MEA CULPA [Chap. 4]

mea-culpa

Author : Aitsil96

PG-15

Main Cast : Park Sandara and Kwon Ji Yong

“Ji Yong!”

Aku menoleh ke asal suara dan mendapati Dae Sung tengah duduk di sofa yang hampir berada di pojok ruangan. Pria itu bahkan masih mengenakan setelan jas kantornya, namun dapat ku lihat bahwa ia telah sedikit mabuk. Ya, Dae Sung memang pekerja kantoran yang sengaja memilih datang ke club hanya untuk sekadar menghilangkan penat setelah seharian bekerja. Kami akrab karena ia cukup sering datang kemari setiap akhir pekan. Dengan segera aku melangkah untuk menghampirinya.

“Seung Hyun eodisseo?” tanyaku langsung yang duduk di sampingnya setelah terlebih dulu menyimpan wine yang baru saja ku beli dari kartu Seung Ri.

Hyung-mu telah pergi lima menit yang lalu.”

Mwo?” aku tak bisa menahan lengkingan suaraku saking terkejutnya, “Bukankah ia menyuruhku kemari? Lalu mengapa ia pergi begitu saja tanpa memberitahuku?”

“Justru aku di sini untuk memberitahumu.”

“Aish, sialan sekali pria tua itu!”

Daesung tertawa, “Kau terlalu lama, Ji. Ia terburu waktu karena telah ditunggu oleh pelanggannya.”

Aku berdecak, “Dengan ahjumma itu lagi?”

“Bukan, ia telah memiliki pelanggan baru mulai hari ini,” Daesung menjeda dengan mengambil segelas vodka miliknya di meja, “Kau tak berniat menyusulnya? Ku rasa ia masih berada di sekitar parkiran.”

Aku hanya bisa menggeleng seraya menghela napas kesal. Percuma saja jika aku mencari pria itu, ia saat ini mungkin telah melesat pergi dengan mobil sport mewahnya. Seung Hyun memang selalu bersemangat ketika menerima pelanggan baru. Layaknya saat ini hingga mengabaikanku yang telah jauh-jauh datang kemari demi memenuhi ajakannya.

Tepat seperti yang kau pikirkan, pria bernama Choi Seung Hyun itu memang mencari uang dengan cara yang sama denganku. Ia bahkan yang menyeretku hingga aku ikut terbawa di dunia malam dan menggeluti pekerjaan keparat ini. Berburu para wanita kesepian demi meraih isi dompetnya lebih dalam. Wanita itu harus kaya tentunya. Kau pikir aku mau melakukan ini secara sukarela? Oh ayolah, aku juga perlu beberapa lembaran won demi memenuhi kebutuhan hidup.

Jika bukan karena nominal yang akan memenuhi angka di rekeningku, kau pikir aku sudi memuaskan mangsa yang rata-rata seorang ahjumma kesepian? Jangan gila!

“Kau yang membelinya?” Dae Sung menunjuk wine yang ku beli dengan harga selangit hingga memecah pikiranku, “Kau baru saja mendapat tambang emas?”

“Aku merayu Seung Ri.”

Dae Sung menggelengkan kepalanya, tatapannya menyelidik ke arahku, “Apakah kini kau mulai berniat memangsa pria kaya juga?”

“Ck, berhentilah berpikiran yang tidak masuk akal seperti itu! Aku masih normal, Dae. Setidaknya aku benci sentuhan laki-laki.”

Dae Sung tertawa hingga menampilkan matanya yang hanya berupa garis, “Oh ya, Seung Ri juga ada di sini? Mungkinkah ia mengincar partner one night stand seperti biasa?”

Aku hanya mengangkat bahu acuh. Membicarakan Seung Ri tiba-tiba membuatku mengingat gadis yang tadi sedang bersamanya. Gadis dengan surai panjang kemerahan yang berhasil mencuri perhatianku selama beberapa detik. Ah, mengapa wajah itu kini mulai berseliweran di benakku? Aku bahkan bisa dengan jelas mengingat bibir cheri alaminya serta tatapan membulat dari manik tak biasa yang ia punyai. Manik hazel yang mampu mengunci tatapanku.

Astaga, apa yang sebenarnya terjadi padamu Kwon Ji Yong? Aku bahkan belum menyentuh minuman alkohol, namun mengapa rasanya aku telah mabuk hingga memikirkan sesuatu yang tidak penting seperti itu? Bukankah aku hanya mengencani wanita kaya tanpa pernah memiliki perasaan di dalamnya? Mabuk kepayang gara-gara hal murahan yang bernama cinta sama sekali bukanlah gayaku.

“Memangnya kau ada urusan apa dengan Seung Hyun?”

“Entahlah. Tadi siang ia menghubungiku dan hanya mengatakan untuk datang kemari.”

“Ia tak memberitahumu apapun lagi selain menyuruhmu datang?”

