The Couple Next Door [Chapter 9] : His Possession (Slightly Rated M)

author      : silentapathy
source      : TCND on AFF
indotrans : dillatiffa

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

 

“Hyung.” Jiyong mencolek lengan TOP.

“Oh diamlah, aku gugup!”

 

“Kamu sampai keringatan begitu.” Ujar Jiyong sambil mengelap keringat TOP dengan saputangannya.

“Yah! Minggir! Kamu ini pendamping mempelai pria, bukan wanita penghibur!”

 

“Aisht, masih saja pemarah! Aku penasaran bagaimana nanti noona akan berurusan denganmu.”

 

Keduanya berdiri gagah menunggu di prosesi berjalan di altar. TOP terus saja mengusap peluh di keningnya, menunggu penuh antisipasi kedatangan mempelainya.

Inilah. Saatnya telah tiba.

Satu per satu para pendamping mempelai berjalan – CL dengan Seungri, Minzy dengan Daesung, Krystal dengan Yongbae, dan Dara yang diiringi oleh anak-anak kecil.

Gereja dihias dalam bunga mawar dan tulip sehingga menimbulkan nuansa pink lembut. Selain itu, semuanya ditutup dengan warna putih. Seolah tempat itu sudah menjelma menjadi surga.

Dan Bom seperti dewi dalam gaun putihnya, didampingi oleh sang kakek yang tengah berbangga.

Pernikahan itu diselenggarakan dengan megah, kakek Park yang memaksakan itu. Menurutnya, cucunya layak mendapatkan pernikahan yang megah dan TOP serta keluarganya langsung menuruti. Alah satu perusahaan media dipercaya untuk mengabadikan seluruh prosesi upacara sekaligus dengan pesta resepsi setelahnya. Para tamu undangan merupakan orang-orang penting. Orang-orang terkenal. Semuanya berasal dari kalangan atas, sebagaimana keluarga Park berasal.

Bom tidak bisa mencegah pipinya merona merah, matanya berkaca-kaca dengan air mata haru dan penuh harap akan fase baru dalam hidupnya… Kehidupan mereka yang akan segera kedatangan keidupan baru yang sekarang sedang berada di janinnya. Dengan lembut dia mengelus perutnya yang masih rata dan tersenyum membiarkan air matanya mengalir.

“Siapa yang memberikan ijin kepada mempelai pria dalam pernikahan ini?” tanya pendeta begitu Bom dan kakek Park sampai di altar.

“Aku yang mengijinkannya.” Orang tua itu berkata sebelum berbalik menatap TOP.

“H-h-arabeoji…” TOP merasa suaranya sedikit bergetar. Perasaannya campur aduk. Dia tidak pernah membayangkan akan jadi begini rasanya.

Sang kakek tua tersenyum sambil menggenggam tangan TOP. “Aku tidak perlu mengancammu sekali lagi, anak muda. Cucuku ini sangat berharga. Kamu tahu kan, apa yang sanggup kulakukan. Apa sudah jelas?”

 

“Harabeoji!” rengek Bom membuat kakeknya tertawa.

“Hanya bercanda. Aku mempercayakannya padamu, Suenghyun. Pastikan kamu memperlakukannya dengan baik.”

 

“Harabeoji… dia lebih berarti dibandingkan dengan diriku sendiri. Mereka adalah hidupku sekarang.” Jawab TOP dengan suara dalam dan matanya menatap pasti. Bom semakin tidak bisa menghentikan tangisannya. Kakek tua itu kemudian mencium kedua pipi Bom sebelum akhirnya menyerahkannya pada TOP, menyatukan tangan mereka.

Dara kemudian beranjak ke sisi Bom dan sang mempelai langsung menyerahkan karangan bunga padanya. Jiyong memandang wajah tenang Dara dengan bersemangat. Gadisnya itu mengenakan gaun berwarna biru royal, motifnya dipilihkan langsung oleh Bom. Dia terlihat sangat cantik dan Jiyong hanya bisa berharap dirinya bisa memberikan pernikahan semegah ini secepatnya. Ahhh… Jika saja dia berasal dari keluarga berada, mungkin, dia sudah ikut menikah bersama dengan pasangan ini.

