My Lovely PRETTY BOY : 010

little-sun

Author : Little Sun

Genre : Romance

Ratting : T

Long : 10/10+ chapter

Cast : Park Sandara, Kwon Jiyong, Jang Wooyoung, Ahn Sohee

**

Chapter 10

Annyeong, oppa! Bye!”

Seungri membalas sambil melambaikan tangannya dan tersenyum. Memandang tubuh Jieun yang perlahan menjauh dan menghilang di tengah lautan manusia yang berjalan di Bandara Incheon. Dua minggu telah berlalu sejak adik kecilnya itu datang ke Seoul dan menghabiskan waktu dengannya. Hampir dua minggu itu pula dia tidak pernah bisa pergi ke club. Bukan karena dia tidak mau, tetapi lebih karena adik kecilnya itu akan selalu menyeretnya ke manapun dia pergi. Menyebalkan!

Seungri berbalik lalu tersenyum lebar. Ya, sekarang sudah tidak ada Jieun lagi dan dia bisa pergi ke manapun, kapanpun semaunya! Surga! Dia melangkahkan kakinya dan perlahan meninggalkan tempat itu.Club! Club! Club! Tujuan pertama yang harus didatangi setelah dia berhasil memperoleh kebebasannya kembali. Dia membuka jaketnya dan mengambil kacamata hitam dari balik sakunya. Memakainya dan siap melemparkan senyum mautnya pada setiap yeoja yang dia lihat.

Seungri terus berjalan keluar dari bandara dan segera menuju ke Lamborgini merahnya yang terparkir di depan bandara. Menjadi pusat perhatian di antara mobil-mobil lain yang terparkir di tempat itu. Dia berdiri di samping pintu pengemudi dan mengeluarkan kunci mobilnya. Dia membuka pintu mobilnya lalu mengedarkan pandangannya sebelum masuk ke dalam mobil.

Oppa, miss you!”

Miss you too, baby!”

Tubuh Seungri seolah membeku saat dia melihat pemandangaan yang ada di depannya. Kedua matanya melebar dan mulutnya setengah terbuka. Terkejut dan shock! Seorang namja dan seorang yeoja saling berpelukan di depannya. Matanya menatap keduanya dengan tajam. Yeoja itu mengenakan dress berwarnapeach dengan taburan bunga yang membuat yeoja itu terlihat manis. Namja di depannya mengenakan pakaian casual dengan balutan sebuah jaket panjang berwarna coklat yang membalut tubuhnya.

Sebenarnya bukan karena mereka berdua berpelukan yang menyebabkan Seungri terkejut. Bukan! Dia bahkan biasa melakukan hal lebih dari itu. Yang membuatnya terkejut adalah saat dia mengenali siapanamja yang sedang memeluk yeoja itu. Cho Kyuhyun, sang pemilik café tempat Chaerin bekerja. Dialahnamja yang sedang memeluk yeoja itu. Memeluknya dengan penuh kemesraan dan cinta.

Seungri keluar dari mobilnya lalu menutup pintunya. Masih berdiri di samping pintu mobilnya. Memperhatikan namja dan yeoja itu dengan seksama. Bagaimana bisa namja itu bisa berduaan dengan seorang yeoja.. tidak! Lebih tepatnya bagaimana namja itu bisa bermesraan di tempat umum dengan seorang yeoja padahal dia saat ini berstatus ‘kekasih seseorang’. Begitulah yang Seungri tau.

“Akhirnya kau kembali,” kata Kyuhyun itu lalu membelai rambut yeoja itu.

Oppa..,” yeoja itu tersipu dan di wajahnya muncul semburat merah yang membuat yeoja itu menundukkan kepalanya.

Seungri melipat kedua tangannya di depan dada, “Jadi.. kau bermain di belakang punggungnya?” gumam Seungri, “Tsk! Aku lebih baik darimu. Setidaknya aku tidak pernah bermain di belakang punggung yeojayang aku kencani,”

Seungri menatap tajam kedua orang itu sejenak lalu memasuk ke dalam mobilnya dan menekan pedal gas dengan kencang. Meninggalkan kedua orang itu yang masih berdiri di depan bandara.

**

Waktu makan siang telah berlangsung sejak setengah jam yang lalu. Cho café telah dipenuhi oleh orang-orang yang ingin menikmati makan siangnya di café itu. Akhir minggu menyebabkan tempat itu semakin dipenuhi dengan orang-orang yang datang. Baik anak-anak, remaja, dewasa, semua berkumpul di tempat dan menikmati waktu mereka.

Musim gugur telah tiba. Berbagai festival mulai diadakan di sekitar tempat itu. Dara, Chaerin, Bom, dan Minzy mengambil shift tambahan yang Kyuhyun tawarkan pada mereka. Di saat-saat seperti ini mereka bisa mendapatkan bayaran lebih di akhir bulan yang biasanya berbau krisis keuangan. Surga yang hanya datang sekali selama setahun.

Dara berjalan ke salah satu meja yang terletak di ujung ruangan sambil membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman yang telah di pesan oleh pelanggan di meja itu.

“Satu frappe dan chesse cake,” kata Dara sambil meletakkan pesanan itu di meja, “Dan dua cappuccino,”

Dara segera meninggalkan tempat itu setelah menyapa pelanggan di depannya dan berjalan menuju ke mesin kasir. Minzy berdiri di sana, melayani setiap pelanggan yang datang dan ingin memesan. Tak ada orang yang berdiri mengantre di sana. Sepertinya setiap orang telah memesan pesanan mereka. Dara meletakkan nampannya di meja dan segera meletakkan kepalanya di depan Minzy.

“Lelaahhh..,” kata Dara.

Minzy terkekeh melihat eonni-nya. Bom dan Chaerin berjalan mendekat ke arah mereka setelah selesai melayani bagian mereka. Keduanya meletakkan nampan mereka di atas nampan Dara dan berdiri di antara Dara.

“Akhir minggu yang melelahkan,” gumam Chaerin.

“Bahkan aku belum memakan jagungku hari ini,” timpal Bom.

Minzy menoleh pada Bom, “Memang Eonni membawa jagung hari ini?”

Bom menggeleng, “Ani. Karena itulah aku kesal hari ini,”

“Dasar!” kata Chaerin sambil menepuk bahu Bom. Dara dan Minzy tertawa.

Kling~!

Mereka menoleh saat mendenger bunyi pintu terbuka.

Eoseo oshipshiyo,” mereka berempat serempak mengatakan itu saat seseorang berjalan masuk ke dalam café. Orang itu atau lebih tepatnya namja itu mengedarkan pandangannya hingga dia menemukan sosok yang dicarinya lalu berjalan mendekat.

Uwoo~! It look like that your prince come to you, magnae,” kata Chaerin tersenyum jahil pada Minzy.

Eonni,” gumam Minzy. Wajahnya mulai memerah hanya karena Chaerin mengatakan hal itu. Bom dan Dara yang melihatnya langsung tertawa.

Annyeong,” sapa namja itu saat berdiri di depan mereka. Dia mengedarkan pandangannya pada keempatyeoja itu lalu berhenti pada Minzy.

Annyeong,” sapa Dara, Bom, dan Chaerin.

Annyeong, Oppa,” sapa Minzy, “Kau ingin pesan sesuatu, Daesung oppa?” tanya Minzy.

Namja itu tersenyum lalu menggeleng, “Ani. Aku datang ke sini tidak untuk membeli kopi hari ini,” katanamja itu. Dia tersenyum lalu menoleh pada Minzy, “Bagaimana kalau kita pergi akhir minggu ini? Ada toko mainan yang baru saja dibuka dan aku kenal dengan pemilik toko itu,” kata Daesung.

Dara, Chaerin, dan Bom saling bertukar pandang. Mereka menampakkan senyum evil mereka.

“Bagaimana?” tanya Daesung.

“Hmm..,” gumam Minzy.