Aku menggeleng sebagai jawaban sementara Dae Sung mulai mengambil wine yang ku bawa. Ia membukanya tanpa seizinku. Sialan!

“Lebih baik kita minum dulu. Cheers,” ucapnya seraya mengangkat gelas yang telah berisi wine.

Aku tersenyum kecut lalu menuangkan lagi wine itu ke gelas kosong lainnya untuk mengikuti Dae Sung. Walaupun Seung Hyun dengan sialannya pergi tanpa pemberitahuan setelah membuatku datang, setidaknya wine dan adanya teman minum bisa sedikit mengobati kekesalanku. Dengan sekali teguk, aku menghabiskannya. Mengaliri kerongkongan dengan minuman alkohol berhasil menaikkan mood-ku seketika.

*****

Setelah minum bersama selama lebih dari setengah jam, Ji Yong segera meninggalkan Dae Sung. Ia menyisakan setengah botol untuk Dae Sung karena pria itu yang merengek untuk memintanya. Sialan! Jika wine itu dibeli dari koceknya sendiri, ia tak akan sudi membagi sedikitpun dengan orang lain. Langkahnya melebar, berniat segera mengembalikan kartu milik Seung Ri.

Manik kelamnya menangkap surai pirang milik Seung Ri yang masih betah terduduk di meja bartender. Hendak melangkah, namun perhatiannya tiba-tiba terkunci pada satu objek. Gadis itu. Gadis yang memakai sweter merah muda kebesaran yang tengah meminum satu gelas minuman alkohol. Matanya melebar, tak menyangka jika gadis yang tadi sempat ia perhatikan hanya memesan jus jeruk itu kini menghabiskan minuman alkohol dengan sekali tenggak.

Seringaian tercipta di sudut bibir pria itu. Entah mengapa walau hanya memperhatikan gerak-geriknya dari jauh, Ji Yong merasa terhibur. Hatinya tergelitik melihat tingkah imut gadis itu. Imut? Ya. Gadis itu imut sekaligus unik hingga berhasil mencuri perhatiannya. Namun seringaian itu sedetik kemudian terganti dengan raut wajah kaget ketika melihat gadis itu mulai berjalan dengan sempoyongan.

Dengan reflek, tubuh gadis mungil yang hampir terjatuh itu segera tertangkap oleh kedua tangan Ji Yong. Pria itu mempercepat langkahnya, bahkan berlari demi memeluk gadis itu dan mencoba membuat ia berdiri tegak, namun sayang kesadaran gadis itu telah menghilang. Gadis itu pingsan dalam dekapan Ji Yong. Mungkinkah karena minuman itu? Astaga, ia bahkan hanya menghabiskan satu gelas. Seperti yang diduga Ji Yong sebelumnya, gadis itu rupanya sama sekali tak pernah menyentuh minuman alkohol.

“Sandara?” satu teriakan nyaring terdengar dari seorang wanita yang tiba-tiba menghampiri Ji Yong, “Dee, kau tidak apa?”

Seung Ri ternyata datang bersamanya. Kedua orang itu bahkan setengah berlari ketika menghampiri. Ji Yong tahu wanita yang kini tengah menunjukkan raut wajah panik itu adalah Bom. Meskipun mereka tak pernah mengobrol akrab sebelumnya, namun ia tahu bahwa wanita itu adalah teman Seung Ri yang beberapa waktu lalu sering datang ke club.

“Seung Ri-ya, Dara pingsan. Bagaimana ini?” Bom memegangi keningnya frustasi seraya meringis ketika menatap sahabatnya dalam kondisi tak sadarkan diri, “Ini semua gara-gara kau! Bukankah sudah ku bilang bahwa ia tak bisa meminum wine atau minuman apapun yang mengandung alkohol?”

Mianhae, noona. Aku tak tahu bahwa ia akan seperti ini,” ucap Seung Ri menyesal seraya menatap Sandara yang tubuhnya masih ditahan oleh Ji Yong.

“Jangan banyak bicara! Aku berat menahannya,” Ji Yong memecah perhatian kedua orang yang tengah dilanda kebingungaan tersebut.

“Bawa ia ke mobilku. Kau harus mengantarnya, Ji.”

Mwo?” manik Ji Yong melebar menatap Seung Ri, “Aku? Kenapa tidak kau saja?”

“Oh ayolah, Ji. Kau bisa menggunakan kartuku hingga esok hari sebagai balasannya. Bagaimana?”

“Tapi…”

Ji Yong tak bisa melanjutkan ucapannya ketika melihat wajah menjijikkan Seung Ri yang tengah memelas. Shit! Sekeras apapun ia berusaha menolak permintaannya, maka ia akan semakin tersiksa dengan rayuan busuk Seung Ri. Pria itu memang mempunyai sejuta cara agar orang-orang mengabulkan keinginannya, termasuk dengan menempel ketat pada orang itu hingga keinginannya terkabul dengan membuatnya luar biasa risih.