“Para teman dan keluarga, kita semua berkumpul disini, hari ini, untuk menjadi saksi dan merayakan penyatuan Bom dan Seunghyun dalam ikatan pernikahan. Melewati hidup bersama, mereka sadar bahwa mimpi, harapan, dan tujuan masing-masing dari mereka akan lebih  mudah tercapai dan lebih bermakna jika mereka berusaha secara bersama-sama, dilandasi dengan cinta, komitmen, dan keluarga, sehingga mereka akhirnya memutuskan untuk hidup bersama sebagai pasangan suami istri.”

 

 

Dara merasakan kupu-kupu berterbangan dalam perutnya. Dia bukan mempelai wanita, benar, tapi dia merasa sennag dan membayangkan bagaimana rasanya jika dia yang berada di altar. Dia melirik kearah Jiyong. Bukannya dia tidak sabar. Dia tahu, mereka baru menjalin hubungan baru selama beberapa bulan saja, namun dia terus bertambah tua. Sementara Jiyong masih muda… Mungkinkah itu alasannya?

Atau mungkin ini salahnya sendiri? Haruskah dia melangkah lebih jauh? Tapi dia sudah memberikan hartanya yang paling berharga sebagai seorang wanita kepada pria itu.

Pertanyaan bermunculan di kepalanya, sementara prosesi terus berlangsung. Mungkin dirinya perlu berusaha lebih keras dalam hubungan mereka ini. Jiyong lah yang selama ini melakukan banyak hal untuk hubungan mereka sejak pertama. Dirinya perlu melakukan lebih.

“Cinta tidak membutuhkan hasrat selain melengkapi cinta itu sendiri. Tapi jika cinta dan kebutuhanmu membutuhkan hasrat, maka gantilah menjadi: Aliran melodi nyanyian sungai kecil pada malam hari. Memahami makna sakit dari terlalu banyak kelembutan. Terluka karena ketidakpahaman akan cinta; dan bersedia dengan senang hati untuk berkorban. Terbangun di pagi hari dengan hati yang lapang dan berterimakasihlah atas hari-hari yang dipenuhi cinta. Beristirahat dikala malam dan merenungkan hakikat cinta: yaitu untuk kembali pulang saat senja datang dengan penuh rasa syukur; lalu tertidur dengan memandang orang terkasih di hatimu dan menyanyikan lagu cinta.”

 

 

Dara membantu Bom dengan gauunya. Untungnya dia masih sadar dan tidak mau mencelakakan Bom dengan membuatnya menginjak gaun panjangnya dengan bayi didalam kandungannya. Bom dan TOP berdiri saling hadap, mempersiapkan sumpah mereka.

Para pemuda itu hanya bisa berdoa untuk hyung mereka. Sungguh, pria satu itu punya masalah dengan memori otaknya tentang sumpahnya untuk sang mempelai wanita. Semalam Jiyong bahkan ditelpon untuk mendengarkan isi sumpah yang akan dia sampaikan pagi ini, karena TOP terkena insomnia mendadak.

“Seunghyun, dihadapan semua keluarga dan teman-teman kita sekarang, dengan rahmat Tuhan, aku berjanji padamu cintaku, untuk mengantarkanmu hingga pintu setiap hari dengan sebuah ciuman dan janji bahwa aku akan menunggumu sampai kamu tidur disebelahku saat malam; untuk belajar mengerti dan memahami setiap kekuranganmu dan membantumu memperbaikinya; untuk tetap berada disisimu saat lapang dan sempit, dalam suka dan duka; dan untuk menghargai hari ini hingga akhir hidup kita. Aku berjanji untuk menatapmu dengan penuh cinta hingga akhir nafasku.” Kata Bom dengan linangan air mata di wajahnya. Para undangan juga mengusap air mata mereka – tidak sebanyak tiga gadis didepan yang menangis penuh haru, sang pendeta hanya bisa menatap ketiganya penuh arti.