“Dia akan pergi!” kata Bom bersemangat, “Jangan khawatir,”

“Ahh.. begitu?” tanya Daesung, “Baiklah,”

**

Studio saat itu sepi. Hanya ada Jiyong, Teddy, dan Seunghyun di dalam ruangan itu. Teddy yang sibuk membuat lagu baru, Seunghyun yang sejak tadi sibuk bermain dengan handphone-nya, dan Jiyong yang sibuk mencorat-coret kertas di depannya dengan tidak jelas. Ketiganya telah berada di dalam ruangan itu sejak dua jam yang lalu dan tak ada satupun yang beranjak pergi.

“Oh! My baby libur besok,” kata Seunghyun bersemangat.

Jiyong hanya mengendus kesal. Teddy menoleh lalu meletakkan headphone-nya di meja.

Nugu?” tanya Teddy.

My baby Bom,” jawab Seunghyun.

Teddy menaikkan sebelah alisnya lalu menarik kursinya mendekat ke meja di depan Jiyong dan Seunghyun, “Bom?” tanya Teddy, “Yeoja berambut merah itu?”

Seunghyun mendongak, menatap Teddy lalu mengangguk bersemangat, “Ne!”

Teddy melipat kedua tangannya di depan dada, “Your new girlfriend?”

Seunghyun hanya tersenyum dan kembali menenggelamkan diri bermain dengan handphone-nya.

Teddy menoleh pada Jiyong yang duduk di samping Seunghyun dan melihat namja itu hanya duduk dengan raut wajah tidak bersemangat. Dia mengetuk-ngetukkan pensil yang digenggamnnya ke meja lalu kembali menulis. Tiba-tiba saja dia mengacak rambutnya dan kembali menggumam sambil menuliskan sesuatu di kertas yang di depannya.

Teddy menaikkan sebelah alisnya saat melihat tingkah aneh Jiyong, “Kau baik-baik saja?” tanya Teddy.

Jiyong mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya pada Teddy.

“Yakin?” tanya Teddy sekali lagi dan Jiyong kembali mengangguk. Teddy menggelengkan kepalanya lalu berbalik dan kembali menghadap laptopnya.

Jiyong terus menulis dan menulis. Tiba-tiba saja dia meletakkan pensilnya di meja dengan keras lalu berdiri sambil menggenggam kertas yang dibawanya, “JADI!” teriak Jiyong.

Seunghyun dan Teddy menoleh ke arahnya lalu saling bertukar pandang.

Jiyong melipat kertas itu lalu berjalan keluar, “Aku pergi!” teriaknya sebelum meninggalkan ruangan itu.

“Kau yakin dia waras?” tanya Teddy.

Seunghyun menatap pintu yang baru saja dilewati Jiyong, “Sejak awal dia memang tidak pernah waras,” kata Seunghyun lalu menggelengkan kepalanya.

“Kau benar,” kata Teddy.

**

Dara berjalan memasuki lobi gedung apartement-nya sambil membawa beberapa plastik yang berisi bahan makanan yang baru saja dia beli di supermarket. Dia menyapa security yang berdiri di pintu lalu segera berjalan masuk ke dalam lift. Dia meletakkan plastik yang dibawanya ke lantai. Menekan tombol di dinding lalu melangkah mundur. Perlahan pintu lift mulai tertutup. Dara mendongakkan kepalanya, memandangi lampu yang terpasang di atas. Dia menunggu lift bergerak sambil mengetuk-ngetukkan kakinya di lantai.

Saat pintu perlahan akan tertutup, tiba-tiba saja pintu terhenti dan perlahan pintu lift kembali terbuka. Di depannya, Jiyong berdiri dalam balutan jaket hitamnya. Keduanya sama-sama terkejut saat menyadari keberadaan satu sama lain. Dara segera bergeser dan memberikan tempat untuk Jiyong. Jiyong masuk ke dalam lift dan pintu kembali tertutup.

Lift terasa bergerak begitu pelan, bagi mereka berdua yang terkurung di dalam ruangan persegi yang berukuran tak lebih dari dua meter kali dua meter. Bergerak dengan kecepatan terlambar yang pernah mereka rasakan. Jiyong dan Dara sama-sama tidak bisa menatap mata keduanya. Ini adalah pertama kalinya mereka kembali berada di dalam sebuah ruangan bersama, hanya mereka berdua setelah beberapa bulan berlalu.

Dara sibuk memperhatikan kuku-kukunya, seolah benda itu merupakan benda paling menarik yang pernah dia lihat. Dan Jiyong, dia sesekali melirik ke arah Dara, berusaha mencuri pandangan ke arah yeoja itu. Mencoba mencuri kesemapatan emas yang berhasil diperolehnya.

Jiyong berdehem, mencoba menarik perhatian Dara, “Kau.. sendiri?” tanya Jiyong.

Dara menoleh dan kedua matanya langsusng bertatapan dengan dua manik coklat milik Jiyong, “Ehh.. ne,”jawab Dara.

“Mana yang lain? Biasanya kalian pergi bersama,” kata Jiyong, mencoba membuka percakapan di antara mereka berdua. Meski masih sedikit terasa atmosfir kecanggungan di antara mereka.

“Bom dan Minzy ada di apartement, sedangkan Chaerin masih ada shift malam di café,” jawab Dara.

Jiyong mengangguk. Mereka kembali terdiam dan sibuk memperhatikan benda-benda yang ada di lift itu.

“Wooyoung? Bagaimana dengannya? Kenapa dia tidak bersamamu?” tanya Jiyong.

“Ehh?” Dara menoleh lalu kembali menundukkan kepalanya, “Dia.. telah kembali ke Jepang,”

Jiyong menoleh, “Benarkah?” tanyanya. Dia berusaha sedikit tidak terlalu memperlihatkan rasa senangnya saat mendengar hal itu.

Dara menangguk.

Mereka berdua benar-benar menikmati waktu yang mereka miliki saat ini. Sebuah keajaiban yang datangnya mungkin hanya sekali. Sebuah kebetulan yang menguntungkan. Mungkin, jika mereka bisa sedikit egois, mereka akan berharap agar waktu dapat terhenti dan membiarkan mereka bisa bersama selamanya.But, it’s real life! Something like that will never happen.

Dan tak lama setelah itu, tiba-tiba saja pintu lift terbuka. Menghancurkan dunia indah mereka bersama. Tak ada dari mereka yang berjalan keluar dan akhirnya membuat Dara mengambil plastik yang terletak di bawahnya lalu berjalan keluar. Jiyong langsung mengikutinya di belakang.

Dia menatap punggung yeoja yang berjalan di depannya dalam diam. Punggung itu. Tubuh itu. Sudah berapa lama dia tidak memperhatikan yeoja ini dengan seksama? Sudah berapa lama dia tidak menyentuh tubuh yeoja mungil itu? Dan sudah berapa lama dia tidak mendengar suara yeoja itu memanggil namanya? Semua terasa begitu lama. Bahkan jutaan abad yang ada tidak akan bisa dibandingkan dengan berapa lama Jiyong tidak mendengarnya.

Dara berhenti saat dia sampai di depan pintu apartement-nya. Dia berbalik menghadap Jiyong, “Aku.. masuk,” kata Dara lalu membuka pintu apartement-nya dan berjalan masuk.

Jiyong mengangguk dan langsung masuk ke dalam apartement-nya sendiri.

“YESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Jiyong langsung berteriak dan melompat-lompat kegirangan begitu dia menutup pintu apartement-nya. Dia terus melakukan itu selama beberapa saat.

“Oh, Daesung,” tiba-tiba saja Jiyong berhenti dan langsung mengeluarkan handphone-nya. Dia langsung menekan tombol keypad-nya selama beberapa saat lalu meletakan handphone-nya di telinga. Tak lama setelah itu terdengar suara dari seberang sana, “Daesung-ah… aku butuh bantuanmu,”

**

Orang-orang berjalan di depannya. Tetapi dia tetap diam dan menatap dua orang yang sedang duduk bersama dan mengobrol di depannya. Di dalam sebuah café di seberang jalan tempatnya berdiri sambil menyandarkan diri pada mobil merahnya. Dia menatap namja itu tajam. Penuh dengan kebencian. Berbagai macam pikiran melintas di dalam otaknya. Benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Yeoja itu makan dengan tenang di samping namja itu. Sesekali mereka mengobrol dan saling bertukar senyum. Seungri terdiam saat dia kembali melihat senyum itu. Sebuah senyum yang sudah lama sekali tak pernah dia lihat. Hanya dengan melihat senyum itu saja bisa membuat jantungnya berdegup kencang. It is first time for him. Dia sudah sering melihat yeoja-yeoja cantik dan sexy. Bahkan lebih sexy daripada yeojayang duduk di seberang jalan itu, tetapi entah kenapa.. hanya yeoja itu saja yang berhasil membuatnya merasakan berbagai macam perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya saat ini.

