Sakura Drops : Part 1 – PERTEMUAN

sakura drops part 1Author : Haneul (@atikadewi_VIP)

Main cast :

  • Sandara Park (2NE1)
  • Kwon Jiyong (BigBang)
  • Choi Seunghyun, tabi (BigBang)

Other Cast :

  • yang hyun suk (Appa YG) ( sebagai ayah jiyong)
  •  jung hye young ( YG artist) (ibu sandara)
  • Gong Min Ji (2NE1) (adik sandara)
  • Park Jae Sang (PSY) (paman jae sang)

Genre : Romance, true love, sad and tragedy

Length : Series

P.S :

annyeongaseo~ ini bakalan jadi FF pertama saya yang panjaaaaang banget…. Pokonya ini FF bener-bener drama abis (mau ambil setting jo seon gt sh, tapi gak pas)._. Well, enjoy…(bacanya sambil denger lagu “Utada Hikaru – sakura drops” deh  chingu XD)

Komawoyo !!  XD !!!

Di dermaga ini, dulu ada sebuah kisah….

Kisah cinta antara seorang lelaki kaya dan wanita sederhana….

Banyak mitos dan legenda yang bercerita, kalau wanita itu bertemu dengan kekasihnya karena sihir dari dermaga keramat ini…..

Mereka bertemu untuk yang pertama kali dan juga untuk yang terakhir kali

Di dermaga yang sama…

***

Sandara POV

Musim semi adalah musim yang banyak orang nanti-nantikan, dimana kehangatan dan udara yang harum tersebar dimana-mana,  banyak yang bilang padaku, kalau musim semi adalah musim dimana kau akan mendapatkan cinta sejati…aku tau, norak memang…tapi itulah yang orang-orang percaya. Hal yang paling aku tunggu-tunggu dari musim ini adalah bunga sakura. Bunga cantik yang hanya mekar sekali, lalu setelah itu…..bush!…hilang terbawa angin…..walaupun sebentar tapi aku ingin menikmati keindahan bunga itu….

Saat ini, di tempatku tinggal, masih awal musim dingin, musim yang paling aku benci. Dimana semuanya sepi, dingin dan mati. Tidak ada bunga dan bahkan mungkin tidak ada kehidupan, semua orang memilih tinggal di dalam rumah dan menghangatkan diri…sekejap saja semuanya menjadi sangat menjengkelkan, alasan mereka….ini karena salju, udara dingin bisa membekukan otakmu dan kau tak bisa berpikir jernih. Maka dari itulah, banyak pasangan, baik kekasih atau suami istri bertengkar dan saling melontarkan kalimat-kalimat yang tidak pantas…kekekekeke….sangat menyenangkan melihat mereka bertengkar…^^

Pagi ini, aku lagi-lagi harus berjalan jauh dari rumah untuk mengantarkan pesanan daun teh hijau untuk kedai teh milik kerabat ibuku. Apa yang mereka pikirkan ? -_-…menyuruh seorang gadis mungil seperti aku ini, untuk berjalan berkilo-kilo meter di tengah salju……setidaknya, aku sudah berusaha keras untuk meringankan beban umma, kami memang tidak begitu kaya, dan rumah kami sederhana….tapi, kami mampu untuk bertahan walaupun tidak bisa berpegang kepada kepala keluarga. Yah….ayahku, sudah lama meninggal, saat aku masih berusia 10 tahun…. beliau, meninggalkan kami tanpa memberi pesan terlebih dahulu, tidak membiarkan kami untuk bersiap-siap. Walaupun awalnya terasa amat perih dan berat, tapi lama-lama kami jadi terbiasa…..

Adikku gong min ji, adalah gadis yang cerdas, sekarang dia bekerja di puskesmas sebagai suster pembantu. Sedangkan aku dan ibuku menjadi pemasok kebutuhan di sebuah kedai teh hijau milik paman jae sang, seorang dokter obat tradisional di kota ini. Beliau adalah paman dari teman masa kecilku, namanya choi seunghyun…….aku memanggilnya tabi. Tabi sendiri sudah tidak punya orang tua lagi dan sekarang ia mengabdi kepada pamannya. Meskipun sederhana, dia sangat giat dan rajin bekerja. Selain bekerja sebagai peracik teh di kedai paman, tabi juga bekerja di sebuah toko obat tradisional. Kami semua sangat dekat, sudah seperti keluarga kandung…..paman jae sang dan ibuku adalah teman baik, dari dulu sampai sekarang itu tidak pernah berubah. Mereka adalah orang-orang yang sangat aku cintai, walaupun tak ada hubungan darah, paman dan tabi sudah seperti ayah dan kakak laki-laki untukku dan min ji.

