Witchlove~Keputusan yang menyebalkan #1

witch

^^Happy Reading^^

Pagi ini hari pertama Dara tanpa Eomma dan Appanya, ia bangun dengan malas karena semalaman  menonton tv hingga dini hari, dan itu membuatnya jadi kurang tidur.

“Aigo…seharusnya aku tetap mematuhi aturan Eomma, tidurlah sebelum jam 10 malam. Aku benar-benar masih ngantuk sekarang.”….”Hoooaaaaaam.” Dengan langkah lesu ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hannyoung High School

“Dara, sepertinya kau kurang tidur?” Tanya Bom saat melihat Dara yang baru datang.

“Begitulah.” Jawab Dara singkat, melipatkan kedua tangannnya dimeja dan menidurkan kepalanya disana.

“Orang Tuamu jadi pergi ke Amerika?” Tanya CL yang kini menarik kursi dan duduk dengan tenang disebelahnya.

“Iya…kemarin.” Jawab Dara mau tak mau kembali mendongakkan kepalanya.

“Waaaaaaaaaaaaahhh, kalau begitu kau sudah bisa keluar malam sekarang? Kan tidak akan ada lagi yang melarangmu, Dara?” Tanya Bom bersemangat, yeah…sudah lama ia menginginkan Dara bisa ikut dengannya untuk pergi ke club dan bersenang-senang.

“Omo, kau benar Bom.” Jawab Dara mulai kembali bersemangat.

“Yeah…kalau begitu apakah kita akan merayakan kebebasanmu malam ini, Dara?” Tanya CL mengembangkan senyum nakalnya.

“Hohoho, let’s go…aku akan ikut bersenang-senang dengan kalian malam ini.”

Dan tepat saat itu pintu kelas mereka terbuka….pekikkan-pekikkan kecil dari para yeoja mulai terdengar.

“Eh…lihat, dia datang.”

“Kyaaaaaaaaa….Kwon Jiyong.”

“Omo, pangeran kelas kita.”

Dan lain sebagainya….

Itu membuat Dara hanya bisa mendesah….

“Mwo? Kalau dipikir-pikir apa yang menarik dari dia sih? Sikapnya yang dingin, itu memuakkan!” Ucap Dara pada kedua temannya, tapi ia terkejut saat kedua temannya sudah tak berada disisinya…”Cih, ternyata mereka sama saja.” Batin Dara saat mendapati sahabat-sahabatnya itu sudah ikut bergabung bersama yeoja-yeoja yang lainnya mengerumuni seorang Kwon Jiyong. Namja yang tak banyak bicara, dan terlihat selalu tenang…wajahnya yang tampan dan keahliannya diberbagai bidang membuatnya menjadi namja yang paling populer di Hannyoung High School, ditambah lagi ia kaya…dan merupakan satu-satunya penerus dari keluarga Kwon.

Gom se-mari-ga…Han ji-be isseo…Appa gom, omma gom, ae-gi gom..’

Lagu 3 beruang berbunyi dari ponsel Dara, ia sangat suka lagu itu hingga menjadikan nada dering disetiap panggilan yang masuk…

“Mwo? Eomma?” Gumannya saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya…iapun dengan menerima panggilan yang masuk itu.

“Yeobseyo.”

‘Aigo..chagiya, Eomma merindukanmu.’

“Aku juga merindukan Eomma.”

‘Ah…ne, bagaimana…kau mampukan hidup sendiri?’

“Ne…tentu saja Eomma, walaupun aku merasa sedikit kesepian.”

‘Kau kesepian? Sudah kami duga…kami akan mengirimkan seseorang untuk menemanimu.’

“Mwo? Benarkah?”

‘Ne…barusan Appamu menelpon temannya, dan kebetulan temannya itu juga akan pergi ke luar negeri untuk mengurus bisnisnya hingga ia harus meninggalkan anak tunggalnya sendirian. Jadi karena yang kami tahu kalian itu seumuran mungkin lebih baik jika kalian dapat tinggal bersama sementara waktu sampai kami kembali. Dan yang mama dengar anak itu akan tiba nanti malam…jadi sambut dia dengan baik ya, Dara. Ah…Eomma harus pergi sekarang. Jaga diri baik-baik..Ok?’

“Tapi Eomma-“

Tut..tut..tut

Sambungan telah terputus, Dara hanya dapat memandang ponselnya dengan kembali mencerna apa yang Eommanya katakan.

“Bukankah itu artinya aku tidak akan tinggal sendiri? Bagaimana kalau anak itu merepotkan? Bukankah aku tidak mengenal ia sebelumnya? Kami seumuran? Tapi bagaimana kalau ia tipe pengadu atau sejenisnya? Dan yang lebih penting….ia yeoja atau namja?” Pertanyaan-pertanyaan itu secara bergantian bermunculan dipikiran Dara.