Seungri membetulkan letak kacamatanya. Dari balik kacamata hitam itu, dia menatap yeoja itu. Memperhatikan setiap detail yang terukir di yeoja itu. Rambutnya, sepertinya telah tumbuh lebih panjang sejak terakhir kali dia melihatnya. Hitam dan diikat di belakang. Poninya juga telah tumbuh semakin panjang, menutupi sebagian mata sipitnya dan membuatnya terlihat lebih.. manis.

Tubuhnya terlihat sedikit lebih kurus. Seungri tidak tau apa yang telah yeoja itu lakukan selama ini, tetapi terlihat dengan jelas dia telah kehilangan sebagian berat tubuhnya. Apakah karena dia terlalu lelah bekerja? Seharusnya namja yang duduk di sampingnya saat ini mengingatkannya agar tidak terlalu lelah bekerja. Bagaimanapun juga yeoja itu adalah kekasihnya kan? Kekasih namja yang saat ini duduk di samping yeojaitu.

Namun, semakin Seungri memperhatikan mereka berdua. Dia semakin kesal pada dirinya sendiri. Kenapa dia membiarkan namja itu mempermainkannya? Ingatannya akan kejadian kemarin di bandara kembali muncul di dalam benaknya.

Seungri menggertakkan giginya lalu berdiri dan berjalan menyeberangi jalan itu lalu masuk ke dalam café. Dia membuka pintu café dengan keras dan membuat beberapa orang menoleh ke arahnya termasuk dua orang yang sejak tadi dia perhatikan. Dia berhenti sejenak di depan pintu lalu menoleh ke arah dua orang yang duduk di samping jendela. Kedua orang itu menatap Seungri dengan penuh tanda tanya.

Seungri melangkah mendekati meja mereka dan langsung menarik lengan yeoja itu.

“Ya~! Apa yang kau lakukan?” teriak yeoja itu sambil mencoba menarik tangannya dari genggaman Seungri.

Yeoja itu, Lee Chaerin menatapnya dengan tatapan penuh dengan kemarahan dan terus mencoba melepaskan diri dari genggaman tangan Seungri.

“Ikut aku,” kata Seungri lalu menarik Chaerin pergi.

Beberapa orang menoleh dan menyaksikan hal itu. Kyuhyun yang sejak tadi duduk bersama dengan Chaerin berdiri lalu menggenggam lengan Seungri, menghentikannya dari langkahnya meninggalkan café itu. Seungri menoleh padanya dengan tatapan tajam.

Shift-nya belum selesai,” kata Kyuhyun, “Kau bisa mengajaknya pergi nanti,”

Seungri hanya diam, menatap Kyuhyun dengan tajam lalu menoleh dan kembali menarik Chaerin, tetapi Kyuhyun kembali menarik lengannya. Seungri menoleh dan menatap Kyuhyun.

Mwo?” tanya Seungri.

Kyuhyun melepaskan tangannya dari lengan Seungri, “Dia belum selesai kerja. Kau bisa mengajaknya pergi setengah jam lagi,”

Seungri menatap Kyuhyun dengan tatapan tidak percaya lalu mengusap dagunya. Dia melepaskan tangannya dari lengan Chaerin lalu melangkah mendekati Kyuhyun.

“Ya~! Seungri-ah! Apa yang kau inginkan?” teriak Chaerin.

Seungri tidak menghiraukan pertanyaan Chaerin dan terus berjalan mendekati Kyuhyun. Saat jarak antara mereka berdua sudah tak lebih dari setengah meter, tiba-tiba saja Seungri melemparkan pukulannya ke wajah Kyuhyun dan membuat namja itu terdorong ke belakang dan terjatuh di lantai. Beberapa orang yang menyaksikan hal itu berteriak. Chaerin langsung berlari dan menolong Kyuhyun yang terkapar di lantai sambil mengusap darah segar yang mengalir turun dari sudut bibirnya.

Seungri berjalan mendekat dan menarik tubuh Chaerin menjauh dari namja itu. Dia menarik krah baju Kyuhyun dan kembali menghajar Kyuhyun. Kyuhyun mendorong tubuh Seungri dan membuat Seungri sedikit mundur dari tempatnya berdiri. Kyuhyun bangun dan balas melemparkan sebuah hantaman pada Seungri.

Chaerin menatap ketakutan dan cemas pada dua orang di depannya. Dia langsung berlari ke hadapan Kyuhyun dan menghalangi Seungri yang akan mendaratkan sebuah pukulan pada Kyuhyun sekali lagi, “Kau tidak apa-apa?” tanya Chaerin dan memeriksa keadaan Kyuhyun. Chaerin langsung menoleh pada Seungri dan menatapnya tajam, “Kau gila? Kenapa kau tiba-tiba datang dan memukul Kyuhyun oppa?” teriak Chaerin.

Oppa?” tanya Seungri dengan nada tidak percaya, “Kau memanggilanya oppa? Kau tidak tau apa yang ada di balik wajah cantiknya itu, huh?”

“Kau ini bicara apa?” teriak Chaerin sambil setelah membantu Kyuhyun berdiri.

“Kau yang bicara apa!” teriak Seungri.

Chaerin berjalan mendekat, “Ya~! LEE SEUNGRI! Kau telah membuat keributan di sini!” teriak Chaerin.

“Aku hanya ingin menolongmu dari namja tidak bermoral ini!” jawab Seungri.

“Tidak bermoral, huh?” tanya Chaerin dengan nada lirih. Dia mendongak dan menatap kedua mata Seungri.

“Kau tidak tau dia telah..-,”

PLAKK!!

Chaerin mendaratkan sebuah tamparan di pipi Seungri. Seungri terdiam. Terkejut dengan perlakuan yang baru saja diterimanya. Chaerin berbalik lalu membantu Kyuhyun berdiri dan berjalan meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Seungri yang berdiri diam di tempatnya.

Seungri menunduk, “Chaerin-ah,” bisik Seungri.

Chaerin berhenti saat mendengar Seungri memanggilnya, tetapi dia kembali berjalan dan meninggalkan Seungri.

Seungri berbalik, “Ya~! LEE CHAERIN!” teriak Seungri, “Bagaimana bisa kau berkencan dengan namja yang berselingkuh di belakangmu?”

Chaerin berhenti berjalan. Kyuhyun menoleh pada Chaerin dan menatapnya bingung. Ekspresi wajah Chaerin juga menunjukkan hal yang sama.

“Kau.. punya kekasih?” tanya Kyuhyun.

Chaerin dan Kyuhyun berbalik menghadap Seungri.

“Huh! Setelah aku mengatakan semua itu kau baru mau berbalik dan menghadapiku?” cibir Seungri.

“Ke.. kasih?” tanya Chaerin.

Ne,” jawab Seungri mantap.

Nu.. nugu?” tanya Chaerin.

Namja di sebelahmu,” jawab Seungri sambil melipat kedua tangannya di dada. Senyum kemenangan mengembang di wajahnya. Seungri mendesah, “Kemarin aku melihatnya bersama dengan seorang yeoja di bandara dan mereka bermesraan di sana,” jelas Seungri, “Bagaimana seorang namja yang telah memiliki kekasih bermesraan dengan yeoja lain?”

“Kemarin? Bandara?” tanya Kyuhyun.

Ne,” jawab Seungri. Kyuhyun tertawa. Seungri menatapnya bingung, “Apanya yang lucu?” tanya Seungri kesal.