***

“ Nee… tabi, apa kau pernah dengar legenda di desa kita ? legenda dermaga cinta….?”. Aku dan tabi duduk di dalam rumah kaca paman yang terletak di atap rumahnya. Setelah mengantarkan pesanan, dan membantu di kedai, tabi mengundangku untuk bersantai dan minum teh. Udara bertambah dingin, dan salju turun mulai deras. kami duduk saling berdekatan dalam satu selimut tebal sambil sesekali menyesap teh hangat.

“hmm, itu Cuma legenda, berarti sesuatu yang tidak pasti kan ? aku tidak suka dengan sesuatu yang tidak pasti.” Tabi berkata dengan wajah datar.

“Tapi, semua penduduk disini mempercayainya, aku juga percaya kok. Cinta sejati itu ada ! besok aku berencana pergi ke dermaga itu..kekekekeke…. aku ingin bedoa. Semoga aku bisa bertemu dengan cinta sejatiku….hauuuuuhh…. Aku ingin dia pergi membawaku dari kehidupan yang sengsara ini. Dimana semuanya mudah.” Aku menyenderkan kepalaku ke pundaknya yang keras.

“Ehhmm….maksudmu, kau ingin cinta sejatimu itu…orang kaya ?.”

“Hah !? kau tahu kan aku paling benci dengan orang kaya, apalagi yang punya sikap sombong !!!.”

“kau bilang mau kehidupan yang mudah, kalau cinta sejatimu bukan orang kaya mana bisa mudah.”

“Aigoo ! pokoknya aku sudah mengutuk diriku sendiri, agar benci dan tidak akan berhubungan dengan orang kaya pegang kata-kataku !.”

“hmmm, baik, aku pegang kata-katamu. Taruhan traktir tangsuyuk dan bulgogi kalau suatu hari nanti kau sampai jatuh cinta dengan orang kaya. Awas ya !.”

“Aigoo ! umurmu sudah 24 tahun, tapi masih suka main-main begini. Baik ! aku terima tantanganmu !.”

Tabi tertawa senang dan dengan lembut mengusap rambutku. Malam ini sangat dingin, tapi entah kenapa semuanya terasa hangat dan nyaman.

***

Keesokan paginya, aku dan min ji pergi ke dermaga bersama. Kami menggunakan baju terusan panjang dan menutupi badan kami dengan syal bulu yang lumayan tebal, disertai dengan sepatu boot bulu yang tinggi.  Di dermaga yang menjadi “kuil cinta” bagi para wanita itu, sudah banyak remaja putri yang mulai berdoa dan menggantungkan bunga-bunga di tiang dermaga, beberapa bertuliskan “ tolong ikatkan cintaku dengan lee chaejang.” Dan lain sebagainya. walaupun udara dingin dan salju sudah turun memenuhi dermaga, mereka tetap gigih minta dikabulkan doanya. Min ji dan aku juga ikut berdoa, tapi tak lama setelah itu, min ji mendapat panggilan ke puskesmas dan terpaksa harus pergi duluan.

Sudah pukul 12 siang dan dermaga sudah sepi dari pengunjung. Tinggal aku sendirian, berdiri di mulut dermaga. Masih membayangkan seperti apa cinta sejatiku nanti, apakah dia baik ? apakah dia tampan ?…… Baiklah, meskipun aku terkenal tomboy, tapi aku tetap seorang cewek yang sedang puber.

Aku memejamkan mata dan kembali berdoa. Dalam otakku, terbayang sosok prince charming yang baik hati dan tidak sombong menggendongku pada lengannya dan kami tertawa sambil menari-nari….kekekekekekeke….indahnyaaa….

Saat sedang tenang berdoa, tiba-tiba saja ada sebuah bunyi bising dari arah laut, aku membuka mata dan melihat sebuah kapal mewah berukuran sedang berjarak sekitar 1 km dari tempatku berdiri. Aku mundur beberapa langkah saat kapal itu sampai di dermaga. Seorang lelaki paruh baya turun dari kapal, dengan baju kemeja bagus dan rapi.

“Ahh~ annyeonghaseo, nona yang cantik.” Lelaki paruh baya itu tiba-tiba membungkuk dengan ramah. Aku pun membalas salamnya sambil ikut membungkuk.