“T-t-api… itu tadi… aaaaah!!! Itu manis sekali!” kata Minzy terus-terusan menghapus air matanya.

“Aku tahu… Aku tahu…” timpal Krystal.

“Yah berhenti menangis… Make-up kalian!” CL memarahi keduanya.

Semua perhatian beralih pada TOP. Semuanya diam saat TOP berdeham sebelum mulai berbicara. Dia membuka mulut namun langsung menutupnya lagi saat tidak ada satu kata pun yang terucap. Dia mencoba berulang kali namun gagal. Dia hanya bisa mengusap peluh di keningnya.

Jiyong melihat hyung-nya mengalami kesulitan berbicara. Suara bisik-bisik mulai terdengar dari beberapa orang karena merasa tidak sabar menanti pengucapan sumpahnya. Para cameramen dan fotografer sudah siap menanti apa yang akan terjadi. Dan Jiyong, sebagai satu-satunya orang yang pernah mendengar isi sumpah TOP, memeras otak mencoba mengingat baris pertamanya. Mungkin itu bisa membantu ingatan hyung-nya.

“Yah!!! Bom! Aku mendaklarasikan cintaku padamu, cinta yang tak akan pernah goyah, dasar pabo!” bisik Jiyong frustasi.

“Bom aku mendeklarasikan cintaku yang teguh padamu, dasar pab-o…” TOP menutup mulutnya horror begitu menyadari ucapannya.

[GASP]

 

 

Semua orang terkesiap. Cameramen kembali memfilmkan prosesi dan fotografer mengabadikan sumpah pernikahan paling ajaib yang pernah mereka saksikan.

“A-a-apa?” Bom menutup mulutnya dengan rasa tidak percaya.

“Yah CHOI SEUNGHYUN!!!” suara Teddy menggelegar dan Jiyong hanya merinding ketakutan sementara Se7en dan Joongkin mencoba menahan lengan Teddy. “LEPASKAN AKU!!!”

 

“T-t-unggu!!!” TOP memejamkan mata menelan rasa malu. Tapi tidak… Dia harus menyelamatkan upacara pernikahannya ke jalur yang benar.

“Bommie-yah… Aku bermaksud untuk mengingat sumpah yang paling sempurna yang bisa kukatakan padamu hari ini tapi aku gagal melakukannya. Aku merasa sangat gugup sekarang, sampai-sampai aku sama sekali tidak bisa mengingatnya.” Jelas TOP membuat pendeta dihadapan mereka tertawa. “Bapa, bisakah kita mengulanginya lagi?”

 

Pendeta itu hanya mengangguk dan menyerahkan mikrofon kepada TOP.

“Saya… Saya minta maaf soal tadi… Itu tadi… hanya salah paham.” Katanya penuh penyesalan. “Aku tidak bisa berkata-kata dengan baik… bisakah aku menyanyikan sesuatu untuk mempelaiku tercinta?”

 

 

Sejenak TOP ragu. Pada dasarnya dia memang tidak bisa berkata-kata dengan baik. Dia bersikap diam, tenang, dan cool, tapi pria sepertinya juga bisa merasa gugup terlebih pada saat seperti ini. Perlahan dia memejamkan mata begitu Bom menganggukkan kepala dan sambil menggenggam tangannya, TOP mulai bernyanyi secara acapella.

“I am amazed when I look at you… I see you smiling back at me, it’s like all my dream come true.

I am afraid if I lost you girl.

I’d fall through the cracks and lose my track in this crazy lonely word.

 

Sometimes it’s do hard to believe when the nights can be so long.

And faith gave the strength and kept me holding on.

 

You are the love of my life, and I’m so glad you found me.

You are the love of my life, baby put your arms around me.

I guess this is how it feels when you finally find something real.