“Aku sedang mengantar Nara pergi ke bandara. Dia baru saja pulang dari Jepang untung mengurus bisnisAppa-nya,” jelas Kyuhyun. Dia menatap Seungri tajam sambil menyeringai, “Dan dia kekasihku,” Kyuhyun mendesah, “Jadi karena itu kau tiba-tiba memukulku? Pabo!” kata Kyuhyun. (Kwan Nara: fictional character from miracleperfection)

Chaerin mendesah, “Kyuhyun oppa, maaf atas kegilaannya barusan. Biar aku yang membereskan masalah ini,” kata Chaerin.

Kyuhyun mengangguk.

Chaerin melangkah mendekati Seungri dan langsung menarik telinga kiri Seungri, “Kau.. ikut aku!” kata Chaerin sambil menarik Seungri keluar. Seungri meronta berusaha melepaskan diri dari Chaerin, tetapi Chaerin terus menariknya dan memperkuat genggamannya di telinga Seungri.

Kyuhyun menggeleng melihat kedua orang itu lalu mengusap sudut bibirnya yang berdarah, “Saat kau kembali lagi ke café-ku, aku akan benar-benar mengerjaimu. Lee Seungri,” kata Kyuhyun sambil terkekeh.

**

Bom membaringkan tubuhnya di sofa. Sebelah tangannya menggenggam sebuah jagung. Kedua matanya menatap lurus pada siaran televisi yang terlihat di depannya. Minzy duduk di sampingnya sambil menyandarkan kepalanya di bahu Bom. Sesekali Bom menoleh ke arah handphone-nya yang dia letakkan di atas pangkuannya dan tertawa sendiri.

Minzy mendongak, “Kau kenapa eonni?” tanya Minzy.

Bom tertawa, “A.. ani,” jawab Bom.

Minzy hanya menaikkan sebelah alisnya lalu kembali memperhatikan televisi di depannya.

Tiba-tiba saja pintu depan terbuka, “Kau ini bodoh!”

Minzy dan Bom mendongak. Pintu depan tiba-tiba saja terbuka dan Chaerin muncul dari balik pintu diikuti oleh Seungri. Minzy dan Bom saling bertukar pandang.

“Siapa yang..-,” tanya Dara yang tiba-tiba saja muncul dari dalam kamarnya dan berhenti saat melihat Chaerin dan Seungri. Seungri berjalan di belakang Chaerin dengan ekspresi kesal. Wajahnya dipenuhi dengan lebam dan memar. Sudut bibirnya masih menyisakan sedikit sisa darah yang mongering di sana.

“Kau yang bodoh,” gerutu Seungri.

“Duduk di sini,” kata Chaerin sambil menunjuk sofa kosong yang ada di depan Minzy dan Bom. Seungri dengan patuh duduk di sofa itu.

Dara menatap Minzy dan Bom yang bertukar pandangan dengannya dan menatap mereka dengan tatapan bertanya, tetapi Minzy dan Bom hanya menggeleng.

Chaerin berjalan keluar dari dapur sambil membawa kotak obat di tangannya. Dia berjalan ke arah Seungri dan segera duduk di depan namja itu.

Dara berjalan ke arah Minzy dan Bom lalu duduk di samping Minzy.

“Kau itu bodoh,” gumam Chaerin sambil membersihkan luka Seungri dengan alcohol, “Bagaimana bisa kau menyangka aku dan Kyuhyun oppa memiliki hubungan special? Kami bahkan hanya berinteraksi saat berada di café,”

“Karena..-,”

“Lebih-lebih.. bagaimana kau bisa-bisanya datang dan menghajar Kyuhyun oppa?” tanya Chaerin, “Kau gila, huh?”

“Itu..-,”

“Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat,” kata Chaerin. Dia terus saja mengatakan semua hal yang muncul di dalam pikirannya dan tidak memberikan Seungri waktu sedikit pun untuk berbicara, “Kau i..,”

“Ya~!” teriak Seungri, menyela kata-kata Chaerin, “Beri aku kesempatan untuk berbicara,”

Chaerin terdiam menatap Seungri, “Mwo?”

“Kau bahkan selalu menghabiskan waktu dengannya! Bagaimana aku tidak berpikir kau adalah kekasihnya? Lagi pula, kau selalu mengacuhkan aku dan menghabiskan waktu dengannya. Setiap yeoja yang aku dekati selalu menyadari bahwa aku menyukai mereka, tetapi tidak denganmu! Kau terlalu complicated dan benar-benar membuatku bingung. Awalnya aku hanya berpikir karena kau berbeda, tetapi perlahan aku mulai menyadari ada yang lain darimu dan membuatku tak bisa mengalihkan perhatianku darimu sedikit pun. Kau bahkan lebih memberikan perhatian padanya. Dan semua itu benar-benar membuatku cemburu! Lalu kemarin saat aku melihatnya bermesraan dengan yeoja lain di bandara, aku pikir diberselingkuh darimu! Kau tidak tau bagaimana perasaanku. Aku benar-benar marah saat itu. Aku benar-benar ingin menghajarnya sampai dia tidak bisa bergerak lagi!” kata Seungri tanpa jeda sedikit pun.

Why?” tanya Chaerin lirih.

Nan saranghae,” jawab Seungri.

Kedua mata Minzy, Bom, dan Dara melebar saat mendengar kata-kata Seungri. Benar-benar sebuah pernyataan cinta yang tidak romantis yang pernah mereka lihat.

Chaerin terdiam. Seungri, Bom, Dara, dan Minzy menunggu reaksinya dengan seksama.

“Ya~!” teriak Seungri memandang Chaerin, “Katakan sesuatu,” Sedikit khawatir karena yeoja itu tiba-tiba saja terdiam.

Pabo!” kata Chaerin lalu tersenyum. Perlahan di wajah Chaerin muncul rona merah yang membuat yeojaitu segera menundukkan kepalanya.

Kedua mata Seungri melebar saat melihat hal itu, “Kau.. kau…,”

“Dia sudah menyukaimu sejak awal, bodoh!” kata Bom sambil melemparkan bantal yang ada di sampingnya pada Seungri. Dara, Minzy, dan Bom tertawa melihat tingkat aneh Chaerin dan Seungri.

**

Hari yang cerah di tengah musim gugur yang mulai memasuki pertangahan musim di Seoul. Warna kuning kecoklatan telah mulai mendominasi setiap warna di kota. Semilir angin musim gugur yang dingin juga semakin memperkuat suasana musim gugur yang terasa. Bom dan Dara berjalan di sepanjang jalanan tempat Festival Labu diadakan. Mereka mengedarkan pandangan mereka dan mengamati setiap barang yang diperjualbelikan di tempat itu. BIG SALE of THE YEAR! Itu yang mereka katakan tentang festival ini.

“Omo~! Aku pergi sebentar,” kata Bom, “Kau tunggu aku di sini,”

“Tap..-,”

Dara terdiam dan memperhatikan punggung Bom yang perlahan bergerak menjauh. Dara mengerutkan bibirnya. Dia mengedarkan pandangannya dan dia menemukan sebuah bangku yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia berjalan ke bangku itu dan langsung duduk di sana. Dara duduk diam di tempat itu, memandangi orang-orang yang berlalu-lalang di depannya. Menikmati suasana musim gugur yang indah.

Sudah satu tahun. Sudah satu tahun sejak dia datang ke tempat ini bersama dengan Bom tahun lalu. Kejadian itu masih teringat jelas di dalam benaknya. Dia datang ketempat ini dan duduk di tempat yang sama. Dan.. bertemu dengan namja itu. Ya, namja itu. Namja yang berhasil mencuri hatinya.

Seiring dengan berjalannya waktu, perlahan semua mulai berubah. Andai dia dapat memutar kembali semuanya. Andai semuanya dapat diulang. Pasti dia bisa bersama dengan namja itu saat ini. Namun, pengandaian tidak akan pernah bisa membawa semuanya kembali seperti semua. Tidak akan bisa mengembalikan waktu yang telah berlalu dan tidak akan bisa membuat namja itu kembali.