“Anu, ahjussi…apakah ada yang bisa….”

“AIGOOOO !!!!! HYUN SUK-SSI !!!”. kalimatku di putus oleh suara paman jae sang yang tiba- tiba saja muncul dari arah tengah dermaga.

“ jae sang-ssi, akhirnya anda sampai juga.” Lelaki itu bicara dengan santai sambil berkacak pinggang.

“Haha…hah…yah ! aku tepat waktu….oh ! dara-ahh, maaf ya kalau lelaki tua ini mengganggu saat-saat berdoamu, mari mari aku perkenalkan. Yang hyun suk, perkenalkan gadis cantik ini adalah sandara park, karyawan di salah satu kedai teh ku yang lumayan terkenal di desa ini. Sandara park, ini yang hyun suk, teman dekatku di kota saat aku bekerja dan tinggal disana, beliau kesini karena ingin belajar tentang teh dan obat herbal sekalian melepas penat karena berada di luar kota yang hiruk pikuk.”

Aku membungkuk lagi sambil tersenyum, dan membiarkan kedua pria paruh baya itu, saling berpelukan dan melepas rindu. Aku tetap berada di samping mereka.

“Aigoo~ aigoo~ ! hampir saja aku lupa…..jiyong-ahh ! jiyong-ahh ! ayo cepat keluar dari kapal ! tidak sopan sekali kau ini !.”

“yee ! aboji….aku dengar…”

Hyun suk-ssi memanggil seseorang dari dalam kapal, dan keluar seorang namja yang kurus dan tinggi, kulitnya putih dan wajahnya sedikit arogant, dilengkapi dengan rambut pirang kuningnya yang sangat mencolok. Dia membungkuk pada paman jae sang.

“Annyeongaseo, saya kwon jiyong.”

“Aigoo ! ini anakmu yang sering kau ceritakan itu kan ? wahh, kau tampan sekali nak….sangat bergaya…..” Paman jae sang tertawa sambil mengacak-acak rambutnya.

Aku hanya tertegun melihat wajah namja yang bernama kwon jiyong ini dihadapanku, dia sangat……apa yaa ?…..cantik ?…tapi tampan…..dia seperti pangeran inggris dengan rambut pirangnya itu, aku akui…aku terpesona melihat namja ini….

“kenapa tidak kau foto saja sekalian ?”.

Lamunanku buyar mendengar kalimat itu.

Mwo ?

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, dan melihat sepasang mata coklat sudah menatap balik ke mataku. Aku terlonjak kaget dan kwon jiyong tertawa senang melihat tingkahku yang..aku tau pasti sangat bodoh……aigooo ! berapa lama aku memperhatikan wajahnya !???? >_<”

“aigoo…lihat daraa….kau sangat memuja ketampanan bocah ini sampai-sampai melamuun……”.

Paman jae sang menepuk kepalaku dan tertawa, diikuti oleh hyun suk-ssi dan seringaian nakal dari jiyong. Wajahku memerah dan aku hanya bisa tertunduk maluu….siapa sajaa…tolong tabrak akuu…aku relaa terbawa ke laut yang dingin sekalipuunn !!! ><”

Aku mendongak sedikit dan melihat jiyong masih tersenyum padaku, ia tertawa kecil lalu berjalan mengambil tas dari dalam kapal.

“Sebelum itu jae sang-ssi, anda bisa ikut saya sebentar, mengamankan kapal ini ? anda berikan arah yang tepat kepada nahkoda di dalam.” Hyun suk-ssi menyanggah sebentar.

“ohh, baiklah ! dara-ahh bantu jiyong-ahh membawa barang-barangnya, langsung saja ke rumah paman ya ?.”

“iya paman.”

Paman dan hyun suk-ssi berlalu dengan kapal ke pelabuhan keamanan. Meninggalkanku bersama…..ji-jiyoong….*sighh* aku lihat Dia membawa 2 koper yang sangat berat. Apa dia akan tinggal lama disini ?

“A…ayo, langsung saja, aku antarkan ke rumah paman.” Aku mulai berjalan ke arah pantai.

“ohh….iya, baiklah…uhmmh…..sandara…ya ?”

“y-yaa……mau kubantu ?…tas-mu….”

“oh, jika kau tidak keberatan sih…..”

Saat aku mengambil tasnya, tangan kami bersentuhan. Aku spontan menarik tasnya dengan wajah sudah memerah lagi…sementara ia hanya terkekeh kecil melihatku.