“Omo…lalu bagaimana malam perayaan kebebasanku malam ini? Bukankah itu artinya aku harus membatalkannya? Arrrrghhhhh…menyebalkan.” Gerutu Dara kesal.

——

Malamnya di Apartemen keluarga Park, Dara sudah menunggu seseorang yang akan tinggal bersama dengannya…dan saat bel apartemennya berbunyi, ia dengan cepat pergi untuk membuka pintu. Dan…

“YA! Kenapa kamu ada disini, hah?” Tanya Dara terkejut dengan namja yang berdiri dihadapannya.

“Aigo…ternyata yeoja manja itu kamu?”

“Mwo? Apa maksudmu? Siapa yang kau maksud manja itu, hah?” Tanya Dara masih mulai kesal dan tak mengerti kenapa saat ini seorang Kwon Jiyong berada di depan pintu Apartemennya.

“Telponlah orang tuamu jika kau ingin tahu jawabannya…minggir, bukankah kau seharusnya menyuruhku masuk?” Ucap Jiyong kemudian membuat Dara tersentak.

“Mwo…jadi, jadi…anak yang dimaksud Eomma untuk menemaniku itu kamu?” Tanya Dara tak percaya…sementara Jiyong hanya mengabaikannya dan masuk ke apartemen Dara dengan membawa koper melewati Dara yang masih terpaku di tempat. Jiyong membuka jaketnya dan menaruh disofa…

“Dimana kamarku?” Tanya Jiyong kemudian menyadarkan Dara.

“Omo…apa aku bermimpi? Bagaimana ini?” Batin Dara menutup pintu dan berbalik mendekati Jiyong, sejenak ia menghela nafas. “Ikut aku.” Ucapnya kemudian menunjukkan kamar tamu yang berada di depan kamarnya.

Dan tak berapa lama bel kembali berbunyi…

“Siapa lagi sih?” Guman Dara, tapi sebelum ia membuka pintu…terlebih dahulu ia melihat siapa yang datang dari lubang pintu yang ada. “Ottoke? Bom? CL? Bagaimana ini…jika mereka tahu Jiyong ada disini, ini akan menjadi berita heboh di sekolah. Ani…anio.” PIkir Dara mulai panik.

“Siapa yang datang?” Tanya Jiyong kemudian.

“Bom dan CL, kalau mereka tahu kita tinggal bersama…bisa gawatkan? Jadi masuklah ke kamarmu dulu, jangan keluar sebelum mereka pulang, araesso?”

Tanpa menjawab Jiyong berbalik dan pergi menuju kamarnya. Darapun membuka pintu apartemennya setelah lebih dulu menarik napas panjang.

“Ya! Kenapa lama sekali sih?” Tanya Bom dengan kedua tangan terlipat di dadanya.

“Omo….mianhe, aku tadi masih di kamar mandi.” Jawab Dara berusaha sewajar mungkin. Bom dan CLpun masuk ke apartemen Dara.

“Mwo? Ini jaket siapa? Sepertinya tak asing.” Ucap CL kemudian saat mendapati jaket yang berada di sofa.

Deg

“OMONA, ITU MILIK JIYONG!” Pekik Dara dalam hati…saat CL meraih jaket itu.

“I…itu…itu jaketku, tadi aku baru membelinya…iya baru beli.” Jawab Dara mulai gugup sekarang.

“Kenapa kau memilih model ini Dara?  Ini seperti jaket untuk laki-laki.” Tambah Bom kemudian.

“Ne…itu hanya untuk menambah koleksi, entah kenapa aku suka modelnya.” Jawab Dara lagi mulai mengatur nafas.

“Omo….aku ingat, ini seperti punyanya Jiyong, kurasa aku pernah melihatnya beberapa kali memakai ini…benarkan?” Ucap CL kemudian.

“Ah…Ne, kau benar CL…dan entah kenapa aku juga mencium wangi parfum Jiyong di jaket ini.” Lanjut Bom membuat Dara menelan ludah.

“Aigo, apa yang kalian pikirkan. Kajja…berikan padaku, ini benar-benar jaketku…kalian tidak berpikir aku mencuri jaket namja tengik itu kan?” Ucap Dara kemudian dengan cepat memanggil Jaket yang telah berada ditangan Bom itu. “Ah…ngomong-ngomong kalian ada apa kemari? Bukankah aku sudah mengirimkan pesan…aku tidak bisa pergi malam ini?” Tanya Dara berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Kami hanya ingin berkunjung dan sekalian aku ingin mengambil bukuku yang tertinggal sewaktu menginap disini.” Jawab Bom.

“Oh…buku ya, buku apa?”