Dara tersenyum. Semuanya pasti akan berubah. Segalanya tidak ada yang akan selalu sama. Dan namja itu tidak jauh berbeda dengan semua itu. Dan benar apa yang Dara yakini dulu, delapan puluh persen namja di dunia ini akan mengkhianati pasangannya. Dua puluh persen sisanya juga tidak jauh berbeda. Karena semua orang memiliki peluang yang sama. Terlalu naïf jika dia terlalu menggantungkan harapan pada populasi namja dua puluh persen itu.

Dara menghela napas. Mengingat kembali semua hal itu benar-benar membuatnya lelah. Waktu benar-benar berjalan terlalu cepat hingga membuat dirinya sendiri tidak dapat beristirahat.

Kini, setelah setahun berlalu. Perlahan perasaan yang muncul setiap kali ada namja yang menyentuhnya juga perlahan mulai pudar. Dara perlahan mulai bisa bangkit dan berdiri di atas kedua kakinya sendiri. Ketiga sahabatnya dan Wooyoung oppa telah mengajarkan banyak hal padanya. Pelajaran yang sangat berharga untuk dibuang.

“Hey cantik, bagaimana kalau kau ikut dengan kami?”

“Kami akan mentraktirmu makan,”

“Kita bersenang-senang bersama,”

Dara menoleh saat mendengar suara itu. Dua orang namja berdiri di depan seorang yeoja yang terlihat ketakutan.

“Ternyata hal seperti ini masih ada?” gumam Dara lalu berdiri dari tempatnya duduk. Dara berjalan dan mendekati kedua namja itu, “Ya~!” teriak Dara.

Kedua namja itu menoleh. Kedua mata Dara melebar saat melihat kedua namja itu. Dia mengenalinya. Ya, dia mengenalinya. Mereka berdua adalah dua namja yang saat itu menganggu Jiyong.

Yeoja yang semula berdiri dan diganggu oleh kedua namja ini kini telah berlari. Meninggalkan Dara bersama dengan dua namja ini. Kedua namja itu saling bertukar pandangan lalu kembali menoleh pada Dara.

“Lihat apa yang kita temukan di sini,” kata namja yang bertubuh tinggi.

“Mangsa yang menyerahkan diri pada pemburunya,” kata namja yang berbadan kecil.

Mereka berdua tersenyum licik pada Dara. Perlahan Dara menggerakkan kakinya dan berjalan mundur.

**

Jiyong duduk di samping Yongbae, mengendarai Bentley putihnya menuju ke rumah Daesung. Daesung, Seungri, dan Seunghyun sudah berada di sana sejak tadi. Hanya mereka saja yang belum sampai di tempat itu.

Orang-orang berlalu-lalang di sepanjang pinggir jalanan yang mereka lalui. Memenuhi badan jalan dan membuat jalanan menjadi sedikit macet. Jiyong menempelkan wajahnya di jendela, mengetuk-ngetuk kaca jendela itu dengan jemarinya, sedangkan Yongbae sibuk memperhatikan orang-orang di depannya, bersiap menjalankan mobil jika jalanan sedikit renggang.

“Sepertinya festival tahunan sudah akan dimulai,” kata Yongbae. Matanya beralih dari satu hiasan ke hiasan yang lain yang terpasang di pinggir jalan.

“Festival Labu?” tanya Jiyong.

“Iyap. Ku dengar panen labu tahun ini sangat bagus,” kata Yongbae. Dia menekan pedal gas dan menjalankan mobil putih itu secara perlahan.

“Tahun lalu..,” kata Jiyong, pandangannya menerawang, “Aku bertemu dengan Dara di festival ini,”

Yongbae terkekeh, “Dan mengira kau adalah seorang yeoja,”

Jiyong menoleh dengan cepat, “Ya~!”

Wae?” tanya Yongbae.

“Itu semua gara-gara kalian,” protes Jiyong.

Yongbae hanya tersenyum. Matanya tidak beralih dari pemandangan yang ada di depannya. Tak jauh dari tempat mereka berada saat itu, terlihat kerumunan orang yang cukup ramai. Beberapa di antara mereka terlihat menunjukkan ekspresi kemarahan dan meneriakan sesuatu yang tak bisa Yongbae dengar.

“Sepertinya ada keributan di depan,” kata Yongbae.

Jiyong hanya mengendus, tidak begitu memperhatikan.

Yongbae mengamati orang-orang itu dengan seksama. Matanya tertuju pada orang-orang yang bergerak dengan cepat, berlari dengan arah yang berlawanan dengan mereka. Dan mata Yongbae tiba-tiba saja melebar, “Itu.. Dara!” teriak Yongbae.

Jiyong dengan cepat menoleh, ikut memperhatikan ke arah yang Yongbae lihat, “Mwo?”

Dara dikejar oleh beberapa orang,” kata Yongbae.

Jiyong memperhatikan dengan seksama dan saat dia menemukan sosok Dara di antara orang-orang itu, berlari dikejar dua orang namja di belakangnya, kedua matanya melebar, “Hentikan mobilnya,” teriak Jiyong.

Yongbae langsung mengerem mobil itu dan membuat beberapa mobil yang berada di belakang mereka membunyikan klakson mereka. Jiyong langsung membuka pintu mobil dan berlari keluar. Dia berlari, mencoba mengejar dua namja itu yang telah berlari cukup jauh di depannya.

Jiyong berlari melewati setiap belokan dan lorong yang ada. Mencoba mengikuti jejak kedua orang itu. Meninggalkan Yongbae yang berjalan di belakangnya. Kakinya terus berlari dan berlari, mencari di setiap tempat yang dia pikir mungkin di lewati oleh Dara. Dia mengeluarkan handphone-nya dan mencoba menelpon Dara, tetapi panggilannya tidak diangkat. Hanya nada sambung yang berdengung menyambutnya.

“Ayoolah, angkat…,” gumam Jiyong, “Jebal,” dia terus menggumam sambil terus memperhatikan keadaan di sekitarnya, “Dara-ah..,”

Tetapi tidak ada jawaban. Jiyong kembali berlari dan menelusuri setiap bagian yang ada di daerah itu. Setiap lorong, tikungan, dan sudut-sudut jalan dia periksa. Dua namja yang ada di depannya juga telah menghilang dari pengelihatannya.

**

Bom berdiri di tempatnya meninggalkan Dara tadi. Dia baru saja kembali setelah masuk ke dalam sebuah toko dan membelikan sesuatu untuk Seunghyun. Dia yakin, dia meninggalkan Eonni-nya itu di tempat ini, tetapi saat dia kembali yeoja itu sudah tidak ada. Bom telah berusaha mencarinya, tetapi tidak berhasil. Anak itu tiba-tiba saja menghilang. Bom hanya berhasil menemukan tas belanjaan Dara.

Baby,”

Bom menoleh saat mendengar suara itu.

Seunghyun berdiri di depannya dengan ekspresi khawatir bercampur lega dan segera memeluknya,Syukurlah kau aman,” kata Seunghyun. 

Bom berusaha melepaskan pelukan namja itu, “Wae?” tanya Bom, ‘Kenapa tiba-tiba kau ada di sini?”

Seunghyun menatap kedua manik mata Bom, “Yongbae baru saja menelpon dan mengatakan bahwa mereka butuh bantuan dan aku melihatmu di jalan saat melewati tempat ini,” Seunghyun terdiam sejenak, “Dara dikejar oleh beberapa namja,”

Kedua mata Bom melebar, “MWO?”

**

Malam mulai menjelang. Menghidupkan dunia malam di tengah keramaian kota. Lampu-lampu kota telah mulai dihidupkan memberikan penerangan bagi setiap orang yang berada di bawahnya. Hilir-mudik orang-orang berlalu-lalang di sekitarnya, tetapi Dara tidak mempedulikan mereka sama sekali. Kabur dan lari. Kata-kata itulah yang saat ini memenuhi setiap sudut-sudut otaknya, setiap ujung-ujung syaraf di tubuhnya. Tidak. Dia tidak boleh tertangkap.