“ayo cepat…nanti kau membeku.”

“hahahahaha…iya…”

Aku hanya bisa menelan ludah. Di sepanjang perjalanan kami hanya diam, dan berjalan berjauhan sambil membawa koper miliknya. Rasanyaaa sangat canggung….mengingat kejadian tadi, aku serasa ingin terjun bebas dari dermaga ini…..

“Hei, kita belum berkenalan dengan benar. Aku kwon jiyong.”

Tiba-tiba jiyong membungkuk dan memperkenalkan dirinya dengan sopan. Aku sangat kaget dan salah tingkah.

“uhh, aku sandara park…salam kenal…”

Kami bangkit dan saling tersenyum pada satu sama lain.

“hahahahahaha…kau mengingatkanku pada sesuatu….”.

jiyong tertawa sambil memegang mulutnya.

“mwo ? pada apa ? “.

Tiba-tiba ia mengangkat beberapa helai rambutku tinggi-tinggi dan membuatnya berdiri seperti sebuah tanduk.

“seperti kelinci….^_^…”.

“m-mwoo ? O_O ”.

Aku berdiri membeku dengan wajah penuh ekspresi kebingungan…ba-baiklah…itu pujian atau…..? oh yaa…sebaiknya itu pujian ! -__-#.

***

Jiyong dan ayahnya sudah hampir seminggu berada di sini, mereka berdua menginap di rumah paman jae sang. Dan yang membuatku sangat heran adalah, Sifat jiyong sangat berbeda sekali dari awal kami bertemu. Sekarang Jiyong sangat arogant, egois, dan sombong, berbeda sekali saat kami pertama bertemu, ia sepertinya sangat penyayang dan murah senyum saat itu…. sekarang ia tak pernah berhenti menggodaku dan selalu memanggilku kelinci….dengan aegyo….a-aku akui…aku sukaa saat ia memanggilku begitu…..TAPI INI MASALAH YANG JELAS BERBEDAAA !!! O_o !

Tabi sampai stress karena harus berbagi kamar dengan jiyong, hampir tiap malam mereka bertengkar hanya karena selimut. Aku juga tidak segan-segan untuk memarahi dan membentaknya kalau sikap manjanya itu sudah keterlaluan, menyebabkan kami selalu bertengkar dan adu mulut…..grrrrrrrhhh !!!!! dia tidak pernah bosan untuk mangganggu dan menggodaku. Kenyataannya adalah, dibandingkan dengan orang sederhana seperti aku, jiyong lebih cerdas, pintar dan licik, sehingga dia selalu berhasil mengerjaiku.

Pagi ini, cuaca tidak terlalu dingin, jadi aku dan tabi, ngobrol di dermaga sambil bercanda.

“Aku bisa gila dibuat si jiyong itu ! hampir tiap malam dia selalu berteriak “ yaa ! binguu ! kamarmu ini sempit sekali sih !”. seperti anak kecil….”.

“aigoo…seperti anak kecil begitu yaaa…pasti imuut bangett…..sabar yaa tabiii…..” Aku menepuk pundak tabi , dan kami mulai membicarakan bagaimana manjanya jiyong.

“EHEM !!! senang ya ngomongin orang dari belakang !?.”

Kami terdiam setelah mendengar suara jiyong di belakang dan perlahan-lahan kami melirik ke belakang. Dengan mantel beludru yang mengepas dibadannya dia berdiri sambil melipat tangan.

“ahh ? jiyong, kau disini ? sejak kapan ?.” tabi berbalik sebentar melihat kearah jiyong.

“coba lihat….sejak “aku bisa gila dibuat si jiyong itu !”. kalian benar-benar jahaaaaaattt……” Jiyong mendengus kesal, ia memanyunkan bibirnya dan menggembungkan pipinya.

Aku tertegun melihat wajah jiyong sialan ini…..kenapa !?…. ia bahkan lebih imuuut dari anak kucing !!! kyaaaaahhh ! >< aku bisaa mencubit pipinyaa sehariaaan !

“yaah ! kau lelaki jiyoooongg… tapi manjanya mintak ampun ! kadang-kadang kami kesal kau begini teruss…..” aku berdiri dan menatap mata jiyong.

“dasar kelinci sok tahuu ! pulang dan makan wortel basi saja sanaa ! ”.

“ Yaa !!! berani skali kauu !!! mau dipukul ya !?.”

“memangnyaa kau beraniii ? ayoo pukul…pukull….”