Kini Ji Yong hanya bisa menghela napas beratnya seraya mengangkat tubuh gadis yang namanya bahkan baru saja diketahuinya secara tak sengaja dari mulut Bom. Sandara.

*****

“Ji Yong-ssi, bisakah kau bawa masuk Dara sendiri? Aku akan membelikan obat penghilang rasa mabuk terlebih dulu untuknya. Pintu kamarnya sudah ku buka, masuklah dan bawa ia ke dalam,” ucap Bom panjang lebar yang langsung melesat pergi tanpa persetujuan Ji Yong.

Beberapa saat yang lalu pria itu baru saja menepikan mobil di sisi jalan. Bom memilih untuk keluar terlebih dulu dan membukakan pintu kamarnya, sementara Ji Yong berusaha menggendong tubuh Sandara. Gadis itu sempurna tak sadarkan diri hingga luar biasa merepotkan. Tubuhnya yang tergolong mungil itu juga ternyata tak seringan kelihatannya.

Kenyataan yang membuat Ji Yong lebih dongkol adalah jarak dari mobil milik Seung Ri yang terparkir di tepi jalan ke kamar sewaan milik Bom ternyata cukup jauh. Bagaimana tak jauh jika bahkan mobil tak bisa parkir di pekarangannya yang sempit itu? Ji Yong kini tengah memangku Sandara di depan dadanya, berniat membawa gadis itu masuk dan menyelesaikan tugasnya.

Walau sedikit meringis karena harus terlebih dulu menaiki tangga di depan pintu, namun ia berhasil membawa Sandara memasuki kamar milik Bom. Ji Yong sempat meneliti sejenak, dan menyadari bahwa ternyata itu memang hanyalah sebuah kamar dengan satu ruangan yang tak cukup besar dan tak berpenghalang.

Ruangan yang sisi kanannya digunakan sebagai kamar karena ada sebuah ranjang di sana, dan sebelah kiri yang digunakan sebagai ruang TV dengan adanya sofa dan karpet. Di dekat ranjang sebelah pojok, ada satu ruangan lagi yang tertutup dan bisa dipastikan itu adalah kamar mandinya.

Ji Yong akhirnya memutuskan untuk membawa Sandara ke ranjang. Dengan langkah yang cepat karena terburu, ia hampir terjatuh dan akhirnya membuat tubuh gadis itu terlempar dengan cukup keras. Untungnya, Sandara terjatuh di ranjang. Sempat menghela napas lega, namun sedetik kemudian matanya membelalak kaget ketika tubuh gadis itu bangkit dan langsung terduduk seraya menatap matanya nyalang.

“Kau!”

Sandara meneriaki Ji Yong seraya mengarahkan telunjuk tepat di hadapan wajah tampannya. Sempat gugup dan ingin menjawab, namun tiba-tiba gadis itu menghempaskan lagi tubuhnya ke ranjang lalu menggumam tak jelas. Sialan! Ia masih di bawah pengaruh alkohol. Ji Yong sempat berdecak sebal, namun melihat wajah gadis itu yang terlelap dengan damainya entah mengapa bisa membuat hatinya menghangat.

Di bawah lampu kamar Bom yang lebih terang daripada saat di club, Ji Yong dapat melihat wajah oval gadis itu lagi, bahkan kini dengan lebih jelas. Mata bulatnya yang tertutup, hidung bangirnya, dan bibir cherinya yang merah menggoda. Ada yang salah dengan otaknya, namun pria itu masih terus memperhatikan Sandara lambat-lambat. Meneliti segala hal yang ada pada diri gadis itu lagi dan lagi hingga membuat ia tersenyum.

Entahlah, rasanya hanya dengan melihat gadis itu berada dalam jarak pandangnya mampu membuat ia sering menyunggingkan lengkungan tulus di sudut bibirnya yang jauh lebih manis daripada sebuah seringaian yang sering ia ciptakan. Ji Yong bahkan juga sempat terkekeh geli ketika mendengar dengkuran halus Sandara yang tengah terbang ke alam mimpinya.

“Cantik,” satu kata Ji Yong gumamkan perlahan bagai desauan angin setelah menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu.

.

.

.

To be continued…

Masih UAS dan ga bisa ga kangen buat tetep nulis. Just enjoy my story guys ^^

14 thoughts on “MEA CULPA [Chap. 4]

  1. Pendek tapi makin ngebuat penasaran. Jiyong baek banget mau nangkep dan nganterin Dara unnie walaupun disuruh atau lebih tepatnya dipaksa Seungri kekekekeke😂

  2. Kirain darong bneran sadar dari mabuk nya trs marah ama jidi krn salah paham 😄😄 ah tp suka sma chapet ini, jiji udh mulai ada serbuk serbuk Cinta ama darong ^^

Leave a comment