Dia berbelok di salah satu tikungan di sudut jalan dan dia mulai memasuki daerah kumuh dengan lorong-lorong sempit. Dia berlari menyusuri lorong yang dia temukan. Berusaha menghindari kejaran dua namjayang sejak tadi telah mengejarnya. Dia menabrak tubuh-tubuh yang berdiri menghalangi jalannya. Mengabaikan setiap teriakan dan makian yang ditujukan padanya karena telah mendorong tubuh mereka.

“Ya~!” teriak namja yang mengejar Dara.

Dara menoleh sejenak ke belakang sambil terus berlari ke depan. Kakinya terus bergerak melewati jalan-jalan di setiap lorong yang ada. Kedua namja itu telah berada tepat di belakangnya. Mengejarnya dan meneriakkan beberapa kata yang tak bisa Dara dengar dengan jelas.

Dara kembali menghadap ke depan dan berlari ke depan. Dia berhenti di perempatan terakhir yang dia temui dan langsung berbelok ke kiri. Dia berlari masuk ke dalam lorong itu. Sudah tidak ada orang di daerah itu. Hanya dia sendiri yang berlari dan dikejar oleh dua namja itu.

Langkah-langkah cepatnya menimbulkan bunyi menggema di lorong itu. Bunyi-bunyi air yang terbelah karena sepatu Dara yang melintas di atasnya. Napasnya menderu, jantungnya berdetak begitu cepat. Tidak kuat. Kakinya sudah terasa semakin lemas.

“Berhenti!” teriak namja itu.

Tetapi Dara tidak berhenti dan terus berlari. Dan langkahnya tiba-tiba saja berubah menjadi pelan saat dia menyadari arah mana yang telah dia ambil.

Ani..,” gumam Dara sambil menggelengkan kepalanya.

Di depannya berdiri sebuah tembok tinggi yang menjulang. Tidak ada jalan keluar dari tempat itu. Hanya jalan yang Dara lalui tadi dan dia tidak mungkin kembali melewati jalan itu. Dua namja tadi pasti sudah berada tak jauhd dari tempatnya berdiri.

Napas Dara masih menderu, cepat dan tidak teratur. Detak jantungnya semakin cepat. Dia mengedarkan kepalanya, mencoba berpikir dan mencari jalan keluar. Meloloskan diri dan dua namja itu.

“Tersesat, Sweety?”

Dara menoleh saat mendengar suara itu. Matanya melebar. Dua namja itu kini tepat berada di depannya dan menatapnya dengan tajam.

Time to play,”

Dua namja itu bergerak mendekat, memperlihatkan ekspresi wajah yang tak bersahabat. Dara berjalan mundur, perlahan.. dan perlahan hingga dia merasakan permukaan dingin menyentuh tubuhnya.

“Kau telah menghajar kami tahun lalu,” kata namja bertubuh tinggi, “Sekarang giliran kami membalasmu,”

“Tempat ini sepi,” kata namja bertubuh pendek, “Jadi tidak akan ada yang menolongmu kali ini,”

Mereka berdua tertawa. Dara merasakan bulu romanya mulai berdiri. Tidak! Dia tidak boleh menyerah pada saat-saat seperti ini. Tidak!

Namja yang bertubuh tinggi itu menolehkan kepalanya lalu berjalan dan mengambil sebuah balok kayu yang tergeletak di lantai. Dia menoleh pada Dara dan memamerkan seringainya.

“Kau sebenarnya cantik,” kata namja itu, “Sayangnya kau telah membuat kami tidak bisa muncul di daerah ini selama sepuluh bulan,”

“Dan kau juga telah menghajar kami sampai babak belur,” kata namja bertubuh kecil. Dia melangkah mendekat lalu menggenggam tangan Dara, “Jadi…,” bisiknya, “Jika kami menghancurkan tanganmu..,” dia mendongak dan menatap mata Dara, “Itu impaskan?”

Deg!

Perasaan itu muncul lagi dan Dara mulai merasakan ketakutan di dalam tubuhnya. Dara mencoba mendorong tubuh namja itu, tetapi dirinya malah semakin terdorong ke tembok.

“Le.. lepaskan,” kata Dara, tetapi kedua namja itu hanya tertawa. Dara menundukkan kepalanya sejenak lalu mengangkat kepalanya lagi dan menatap kedua namja itu dengan tatapa tajam, “Lepaskan!” desis Dara, tetapi namja itu malah semakin mengeratkan genggamannya pada Dara.

“Kau adalah yeoja kecil yang terlalu cerewet,” kata namja bertubuh besar, “Waktunya untuk memberimu pelajaran,”

Namja itu menoleh pada temannya lalu menganggukkan kepala sebagai tanda. Dan saat itu juga namjabertubuh kecil itu mengayunkan balok kayu yang digenggamnya dan mengarahkannya pada Dara. Dara memejamkan matanya. Ketakutan? Ya! Dia tidak berada di dalam posisi yang menguntungkan seperti kejadian setahun yang lalu. Dia benar-benar terjepit. Dia berharap agar sebuah keajaiban tiba dan bisa menyelamatkannya. Meski itu terdengar konyol.

Dalam kondisi seperti ini, dia terjebak di sebuah lorong buntu dengan dua namja yang siap melakukan apapun padanya tanpa bantuan baginya sama sekali. Dia benar-benar hanya bisa mengharapkan keajaiban. Tenaganya sudah terkuras habis untuk berlari menghindari dua namja ini. Dia bahkan sudah tidak kuat lagi untuk melawan mereka.

“YAAA~!” teriak namja bertubuh kecil itu dan telah mengayunkan baloknya pada Dara.

Dara memejamkan matanya dan berdoa tanpa henti di dalam hatinya. Keajaiban! Keajaiban! Jebal! Tidak! Jangan biarkan rasa takut ini kembali muncul dan menghantuinya. Tidak!

BUKKK!!!

Dara dengan jelas mendengar suara itu, tetapi dia tidak merasakan apapun di tangannya. Tidak, sepertinya tulangnya tidak patah. Seharusnya pukulan balok itu cukup untuk membuatnya patah tulang.

“Ya~! Siapa kau?” teriak namja yang memegangi tubuh Dara.

Dara segera membuka kedua matanya saat mendengar hal itu. Tepat di depannya, namja bertubuh kecil itu terkapar dan mengerang kesakitan di tanah. Tidak ada darah yang keluar dari tubuhnya, tetapi dia terlihat benar-benar kesakitan.

“Kwon Jiyong,”

Dan kedua mata Dara melebar saat melihat namja yang berdiri tak jauh di depannya. Keajaiban! Jiyong, dengan menampakkan seringainya berdiri di sana. Tangan kanannya mengganggam sebuah balok. Raut wajahnya terlihat sangat marah. Kedua matanya menatap tajam pada namja di samping Dara. Di belakangnya Yongbae berdiri dengan ekspresi yang tak jauh berbeda. Yongbae terlihat sedang sibuk menelpon dan sesaat kemudian dia telah memasukkan handphone-nya ke dalam saku.

“Polisi akan segera datang,” kata Yongbae.

Mw.. mwo?” tanya namja di sebelah Dara, “Po..polisi?”

Ne,” jawab Jiyong, “Wae?”

Namja itu tiba-tiba saja menarik tubuh Dara dan melingkarkan tangan kirinya di leher Dara. Tangan kanannya menggenggam sebuah pisau tajam yang entah sejak kapan telah dipegang olehnya, “Ja.. jangan panggil polisi,”

Jiyong dan Yongbae tidak bergeming.

“A.. atau aku akan menusukkan pisau ini padanya,” kata namja itu.

Jiyong menyeringai, “Tusukan saja,” katanya santai, “Setidaknya cukup untuk mengurangi populasi yeoja di dunia,”

MWO?” teriak Dara, “Ya~! KWON JIYONG!”

Apa yang baru saja dia katakan? Mengurangi populasi yeoja di dunia?

Jiyong terkekeh.

“Ya~! Jangan.. jangan bercanda denganku! Aku.. aku akan benar-benar menusukkannya pada yeoja ini,” kata namja itu.