“Buku cara-cara untuk menarik perhatian laki-laki.” Jawab Bom santai tapi cukup membuat Dara tersentak.

“Mwo?”

“Iya buku itu tertinggal dan sekarang aku ingin mengambilnya kalau tidak salah sih ada dikamar tamu di depan kamarmu, Dara.” Ucap Bom membuat Dara lagi-lagi harus tersentak kaget.

“Ehm…biar aku yang ambil, kalian tunggu disini dulu ya.” Ucap Dara segera berlalu pergi menuju kamar yang dimaksud, dimana Jiyong tengah berada di dalamnya.

‘Cklek’ Pintu terkunci….

“Aigo…kenapa dikunci sih, Jiyong…Jiyong. Ini aku Dara…tolong buka pintunya aku mau mengambil sesuatu.” Ucap Dara lirih sambil tetap mengetuk pintu kamar itu pelan dan tak lama Jiyong membuka pintu itu tiba-tiba membuat Dara kaget dan kehilangan keseimbangan. Itu membuat Dara seketika jatuh kepelukan Jiyong.

“Omo.” Dengan cepat Dara menarik tubuhnya menjauh dari Jiyong. “Kamu apa-apaan sih? Kalau buka pintu jangan seenaknya gitu dong…bikin orang kaget aja.” Sungut Dara sambil mencoba untuk melupakan apa yang baru saja terjadi walaupun ia menyadari wajahnya pasti memerah sekarang.

“Sudahlah…apa ini yang kau cari?” Tanya Jiyong kemudian menunjukkan buku yang ada ditangannya.

“Ah…Ne.” Jawab Dara cepat mengambil buku itu.

“Aku tidak menyangka kau memiliki bacaan seperti itu.” Ucap Jiyong kemudian membuat Dara menatapnya.

“Ani…anio, ini bukan-“

“Ya! Dara…kau bicara dengan siapa sih?” Tanya Bom kemudian disusul CL menuju ke tempat Dara berada. Dara yang panikpun reflek mendorong Jiyong dan menutup pintunya, ia tak menyadari karena dorongannya yang terlalu kuat membuat Jiyong jatuh tersungkur.

“Bu…bukan dengan siapa-siapa, ini bukunya.” Jawab Dara segara mendekati mereka…dan tak lama Bom dan CL pun berpamitan pulang.

Saat makan malam, Dara dan Jiyong tak saling bicara…

“Mwo? Lenganmu kenapa?” Tanya Dara kemudian saat melihat luka lecet di lengan Jiyong.

“Ini gara-gara kamu mendorongku terlalu keras.” Jawab Jiyong tanpa melihatnya.

“Sudah dikasih obat belum?” Tanya Dara, membuat Jiyong kali ini membalas tatapannya.

“Memang perlu?”

“Sebentar.” Dara berdiri dari duduknya mengambil kotak obat, dan setelah itu ia kembali mendekati Jiyong.

“Apa yang kamu lakukan, hah?” Tanya Jiyong saat Dara meraih lengannya yang terluka.

“Aku hanya akan mengobatinya.” Jawab Dara sambil mengobati luka Jiyong, “Ini kalau tidak diobati bisa infeksi.” Lanjut Dara membuat Jiyong hanya membiarkan Dara mengobati lukanya. “Yupz…selesai.” Seru Dara kemudian, dan tepat saat itu ponselnya berbunyi.

Gom se-mari-ga…Han ji-be isseo…Appa gom, omma gom, ae-gi gom..’

“Mwo? Nada dering yang aneh.” Celetuk Jiyong membuat Dara menatap tajam padanya.

“Yeoboseyo Eomma, Ah…Ne dia sudah datang. Ok…araesso, kurasa kami benar-benar bisa berteman baik.” Jawab Dara tak seperti kenyataannya.

“Eommamu?” Tanya Jiyong saat Dara telah meletakkan kembali ponselnya, Dara hanya menjawabnya dengan anggukkan.

Dan setelah itu Dara mencuci piring di dapur, Jiyongpun datang untuk membantunya…

“Eh..kenapa kau  kesini?” Tanya Dara kaget.

“Hanya membantu.” Jawab Jiyong singkat sambil mulai membilas piring-piring yang telah Dara sabuni.

“Omo, seketika Jiyong yang kukenal di sekolah menjadi terlihat berbeda dengan yang sekarang ada dihadapanku…dan tindakannya ini cukup membuatku tersentuh.” Pikir Dara tanpa sadar terus memperhatikan Jiyong.

“Hei…alihkan pandanganmu dariku, itu mengganggu.” Ucap Jiyong seketika membuat Dara mengalihkan pandangannya.

“Oh…Shit! Apa yang barusan kau lakukan, Dara?” Batin dara merutuki kebodohannya.