Aku sudah siap menjambak rambut jiyong saat tabi menyentil dahi jiyong dan mencubit pipiku.

“YAAH ! sakit !!!.” Jiyong berjongkok sambil memegang dahinya.

“Apoo !! sakitt sekalii tabi !!!!.”Aku berjongkok sambil memegang pipi.

“kalau kalian berencana bertengkar dan berisik lebih lagi, aku juga bisa melakukan hal yang lebih menyakitkan. Masih mau berantem !?”. Tabi mengancam.

Kami berdua menggeleng dan meminta maaf. Tabi menyuruh kami tinggal berdua di dermaga sampai ia kembali dari kedai paman. Kami mau tak mau menurut dan duduk di dermaga sambil mendengus kesal. Aku tau dia menyebalkan, tapi di dalam hati aku mengakui kalau jiyong sangat imuut dan menyenangkan untuk dilihaat. Apa yang aku pikirkan !? dia itu seperti iblis!

“jadi sebenarnya apa sih tujuanmu datang ke desa ini ? sudah 4 hari tapi yang kau dan ayahmu lakukan hanya berdiam diri di rumah paman.”

“kelinci tidak akan mengerti deh, jangan sok ikut campur deh…”.

“ya udah, nggak jadi nanya ! ”

“Yeee….malah pake acara ngambek lagi. Buat apa kau tau urusanku hah ? ”.

“ Aku Cuma penasaran aja, kau sudah 4 hari  membuatku susah, tau !?”.

“Aissshh ! tenang deh, aku juga sebentar lagi pulang kok !”.

“ Baguslah ! jadi aku tidak perlu mati penasaran.”.

Kami saling mendengus kesal dan memalingkan pandangan. Beberapa menit suasana hening, angin berhembus melewati rambut kami.

“ Sebenarnya, aku ingin jadi dokter…… Appa juga punya rumah sakit besar di luar kota, tentunya sangat menguntungkan buat cita-citaku itu. Tapi, aku tidak mau jadi dokter kebanyakan yang hanya bisa mengobati orang sementara saja. Aku ingin jadi penyembuh dari dalam dan luar, aku ingin jadi dokter seperti paman jae sang……Ibuku…..dulu saat aku masih berusia 16 tahun, dia meninggal karena kanker otak. Aku dan appa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya. Aku sangat menyesal dan hanya bisa menangis melihat omma tersiksa dengan penyakitnya itu. Padahal sudah menjalani kemoterapi dan pengobatan medis lainnya. Tapi……omma sudah tidak kuat lagi. Dengan segala kekuatan yang tersisa, dia berkata kalau aku harus bisa berguna untuk orang lain. Makanya aku ingin mengubah jalan hidupku dengan belajar kesini…….dari semua penjelasan ini apakah ada yang tidak membuatmu puas kelinci ?”. Jiyong mengusap sedikit air matanya yang keluar, lalu tersenyum dengan sangat bahagia.

Aku bisa merasakan air mata mengalir di pipiku, mendengar cerita jiyong dan perubahan ekspresinya, aku merasa sangat sedih. Dia sama denganku, saat appa meninggal aku juga tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku hanya bisa menundukkan kepalaku agar air mataku tidak terlihat olehnya.

“yaa…kelincii ? kwaenchanayo ?”. jiyong mendekatkan wajahnya ke wajahku.

“hmm ? aku tidak apa-apa kok !”.

“kekekekeke…..woops ? apa itu ? apa itu air mata yang aku lihat ?”.

Aku mendorong wajah jiyong menjauh dan buru-buru menghapus air mataku, sementara ia tertawa senang, aku tersenyum tapi dadaku sakit…..rasanya….sesak…aku melirik ke arah jiyong yang masih tersenyum, terlihat sorot sedih dari matanya.

“humm…jiyong….”.

“ya ?”.

“a-apapun yang terjadi….kau harus tetap semangat…..yaa ?”.

Jiyong menatapku dengan tatapan kaget, ia mencubit hidungku lalu tertawa.

“hahahahaha ! ada apa dengan vitamin itu kelincii ? tak kau beritahupun aku pasti semangat !”.

“uunnghh ! hwaiting jiyoong !”.

“aigoooo~ lucunyaaa…unghh ! hwaiting…”.