My angel in the night you are my love… the love of my life…”

 

==========

“F*CK YOU, Jiyong! Ingatkan aku untuk membunuhmu setelah kami pulang dari bulan madu!” bentak TOP marah begitu mereka bertemu di pesta resepsi. Upacara pernikahan berjalan lancar setelah TOP menyanyikan isi hatinya melalui sebuah lagu. Para tamu undangan berkaca-kaca karena haru dan tertawa gembira begitu keduanya mengumumkan mereka akan segera memiliki momongan.

“Aku minta maaf hyung! Aku hanya berusaha untuk membantu!”

 

“Membantu apanya?! Dasar bodoh! Kamu membuatku sangat malu tadi! Untung saja Bom tidak begitu menanggapi soal itu kalau tidak tamat riwayat kita!”

 

Yongbae, Daesung, dan Seungri menertawakan keduanya sementara Jiyong merasa sangat bersalah. Dia tidak menyangka TOP akan sebodoh itu mengulangi semua perkataannya tanpa berpikir, tapi dia tidak mau membantah. Dia tahu mala mini TOP lah rajanya, jadi dia membiarkannya begitu saja. Dia menggelengkan kepala dan berdiri dari tempat duduknya untuk mencoba menemukan Dara.

“Bagaimana kabarmu dan Jiyong?” Hyunsuk bertanya kepada putrinya.

“K-k-ami baik-baik saja appa.” Katanya sambil tersenyum sopan.

“Aigoo… Apa kalian sudah akan segera menyusul mereka?” tanya Eunju lebih lanjut.

“Aisht Eunju-yah, kita sudah membahas soal ini. Jangan paksa anak-anak!”

 

“Yah, tapi Dara tidak akan bertambah muda! Aku ingin melihat Dara kecil dan Jiyong kecil berlarian di rumah kita!”

 

“Aigoo… Yeobo-yah, sabar neh? Aku yakin Jiyong sudah merencanakan masa depan mereka. Benar kan, sweetheart?” Hyunsuk bertanya pada Dara dan gadis itu hanya bisa mengangguk sambil tersenyum sungkan. Kenapa topic ini harus kembali dibahas?

Merasa tidak nyaman dengan topic pembicaraan mereka, akhirnya Dara berdiri dan mengundurkan diri. “Permisi, omma, appa. Aku akan mencari Jiyong dulu.”

 

“Oh tentu. Bawa dia kemari! Aku perlu bicara padanya.” Kata Hyunsuk.

==========

Dara POV

 

Mereka bilang jika sesuatu memang dimaksudkan untuk terjadi, maka itu akan mengalir begitu saja…

 

 

Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Jiyong… Aku tidak pernah menyangka akan ada orang yang mencintaiku… Tapi dia datang dan membuatku merasa dicintai dan dibutuhkan. Kurasa itulah cara terbaik untuk menjagaku tetap sadar… Aku bisa berpikir demikian.

 

Dia sempurna… Mungkin akulah yang memiliki kekurangan. Aku perlu menunjukkan padanya, bahwa aku siap. Mungkin dengan begitu dia akan melamarku. Aku tertawa memikirkan hal itu. Dan siapa peduli jika aku terlihat seperti orang gila sekarang? Lagi pula aku sendirian… Berdiri sendirian di balkon sementara didalam sana pesta resepsi pernikahan Bom dan TOP sedang digelar.

 

 

Aku merinding saat angin dingin bertiup dan menyentuh kulitku. Tapi dinginnya terasa menenagkan. Aku membiarkan bahuku yang tidak tertutupi apapun disentuh angin, menenangkanku dari rasa frustasi dan membantuku berpikiran waras.

 

 

“Hoodie hup!!!” aku terkejut saat merasakan ada yang jatuh di kepalaku hingga menutupi tubuhku, aku tidak periu melihat siapa yang melakukannya.

 

Aisht! Lagi-lagi itu Joongki oppa.

 

“A-a-pa yang kamu lakukan disini?” tanyaku sambil melepas mantelnya dan mengembalikannya padanya.

 

“Kenapa? Memangnya tempat ini milikmu? Aku ingin menghirup udara segar. Terlalu ramai didalam. Lagi pula, aku lelah karena ibu-ibu tua didalam sana terus memperkenalkanku pada putrid-putri mereka.”

