api ditangannya terhentak kecil. Jiyong menahan tangan Sandara dan terkekeh.

“Coba lihat ke atas.” Ucap Jiyong. Sandara mengangguk gugup. Ia mendongak dan melihat percikan cahaya di atas membentuk sebuah huruf, ‘I’.

Sandara terdiam. Percikan yang melukis langit itu memudar dan kembang api ditangan mereka kembali meledak.

Sandara mulai bisa mengendalikan kembang api itu.

DUAAAR

Sandara memejamkan matanya beberapa detik dan mendongak lagi. kali ini percikan itu membentuk sebuah bentuk hati. sandara meneguk liurnya.

DUAAAR

Sandara kembali memejamkan matanya ketika kembang api ditangannya kembali meledak. Ledakan terakhir. Sandara dengan cepat mendongak dan menemukan percikan itu membentuk huruf, ‘U’.

I love you.”

Sandara terhenyak ketika Jiyong mengeja seluruh arti percikan kembang api itu di telinganya. Sandara menurunkan tangannya begitupula Jiyong yang menarik tangannya memeluk Sandara dari belakang.

Sandara menoleh menatap jiyong yang juga menatapnya. Tatapan mereka bertemu. senyum Sandara merekah. “I love you too.”

Jiyong tersenyum manis. “Happy new year, Sandara.” Ucap Jiyong lembut.

Sandara mengangguk. “Happy new year, Kwon Jiyong.” Balas Sandara. Jiyong tersenyum dan menurunkan wajahnya mendekat ke wajah Sandara. Sandara mengeratkan pegangannya pada kembang api yang dipegangnya.

Hingga akhirnya ketika Jiyong melumat lembut bibir tipis Sandara, pegangan Sandara melemas dan kembang api itu terjatuh begitu saja ke lantai atap. Mereka terus melakukan adegan itu tanpa menghiraukan berisiknya langit yang menghiasi tahun baru pertama mereka di malam yang dingin itu.


to be continue…


p.s. Mbak Author, tolong cek emailnya ya.. ^^/

1|2|3|4|5|6-ed

62 thoughts on “Stay With Me (1/6)

Leave a comment