Kami tertawa bersama melihat tangan kami yang sudah masing-masing dikepal menunjukkan gesture memberi semangat. Entah kenapa setelah itu…suasana menjadi hangat, kami saling bertukar cerita dan menertawakan hal-hal lucu yang ada di desa ini. Lamaa sekalii kami bercerita dan saling mengganggu sampai-sampai tak menyadari kalau hari sudah mulai sore.

“aigoo..kelinci..hari sudah mulai soree…ayooo pulaang….”.

“ayoo….”.

Aku meraih tangan jiyong dan menggenggamnya erat, dermaga sangat licin karena salju yang mencair, jiyong menggenggam tanganku dan memeluk erat pinggangku, menjaga agar aku tidak jatuh, saat aku sudah berdiri, jarak antara aku dan jiyong sudah sangat dekaat. Mata kami saling bertemu dan tiba-tiba saja jiyong mendekatkan wajahnya. Aku spontan menutup mata ,mengikuti alur kemana wajah jiyong pergi. Lalu tiba-tiba….

“kok matanya di tutup ? dasar mesum….”.

Aku membuka mataku kaget dan mendorong jiyong jauh-jauh. Siaaal !!! dia mempermainkan aku lagiii !!!!! wajahku sudah merah padam seperti tomat segar..sementara jiyong tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya…..

“hahahahahahahahahahahaha ! kau harus lihat wajahmu tadi kelinci !!! wahahahahahaha ! kau….hahahaha….ya ampun !…hahahahahahaha!”.

“yaah !!! namja brengsek !!! berhenti tertawaaaa ! “.

“hahahahahahaha ! pleasee..kumohon tolong aku…bhaahahahaha”.

Aku menggigit bibir bawahku dan menginjak kakinya dengan seluruh hatiku.

“ha….AAAWWWHHH !!! auh ! aaahuuuu !!! YAAHH !!!! apa yang kau lakukaan !?”. jiyong meringis sambil berloncat-loncat, ia memegang kakinya kuat.

“membantumu berhenti tertawa ! PABOO !!!!”.

Aku berjalan menuju tengah dermaga dengan langkah menghentak-hentak, sementara jiyong mengikutiku sambil berloncat-loncat.

“hiiii….kalau marah kelinci seraaam~”.

“menjauh dariku namja bodoh !”.

“tidak mau~”.

“aegyo tidak akan membantu !”.

“buing~buing~ ! buing~buing~”.

Aku bersiap menginjak kaki jiyong saat tiba-tiba seorang pria berbaju hitam berlari kearah kami, ia berlari sangat kencang dan menabrak tubuhku yang berdiri dipinggir dermaga. Aku terpeleset. Aku jatuh. Aku pasti jatuh….aku berusaha menggapai-gapai udara berharap ia akan membantuku tetap berdiri di dermaga.

“DARAAAA !!!!”.

Jiyong ?

Kenapa ini ? kenapa semuanya kabur ?

“DAR…..AAA !….DA……RAAAA……..”.

Dingin ?

Sakit ?

Gelap………

***

Jiyong POV

“MA…MAAFKAN AKUUU……MAAF !!!”. orang tua yang menabrak dara pucat dan langsung melarikan diri keluar dari dermaga.

Si-sial ! dara…..tepat dihadapanku…dia jatuh sat pak tua sialan itu menabraknya…dan aku tidak menangkapnya !? bagus kwon jiyong !!!!!

“DARAAAAA !!!!!! DARAAAA !!!!!! “.

Tak ada jawaban. malam sudah menjelang dan udara semakin dingin.

Tanpa pikir panjang, aku terjun ke laut yang telah bercampur dengan es. Rasa nyeri langsung menyebar saat air laut yang dingin menampar badanku, seperti ditusuk jarum-jarum kecil yang sangat banyak. Aku berusaha bertahan dan berenang sekuat mungkin, mencari dara. Aku menyelam keluar masuk air sambil menahan dingin yang menggerogoti tubuhku. Aku menyelam kembali dan akhirnya melihat dara yang sudah hampir tenggelam. Sial ! daraa !!! aku menyelam sedalam mungkin dan menyambar tubuh dara  lalu memeluknya erat-erat. Jangan pergi dara…kumohoon…..bertahaan !

Ombak air laut yang luar biasa dingin, menyambar tubuh kami, tubuhku mati rasa dan nafasku mulai berat. Aku berenang dengan semua kekuatanku dan dengan susah payah berhasil berenang mendekati pantai. Akhirnya kami berhasil sampai ke pantai. Dara pingsan dan aku mati kedinginan.