 

“Pscht… Dasar sombong.” Kataku berbalik memunggunginya.

 

“Pakai ini, disini dingin,” katanya sambil memakaikan mantelnya di tubuhku. Aku menolak tapi dia memaksa dengan tatapan matanya dan aku yang lemah dalam hal itu akhirnya mengalah.

 

“Hei, apa kamu besok ada waktu?”

 

“Nope… Aku punya rapat penting untuk kuhadiri… Dengan CL juga. Terlebih Bom akan mengambil cuti jadi aku harus melakukan pekerjaan ekstra. Dan—“

 

“Yah yah yah!” dia menyuruhku diam dengan meletakkan jari telunjukkan di bibirku. “Jawab saja dengan ya atau tidak! Kamu membuatku merasa bersalah dengan semua alasanmu itu!”

 

Aku mendelik sebelum menginjak kakinya dan menepis tangannya.

 

“OUCH! YAH!!!”

 

“Pertama, aku tidak sedang membuat alasan. Kedua, aku sudah menjawab ‘nope’. Aku tidak ada waktu besok.”

 

“Yah, kenapa kamu jadi seperti ini?” tanyanya sambil menggosok-gosok kakinya.

 

“Apanya?”

 

“Kamu seperti punya dendam padaku.”

 

“Ani! Kenapa aku harus punya dendam? Jangan berpikir berlebihan oppa.”

 

“Apa karena aku kembali?”

 

Oh yeah… itu hanya salah satunya. Aku merasa putus asa berbicara padanya jadi aku hanya menutup mulut rapat-rapat dan memejamkan mata.

 

“Atau karena saat aku pergi aku tidak berpamitan padamu?”

 

Okay, itu dia.

 

“Oppa, itu terjadi sudah lama sekali. Itu bukan masalah lagi, oke?” bentakku padanya sambil menyilangkan lengan dan menatap kedepan.

 

Aku menunggu jawaban darinya, tapi dia tidak mengatakan apapun. Aku menoleh dan memandangnya dan aku melihatnya menatapku dengan seksama, aku bisa melelah karena pandangannya itu.

 

“Itu sudah lama sekali… benar.” Katanya dengan senyuman, namun matanya berkata lain. Aku tidak ahli membaca seseorang tapi tidak butuh seorang ahli untuk melihat bahwa ada kekecewaan di matanya.

 

“Oppa…” aku berjalan mendekatinya dan mencoba melihat apakah aku benar dengan menatapnya langsung.

 

“Apa oppa sudah sangat terlambay?” tanyanya tapi aku tidak mengerti apa maksudnya. Aku memiringkan kepala tapi dia hanya tertawa dan mengalihkan pandangan. Aku terkejut saat dia kembali menatapku dan mencubit kedua pipiku.

 

“AAACCCK OPPA!” teriakku.

 

 

 

“Hyung…” kami berdua terkejut saat mendengar suara yang sudah tidak asing lagi bagiku. Aku menyingkirkan tangan Joongki oppa dari pipiku dan menoleh melihat arah asal suara, dan aku benar. Tidak… aku tidak mungkin salah.

 

“J-iyong…” panggilku namun wajahnya blank dan suram, tidak menunjukkan emosi apapun.

 

“Dari tadi aku mencarimu,” katanya padaku tapi dia sudah mengalihkan pandangan pada Joongki oppa.

 

“Hei, Jiyong,”

 

“Apa yang kamu lakukan padanya?” tanyanya to the point dan aku hanya bisa memegang lengan kirinya.

 

“Kami hanya saling ngobrol.” Jelasku tapi dia sama sekali tidak mau menatapku.

 

Aku menatap Joongki oppa, tapi dia hanya menyeringai. “Kami hanya melakukan seperti apa yang sudah kamu lihat. Kenapa? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?”

 

Jiyong mendelik marah dan aku langsung benci perasaan ini. Aku sama sekali tidak berpikir ada yang salah dengan apa yang kami lakukan… dia hanya mencubit pipiku, apa itu salah?