Diruang tengah saat Dara dan Jiyong tengah menonton tv….

“Besok di sekolah bagaimana?” Tanya Dara memecah keheningan.

“Apanya?” Ucap Jiyong balik bertanya.

“Ehm..masalah ini, kitakan tinggal hanya berdua jadi-“

“Kita rahasiakan.” Potong Jiyong.

“Ah..Ne, araesso. Kaukan tidak ingin reputasimu di sekolah hilang…apalagi karena aku.” Ucap Dara kemudian membuat Jiyong menatapnya sekilas.

“Terserah kau menganggap aku seperti apa yang jelas sekarang kita harus membuat keputusan.”

“Keputusan apa?” Tanya Dara mengerutkan keningnya.

“Pembagian tugas rumah, sekarang kita tinggal berdua tanpa ada orang tua dan pembantu…jadi ya kita harus hidup mandiri.” Jawab Jiyong mulai serius.

“Ah…masalah pekerjaan rumah itu sih gampang, serahkan saja semua padaku.” Ucap Dara bangga, karena dia bisa menyelesaikan semuanya dengan menggunakan kekuatan yang ia miliki…

“Baiklah, asal kau melakukannya tidak dengan menggunakan kekuatan sihir.” Ucapan Jiyong kali ini membuat Dara yang tengah meminum susunya menjadi tersedak

“Mwo? Kamu tahu dari mana aku mempunyai kekuatan sihir?” Tanya Dara kemudian menatap Jiyong lekat.

“Dari Appaku, katanya Eommamu yang mengatakannya.” Jawab Jiyong cukup membuat Dara terkejut, karena yang ia tahu Appa dan Eommanyalah yang selama ini bersikeras merahasiakan kekuatannya.

“Lalu kalau aku menggunakan sihir, memang kenapa?” Tanya Dara tak terima jika Jiyong seenaknya tak memperbolehkan dirinya menggunakan sihir untuk meringankan setiap pekerjaan yang ia selalu kerjakan.

“Aka nada sanksinya.” Jawab Jiyong singkat.

“Eh..kenapa? Itukan terserah aku.” Tanya Dara lagi masih bersikeras.

“Kita hidup seperti ini untuk belajar mandiri, dan itu akan percuma jika kau hanya menggunakan kekuatan sihirmu itu.” Jawab Jiyong berdiri dari duduknya dan beranjak pergi menuju kamarnya.

“Ya! Kita belum selasai…kamu tak ada hak untuk mengaturku, inikan rumahku!” Ucap Dara mulai emosi.

“Tapi sekarang aku tinggal disini dan biasanya laki-laki selalu berperan sebagai kepala rumah tangga atau sejenisnya… Jadi dengarkan baik-baik dan patuhilah perintahku.” Jawab Jiyong melanjutkan langkahnya.

“YA! Memang siapa dirimu, hah?!!” Ucap Dara kesal, “Cih…enak saja, memang siapa yang mau berumah tangga denganmu. Dasar menyebalkan!” Batin Dara mematikan tv dan pergi menuju kamarnya.

~~~NEXT CHAP~~~

“Kau marah?”

“Aku disini untuk menemanimu, bukan untuk bertengkar denganmu”

—–

“I…itu…itu sihirmu?”

“Mana mungkin, sihirkukan belum sempurna!”

——

“Tunggu adik kecil, aku bukan Eommamu…dan dia bukanlah Appamu.”

“Anio…kalian adalah Eomma dan Appaku.”

To be continued…

Note Me >///< Omo…gaje kan ini??? Kekeke…mianhe, ini sebenarnya cerita yang kubuat 9 tahun yang lalu. Entah kenapa pingin aja buat ini dalam versi daragon. Yah…walaupun perlu merubah penggunaan kata dan kalimat disana-sini, tapi semoga ini masih dapat dimengerti. Dan aslinya ini hanya 16 chapter, aku tak berencana merubah atau mengembangkan alur ceritanya. Biarlah ini menjadi apa adanya >>> Imajinasi dimasa itu dan saat itu…kalau dipikir-pikir, rada aneh memang kalau dibaca pada masa ini. Habisnyakan jaman bacaanx dah beda…jadi yah jangan berharap terlalu tinggi dengan FF ini. Harap maklumi jika ini tidak memuaskan karena ini hanya imajinasi anak berusia 14 tahun saat itu (Nah lo jadi berasa tua dah ku skrg kkkk >.<), dan ini hanya selingan diantara FF yang telah ada sebelumnya. So…Keep Reading n’ Hengsho. >.<

<<back next>>

94 thoughts on “Witchlove~Keputusan yang menyebalkan #1

  1. Poor jiyong&mean Dara….hope they fall in love each other,my 2nd time reading this story…thx dear writer..😍😍😍

Leave a comment