“si-sial…..a-akuu…ki-kiraaa…..ba-bakal..mmmati di…sini…..”. gumamku sambil menggigil. “kwon jiyong…..kau…ber-erhasil…menyelamatkan bbbrhhhh….hhhaaa..hhahhahaha.”

Aku dan dara masih terbaring kaku, dengan nafas yang berat, aku berusah bernafas tapi itu malah membuat semuanya bertambah sesak…aku menatap langit malam dan merasakan rintikan salju turun dari langit.

“u…hgnnn…gghhhhh….d…da….darraaa…..ungghh…daraaaaa….ba..banguunnnn….”.

Aku mengguncang-guncang tubuh dara dengan tanganku yang sudah gemetar. Tapi dara tidak merespon aku bisa merasakan, nafas tidak keluar dari mulut atau hidungnya…dara…..jangan lakukan ini……aku mohon….

Sambil terus gemetaran aku memeluk badan dara dan membawanya menjauhi air laut, aku menguatkan kaki dan tanganku  lalu menggendong dara menuju sebuah gua yang terbuat dari bebatuan.

Aku terduduk di sudut gua. Memeluk badanku sendiri berusaha menghangatkan tubuhku yang menggigil dengan hebatnya. Dara masih pingsan, wajahnya sangat pucat dan dingin. Kenapa seunghyun tidak kembali ? kenapa tidak ada orang di pantai ini ? kenapa tidak ada yang bisa menolong kami ?. Aku mengguncang-guncang badan dara, berusaha menyadarkannya, wajahnya sudah sangat pucat. Dia kedinginan. Aku memeluknya dengan erat.

“Uugh……ghhhh ! ma…ma-afkan aku….daraaa…bukaa matamu…ku…mohon……”.

Aku mendekati wajah gadis kurus dihadapanku ini dan memberinya nafas buatan. Bibirku menempel erat pada bibir dara, dan dengan kekuatan yang tersisa, aku menghembuskan nafas ke dalam mulutnya beberapa kali.

Pada hembusan nafas yang ke-4, perlahan dara terbatuk dan mulai menghembuskan nafasnya sendiri. Aku merasa sangat lega. perlahan aku menjauhkan wajahku darinya dan bersandar ke dinding gua.

“sy…syukurlaah…..”

“j…ji ?”.

“daraa….”

Dara memeluk wajahku di lengannya, dan menggosokkan telapak tangannya pada lengan dan punggungku. Ia berusaha menghangatkanku. Aku tersenyum dan balas memeluk tubuh mungilnya dengan erat. Ada perasaan tak ingin melepaskan wanita ini dari pelukanku, aku menghirup aroma tubuhnya yang lembut dan semuanya terasa nyaman dan aman. gia

“ji….jiyoong…hiks….bertahanlah….”

Aku sangat lelah…tapi juga bahagia. Aku menutup mata, hanya mengistirahatkan tubuhku sebentar dalam pelukkan dara. Aku berharap waktu berhenti dan kami bisa terus begini. Aku tak peduli kalau harus mati kedinginan, selama ada dara aku aman.

***

Sandara POV     

“ji-jiyong ?….he-hei……jiyong !? ”.

Badannya sangat dingin. Aku memeluknya kuat dan menggosokkan tanganku pada pundaknya, tidak ada reaksi apapun. Jiyong tidak bernafas, badannya sangat kaku.

Aku takut. Aku takut jiyong tidak bisa bernafas lagi…dan…aaaarrghhh ! buang semua pikiran negative itu dara !

Aku merangkul wajah jiyong lagi, air mataku sudah tumpah dan aku langsung menangis di rambut kuningnya. Aku merangkul badannya erat…sangat erat.

“ji-jiyong…yaah !…..bangun…..jangan….pergi…..heyy…aku belum sempat minta maaf padamu…..ji-jiyoong….”.

Aku menggigit bibirku, masih memeluk dan menggosok badan jiyong dengan tanganku, berharap aku bisa menghangatkannya.

“kau bodoh sekali….jiyong Bodoh ! aku tidak minta kau selamatkan bodoh ! sekarang kau jadi begini kan ? ya tuhaaan !! siapapun toloong kami…. !!!”.

“JIYONG-AHH !!! DARA-AHH !!!”

“DARA !!!! KELUAR LAH !!!”.

Seperti sihir, aku mendengar suara teriakan paman dan tabi dari atas gua. Di dermaga. mereka ternyata mencari kami.

“TABI !!! TOLONG ! KAMI DISINI !!!.”