 

“Ji…”

 

“Kami selalu seperti ini sebelumnya, jadi aku tidak berpikir ada yang salah.”

 

“Oppa. Hentikan… Dia bisa salah paham.”

 

 

“Oke, kalau begitu. Aku memang salah paham. Lanjutkan saja apa yang tadi kalian lakukan. Permisi.

 

 

Oh Tuhan… kenapa dia jadi seperti ini?

 

“Oppa, maafkan aku.” Kataku pada Joongki oppa sebelum berlari menyusul Jiyong.

 

==========

“Jiyong…” Dara memanggil Jiyong untuk kesekian kalinya tapi pria itu tidak mau menatapnya. Dia terus saja mengisap rokoknya sebelum membuang puntungnya, diinjak, lalu mengambil yang baru lagi.. namun sebelum dia bisa bisa menyalakan rokoknya, Dara merebutnya dan langsung mematahkannya dan membuangnya entah kemana.

“Aku… Aku… Yah… Sudah kubilang untuk berhenti merokok, terlebih didepanku.”

 

“Masuklah kedalam.” Katanya singkat.

“Jiyong! Ada apa denganmu?” tanya Dara, suaranye maninggi. Inilah bagian terburuk saat pria itu marah. Dia tidak mau bicara apapun. Dan itu membuat Dara merasa sangat frustasi.

“Tidak ada apa-apa… Ayo ma—“

 

“TIDAK…”

 

“Dara… kubilang tidak ada apa-apa. Jangan bertanya pertanyaan yang sama terus-terusan.”

 

Mulut Dara terbuka lebar mendengar Jiyong bicara seperti itu padanya.

“Kenapa kamu jadi seperti ini? Apa yang kulakukan kali ini?” tanya Dara mencoba mengontrol suaranya agar tidak pecah.

Jiyong mengacak rambutnya dan berbalik. “Ayo pulang.”

 

“Yah!”

 

“Kamu tidak mau masuk kedalam, kalau begitu ayo pulang.” Katanya sambil mendorong Dara masuk kedalam mobil.

==========

“Dimana Dara dan Jiyong?” tanya Bom.

“Omo. Mereka tidak berpamitan padamu unnie? Aku melihat Jiyong oppa keluar dan Dara unnie mengikuti dibelakangnya.” Jawab CL.

“Aigoo, aku juga melihat Jiyong oppa. Dia terlihat mara. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada mereka berdua.” Tambah Minzy.

Bom berdiri dan mencoba mencari tahu pada yang lain, namun hasilnya sama saja.

“Aisht, apa yang terjadi pada mereka berdua?” ujar Bom sambil memiringkan kepalanya.

“Omo! Mungkin mereka bertengkar!” kata Seungri.

“Siapa yang bertengkar?” tanya Hyunsuk mendengar perkataan Seungri dan yang lainnya hanya bisa menutup wajah mereka dengan tangan.

==========

“Kamu tahu apa masalahmu? Saat kamu jengkel, kesal, atau marah kamu akan menutup diri dan bahkan aku pun tidak bisa masuk!” Dara tidak bisa menahannya lagi. Jiyong selalu bersikap seperti ini begitu dia marah.

“Cukup.” Kata Jiyong sambil melepas dasinya.

“Tidak. Kenapa kamu tidak mau bicara kepadaku? Kenapa kita tidak bisa membicarakan bersama-sama? Kamu tidak ingin masalahmu terselesaikan?”

 

“Ahjumma, kumohon. Hentikan.” Katanya menatap Dara.

Dara menggigit bibirnya dan mencoba mengontrol air matanya tapi gagal. Pria itu masih enggan terbuka padanya.

Dara mencoba memikirkan berjuta cara bagaimana untuk menangkan Jiyong dan hanya satu yang bisa dia pikirkan.

Dengan cepat, dia menghampiri Jiyong dan menarik paksa lehernya hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Dara memejamkan mata sebelum berjinjit untuk meraih bibir prianya. Mata Jiyong terbelalak terkejut.

[KIDS, KEEP AWAY PLEASE!!!]