Jiyong mengangguk.

“Kau!”

Namja itu telah bersiap menikamnya. Dara merasakan hal itu.

“Kau gila, KWON JIYONG!” teriak Dara. Dia kembali berteriak dan saat itu juga dia seolah telah melupakan ketakutannya dan hanya terfokus pada kemarahannya pada Jiyong. Namja gila itu!

BUKK!!

Namja di belakang Dara tiba-tiba saja terpental. Pisau yang diganggamnnya melayang dan mendarat di depan Jiyong. Jiyong membungkuk lalu mengambilnya.

“Pisau yang bagus,” gumam Jiyong.

Namja itu kini telah terkapar di lantai dan memandang ke belakang Dara dengan tatapan terkejut. Dara menoleh dan di belakangnya telah berdiri Yongbae yang sedang memegang sebuah balok dan meletakkannya di bahunya.

“Ingin mencoba merasakan pukulan balok ini?” tanya Yongbae.

Namja itu menggeng dengan cepat.

“Pergilah..,” kata Jiyong, “Sebelum aku melemparkan pisau ini padamu,” Jiyong memain-mainkan pisau itu di tangannya, “Dan jangan pernah muncul di hadapan kami lagi,”

JLEBB!

Jiyong telah melemparkan pisau yang digenggamnya dan pisau itu mendarat dengan tepat di sampingnamja itu. Menancap di tanah cukup dalam. Namja itu duduk gemetar di tempatnya. Menatap Jiyong dengan ekspresi ketakutan.

“Cepat!” desis Jiyong, matanya menatap tajam kedua namja itu.

Namja itu segera berdiri sambil membantu temannya dan berlari meninggalkan tempat itu. Mereka bertiga memandangi kedua namja itu sampai menghilang di salah satu tikungan.

Jiyong menoleh pada Dara lalu berjalan ke arahnya, “Gwenchanayo?” tanya Jiyong.

Dara mendongak dan menatapnya tajam, “Ya~! Apa maksud..-“

Kata-kata Dara terpotong karena begitu Jiyong berdiri di depannya dia langsung memeluk Dara dan menenggelamkan tubuh yeoja kecil itu di dalam depakannya.

“Syukurlah kau selamat,” gumam Jiyong.

“Ya~,” bisik Dara pelan. Dia tertegun mendengar ucapan Jiyong. Beberapa bulan mereka tidak bersama, tetapi semua waktu yang terbuang itu seolah telah hilang begitu Jiyong menenggelamkan dirinya di dalam pelukan hangatnya. Pelukan hangat yang masih terasa sama, menenangkan dan terasa begitu aman, “Nan.. gwenchana,”

Mereka saling berpelukan selama beberapa saat, melupakan namja lain yang saat itu juga berada di tempat itu bersama dengan mereka dan memilih untuk mengalihkan perhatiannya dari dua manusia yang sedang menguasai dunia mereka ini.

**

Dara, Jiyong, dan Yongbae berdiri di depan apartement Dara. Yongbae telah menekan tombol belapartement itu dan tak lama kemudian pintu apartement itu terbuka.

Eonni!” teriak Chaerin. Dia berdiri di ambang pintu dan segera menghambur memeluk Dara. Minzy dan Bom yang berdiri di belakangnya ikut berlari dan memeluk Dara.

Dara-ah, mianhae! Jeongmal mianhae! Aku telah meninggalkanmu di sana,” kata Bom.

Eonni,” kata Minzy di antara isak tangisnya.

Nan gwenchana,” kata Dara sambil mengusap punggung ketiga sahabatnya itu.

Minzy dan Chaerin melepaskan pelukan mereka dan kemudian Bom juga mengikuti. Dara tersenyum dan menghapus air mata yang mengalir di pipi Bom, “Gwenchanayo,”

“Mianhae,” kata Bom.

Dara tersenyum lalu menggeleng, “Aku selamat sampai di sini,” kata Dara, “Jadi jangan bersedih dan merasa bersalah, arraseo,”

Bom mengangguk.

**

Setelah mengantarkan Dara ke apartement-nya dan menjelaskan beberapa hal kepada Bom, Chaerin, dan Minzy, Jiyong dan Yongbae langsung masuk ke dalam apartement Jiyong. Seunghyun, Seungri, dan Daesung telah berada di tempat itu. Yongbae yang meminta mereka pindah ke apartement Jiyong dan memberti tahu mereka tentang kejadian yang baru saja terjadi.

“Dia baik-baik saja?” tanya Seungri saat Jiyong dan Yongbae melangkah memasuki apartement itu.

Ne,” jawab Jiyong.

Seungri menghembuskan napas lega. Mereka berjalan ke sofa, bergabung dengan Seunghyun dan Daesung.

“Jadi.. masih berlanjut?” tanya Seunghyun.

Jiyong menyandarkan tubuhnya di sofa, bernapas lega setelah melewati kejadian tadi, “Ne,” jawab Jiyong.

“Aku sudah memesan bunga-bunga dan dekorasinya,” kata Daesung.

“Jadi.. kapan?” tanya Yongbae.

Jiyong menegakkan tubuhnya, “Dua minggu… lagi?”

“Kau harus berbicara dengan Bom,” kata Seunghyun, “Dia pasti bisa membantu kita jika sudah berada di pihak kita,”

Jiyong mengangguk, “Arraseo,”

**

Dua minggu telah berlalu setelah kejadian mengerikan itu. Semua kembali seperti biasa. Bukan seperti biasa saat mereka masih bersama, tetapi seperti biasa seolah kejadian itu tidak pernah terjadi. Setelah kejadian itu, Jiyong langsung mengantarkannya pulang ke apartement. Sepanjang jalan menuju tempat itu, tak sedetikpun Jiyong melepaskan pelukannya. Dia terus mengeratkan pekukannya dan terus menggumamkan nama Dara. Seolah berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa yeoja itu saat ini telah aman di dekatnya.

Dara mendesah, sepertinya memang sudah tidak ada harapan lagi untuk mereka. Jiyong perlahan telah pergi menjauh darinya dan dia sendiri juga tidak bisa mendekat padanya. Seolah ada batas tak terlihat yang membuat mereka tak bisa bersama.

Sakit. Rasanya begitu sakit saat mengingat kenyataan itu. Kenyataan bahwa mereka tidak bisa bersama dan kenyataan bahwa mereka tidak ditakdirkan bersama. Wae? Wae? Wae? Kenapa mereka harus dipertemukan jika pada akhirnya mereka tidak bersama? Wae? Kenapa dialah yang berhasil menyembuhkan rasa ketakutannya, tetapi dia jugalah yang menghancurkan hatinya? Wae? Kenapa tidak pernah ada happy ending di kehidupan nyata? Wae? Kenapa dia harus kembali bertahan menjalani hidupnya seperti sebelum mereka saling bertemu? Wae? Wae? Wae?

Jika mereka bilang dunia itu tidak adil, sepertinya benar. Dan inilah salah satu bukti ketidakadilan itu, menyedihkan. Dara tersenyum, mencoba memperlihatkan senyumnya meski senyum itu kini terlihat seperti sebuah senyum yang menyedihkan.

Dara membuka pintu di depannya dan berjalan ke atap YG Building. Angin dingin langsung menyambutnya. Membuatnya sedikit menggigil dan langsung merapatkan jaket coklat yang dikenakannya. Dia melangkah ke tepi atap. Ke salah satu sisi pagar yang terdapat di atap itu.

Sekali lagi, seperti beberapa bulan sebelum ini. Dia selalu datang ke tempat ini saat dirinya benar-benar merindukan Jiyong. Terkadang dia hanya akan duduk diam atau kadang dia berteriak tidak jelas, meneriakkan semua isi hatinya. Meski dengan sangat yakin, namja itu tidak akan mendengarnya. Tidak akan!

Dara memejamkan matanya, membiarkan angin-angin dingin itu membelainya.

Once again, I miss you..,” bisik Dara. Dia menarik napasnya dan menghembuskannya lagi perlahan.