Dara menciumnya kasar. Dia sungguh merasa frustasi. Dia bermasalah. Dan dia tidak mengerti apa yang yang ada didalam kepala pria ini. Tapi dia tidak mau menyerah. Dara mencium Jiyong hingga pria itu menyerah, dan tak seberapa lama dia memeluk pinggang rampingnya. Jemarinya bergerak di rambut Jiyong dan menjilat bibir pria itu, mencari jalan masuk dan Jiyong dengan cepat menerima perintahnya. Lidah mereka bertemu dan Jiyong hanya bisa melenguh keras merasakan sisi dominan dari gadisnya. Mereka berdua beradu untuk saling mendominasi. Jiyong melawan dengan sepenuh hati dan menyesap lidah manis gadisnya seolah itu adalah permen.

 

“Katakan padaku apa masalahmu Jiyong.” Pinta Dara sambil mendorong Jiyong kedinding. Dia mencoba menarik gadis itu kearahnya lagi untuk ciuman yang lain namun Dara minggir.

 

“Baby…”

 

“Sekarang kamu memanggilku baby. Kamu pikir aku tidak akan sadar? Memanggilku ahjumma dan Dara saat kamu sedang marah.” Bentaknya.

 

Jiyong ternganga. Apa gadis ini sedang mempelajarinya?

 

 

“Katakan padaku…” katanya sambil tersipu menatap langsung mata Jiyong sementara tangannya bergerak membuka kancing kemeja pria itu. Jiyong hanya bisa menggingit bibir melihat gadisnya terlihat bagitu seksi saat melakukan hal ini.

 

“Baby kumohon.” Kata Jiyong berusaha meraihnya namun gadis itu bergerak dengan cepat,

 

“S-s-ekarang kamu memohon…” katanya dengan mata menyipit.

 

“Dara-yaaaaaah!” Jiyong mendesah saat Dara menciumi dagu hingga lehernya. Mengambil kesempatan itu, Jiyong meraih tubuh Dara dan gadis itu serta merta langsung memeluk pinggang pria itu dengan kakinya. Merasakan ada bagian tubuh pria itu yang mengeras, mata Dara langsung terbuka lebar – akhirnya menyadari bahwa kali ini dia sudah terlalu jauh melangkah. Dia langsung menarik dari Jiyong tapi pria itu sudah membawanya ke ranjang.

 

 

“J-j-iyong turunkan aku! Kamu belum mengatakan apapun!”

 

“Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan bay…” katanya dengan nafas tidak teratur.

 

“Y-y-ah!” Dara memukul lengan Jiyong.

 

“Kamu yang memulai ini, jagiya… paling tidak kamu harus menyelesaikannya… Atau biarkan aku yang melakukannya.”

 

“Hentikan itu Jiyong! Kita seharusnya membicarakan masalah kita! Kita harus menyelesaikannya dulu!”

 

 

“Aku cemburu d*mn*t!” kata Jiyong sambil menahan Dara diatas ranjang.

 

“Aku tidak mau ada pria lain menyentuhmu dan menatapmu dengan cara yang hanya boleh kulakukan! Aku tidak ingin kamu membuat pria lain tertawa seperti cara yang kamu lakukan padaku. Katakana aku ini egois, aku tidak peduli! Ini semua salahmu jagiya, kamu menjadikanku seperti ini!” kata Jiyong yang sekarang berada di atas Dara membuat gadis itu merinding.

 

“Sekarang kalau boleh aku melakukannya.” Katanya sambil merunduk dan menjilati telinga Dara.

 

“Aku… Aku… Aku belum membeli pil…” dia mencoba memperingatkan Jiyong.

 

“Lalu?”

 

“Kita tidak aman…”

 

“Dan?”

 

“J-j-iyong…”

 

“Kamu ini milikku baby… Hanya milikku…”

 

 

==========

……………………………………………………………..

Tbc…

<< Back Next >>

58 thoughts on “The Couple Next Door [Chapter 9] : His Possession (Slightly Rated M)

Leave a comment