Kwon Jiyong. Entahlah bagaimana namja itu sekarang. Setiap malam, dia selalu berdiri di balkon kamarnya, berharap bisa melihat siluet namja itu dari balik jendela kamar namja itu yang bersebelahan dengan kamarnya. Tetapi namja itu tidak pernah pulang ke apartement-nya. Sepertinya. Setiap malam lampu di kamarnya tidak menyala dan tidak terdengar suara apapun dari apartement itu.

Bodoh! Kenapa dia harus memikirkan Jiyong lagi? Berkali-kali Dara mencoba membunuh perasaan itu dan berkali-kali pula perasaan itu muncul kembali dan semakin kuat. Dia adalah namja pertama dalam hidupnya.Sunsine for her life. Tetapi… sepertinya hal itu saat ini hanya khayalannya saja. Sekarang.. dia pasti telah bersama dengan yeoja itu, Ahn Sohee.

Memikirkannya saja benar-benar membuat hatinya sakit. Bagaimana jika dia melihatnya langsung? Bagaimana jika tiba-tiba dia menerima undangan pernikahan mereka? Andwae! Ani! Pergi! Pergi! Pikiran itu terlalu menakutkan dan mengerikan.

Dara menggoyang-goyangkan kakinya sambil memandangi langit yang membentang di depannya. Langit indah berwarna biru dengan awan-awan yang menggantung cantik di sana. Kenapa hidupnya tidak bisa seringan awan-awan itu? Kenapa hidupnya tidak bisa secerah langit biru itu? Entahlah.. terlalu.. rumit.

Pabo,” gumam Dara lalu tersenyum samar, “Sandara Park pabo!”

Jiyong pasti sudah bahagia dengannya. Tidak mungkin dia tidak bahagia. Yeoja secantik dan semanis itu, siapa yang tidak akan suka? Hanya orang-orang bodoh yang akan melewatkannya.

Dara mendesah. Perasaan ini terlalu menyakitnya. Sakit. Seolah semua ruang di dalam dadanya telah dipaksa keluar dan tak ada satupun yang tertinggal. Sakit. Seolah jantungnya telah diambil dengan paksa dan diremas dengan keras. Sakit. Sakit. Sakit.

Dara menatap pemandangan di depannya dengan tatapan menerawang.

Jiyong-ah..,” bisik Dara, “Bogoshipo..,” dia memainkan kuku jemarinya, “Jeongmal.. saranghamnida,”

“Nado,”

Dara mendongak saat mendengar suara itu.

Jiyong?

Dara dengan segera menggelengkan kepalanya.

Tidak mungkin! Kenapa dia ada di tempat ini. Pasti halusinasi!

Dara kembali menghembuskan napasnya lalu menundukkan kepalanya. Dia begitu merindukannya, sampai suaranya pun terdengar begitu nyata di telinganya. Seolah namja itu berdiri tepat di belakangnya.

Nado..,”

Suara itu kembali terdengar dan Dara kembali segera menggelengkan kepalanya beberapa kali dengan cepat.

Ani! Ani! Ani! Pasti hanya halusinasi,” gumam Dara.

“Ya~! Apanya yang halusinasi?”

Dara menoleh dengan cepat saat mendengar suara itu. Di belakangnya Jiyong berdiri sambil menggenggam seikat bunga mawar putih. Lima puluh? Enam puluh? Tidak! Sepertinya sekitar… mollayoo.. terlalu banyak. Dia mengenakan jeans biru bercampur dengan putih dan jaket berwarna kuning. Rambutnya di cat berwarna coklat dan dipotong sedikit lebih rapi.

Jiyong tersenyum sambil melambaikan tangannya, “Hi,” katanya lirih.

Hi,” jawab Dara sedikit ragu.

Dan Dara semakin terkejut saat melihat dekorasi tempat itu. Dia benar-benar tidak menyadarinya saat memasuki tempat itu tadi. Banyak sekali bunga mawar merah dan putih yang ditata secara acak di lantai atap itu. Semuanya disulap seolah lantai itu terbuat dari bunga mawar. Dekorasinya benar-benar cantik.

“A.. apa yang baru saja kau katakan?” tanya Dara.

Jiyong berjalan mendekat ke arahnya sambil memegangi bunga mawar putih itu. Jiyong tersenyum, “Nado.. nan jeongmal saranghamnida,” katanya. Dia memberikan bunga mawar itu pada Dara.

Dara menghirup bunga mawar itu, “Harum,” gumamnya.

Jiyong tersenyum di depannya. Dia memasukkan tangannya di dalam saku celananya lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah.

Dara-ah,” panggil Jiyong. Dara mendongak. Jiyong tiba-tiba saja berlutut di depannya, “Seratus delapan tangkai bunga mawar putih. Mawar putih yang melambangkan cinta yang abadi dan seratus delapan tangkai..,” Jiyong menggantungkan kata-katanya. Dia mendongak dan menatap kedua mata Dara.

Dara benar-benar merasa berdebar-debar. Melihat namja yang begitu tampan di depannya ini dan mendengar pengakuan mengejutkan namja ini. Jantungnya terasa ingin keluar dari dalam rongga dadanya. Dan perutnya bergejolak dengan tidak nyaman. Kedua mata itu.. kedua mata coklat itu menatapnya penuh dengan rasa kerinduan.

Will you marry me?” tanya Jiyong lirih. Dia membuka kotak merah berlapis beludru yang digenggamnya dan di dalamnya terdapat sebuah cincin emas dengan ukiran-ukiran yang cantik di sekelilingnya. Sebuah berlian menghiasi cincin itu dan membuatnya terlihat semakin indah.

Ji.. jiyong-ah,” kata Dara. Dia menunduk sambil memeluk rangkaian mawar putih di tangannya. Dia.. dia sangat bahagia saat mendengar kata-kata itu dan di saat yang bersamaan dia juga merasakan sedih yang begitu mendalam, “Aku.. aku tidak bisa..,” kata Dara.

W.. wae?” kata Jiyong, terkejut dengan jawaban Dara.

Dara mendongak dan menatap kedua mata Jiyong. Dia menggeleng. Kemudian dia mendekat ke arah Jiyong dan meletakkan bunga mawar putih itu di lantai di depan Jiyong lalu segera berlari meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Jiyong yang masih membeku di posisinya.

 

 

to be continue ..


see you next time!

©2012Littlesun

Please read, like, and comments! 😀


Hello gengs! Maaf atas keterlambatan parah untuk re-post ff ini.
Fyi, setiap kali OL aku suka  lupa dan kadang kalo ingat aku punya waktu dikit depan laptop T-T
Anyway ini bukan ff terakhir yah karena masih ada satu chapter lagi (semacam part 2 dari ep 10)
p.s : terimaksih yg udah selalu ingetin aku ntah itu di bbm dan juga di line, dan aku suka balas iya secepatnya padahal suka pelupa akut.

17 thoughts on “My Lovely PRETTY BOY : 010

  1. dah kangn ma ff nie ..
    d.awal ff d.suguhin cerita rinrin couple ..lucu mrreka ..
    ttu knpa dara unie lari ??
    ji ppa jgn patah smbngat .kejar trus cinta dara unie ..
    d.tunggu next.a unie …

  2. akhirnya setelah sekian lama diupdate jga gomawo thor….. 🙂
    aku kira ini chap terakhir……gk nyangka bgt tbc nya…wae dara gk nerima lamarannya ji wae wae wae….aarrggghhhhhh
    next chap thor fighting…. 😉

  3. Duh aku agak agak lupa jalan ceritanya soalnya lama bgt gak update.
    Suka banget chapter ini panjang banget, bacanya amoe dipotong potong karna lagi banyak kerjaan. Anyway suka banget sama ff ini, tapi kenapa Daranya harus lari ya? Apa yang bakal Dara lakuin? Penasaran banget 😄😄😄

  4. Agak lupa sama crtanya krna sking lama di update kkkk tpi stlah baca2 ingetlahhh kkkkk waeee???knpa dara nolak jiyong?:( bukannya dara juga msh suka sama jii:(

Leave a comment