Tabi langsung turun meloncati bebatuan setelah mendengar teriakanku. Saat tiba di gua, dia sangat kaget melihat keadaan kami.

“A-apa yang terjadi !? kau baik-baik saja dara !? hah ? tidak ada yang terluka ?.” tabi langsung memegang pipiku dengan kedua tangannya yang besar.

“ji-jiyong…..selamatkan jiyong dulu…..di-dia tidak bergeraak…”. Aku masih memeluk jiyong sambil menangis sesenggukan.Tabi bingung harus melakukan apa. Untung saja paman jae sang datang dan langsung menggendong jiyong di punggungnya.

“Seunghyun-ahh ! cepat gendong dara keluar, sebelum mereka terkena hypothermia !.”

Tanpa aba-aba, tabi langsung menggendongku dan jiyong digendong oleh paman jae sang.Kami berhasil keluar dan langsung dibawa ke rumah paman.

***

“Eonni !!! ya tuhan, tubuhmu dingin sekali !.”

“Ooohh ! dara, apa yang terjadi !?.”

Ibu dan min ji sudah berada di rumah paman dan langsung menghampiriku yang masih basah kuyup.

“HYE YOUNG-SSI, MIN JI-AHH ! cepat bantu dara ganti baju di kamar tamu depan, ada penghangat disana. Cepat sebelum suhu badannya menurun lagi”. Jiwa dokter paman jae sang keluar dan dia berubah menjadi sangat serius. “ Seunghyun, bantu aku menolong jiyong”.

Mendengar ada keributan dibawah, Hyun suk-ssi turun dan sangat terkejut ketika melihat jiyong yang sudah tak sadarkan diri. Beliau  langsung berlari menghampiri paman jae sang dan memegang pipi jiyong yang sudah pucat dan kaku.

“Yaa !!! jiyong-ahh !? yaa !!! ada apa dengan anakku jae sang !? .”

Hyun suk-ssi gemetar dan tak kuasa menahan air mata.Ini semua salahku. Jiyong jadi begini gara-gara menyelamatkanku, aku tidak memintanya melakukan ini. Maafkan aku….maaf !

***

Setelah selesai berganti pakaian dan menghangatkan diri, tubuhku jauh lebih baikkan. Ibu memaksaku untuk istirahat dan tidur sejenak. Aku pun menurutinya. Ibu dan min ji pamit pulang sebentar untuk mengambil pakaian dan beberapa obat.

Aku berusaha untuk tidur, tapi terus memikirkan jiyong. Aku menyentuh bibirku dan mulai salah tingkah karena mengingat saat jiyong memberikan nafas buatan. Rasa khawatir, cemas dan senang bercampur aduk menjadi satu.

***

            Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam, pikiranku masih melayang-layang, tidak bisa berhenti memikirkan jiyong. Kata tabi, jiyong sudah dirawat dan pakaiannya juga sudah di ganti, wajahnya sudah tidak pucat lagi dan dia sudah bernafas normal, tapi belum sadarkan diri. Aku makin penasaran, banyak pertanyaan berkecamuk di otakku, Apakah dia sudah sadar ? apakah dia gegar otak ?.

Aku memberanikan diri untuk keluar kamar dan naik ke kamar atas. Suasana rumah sudah sepi dan semuanya sudah tidur. Di kamar atas, dengan ditemani cahaya lampu kamar yang temaram jiyong tertidur dengan pulas. Aku memandangi wajah kurus namja egois yang telah menyelamatkanku itu dan terduduk lemah di samping tempat tidurnya.

“Hei…Aku benci orang egois sepertimu…..kalau tidak menyelamatkanku, kau tidak akan jadi begini kan ?…..jiyong bodoh…….”. Aku bergumam sambil memegang tangan jiyong. “Maafin aku ya….”.

Air mata jatuh mengalir ke hidungku. Aku menarik nafas dan membenamkan wajahku ke tempat tidur jiyong, aku mengeratkan genggamanku pada tangannya dan menciumnya dalam.

“saranghae…..”.

***

Jiyong POV

“Jiyong-ahh, jadilah orang yang bisa melindungi orang lain… kalau jiyong pasti bisa deh. Namamu “YONG” yang berarti naga, kau memiliki hati yang kuat…..suatu hari nanti pasti ada yang ingin jiyong lindungi, sampai mungkin kau akan memberikan apapun untuknya, termasuk nyawamu. Sama seperti aku melakukannya untukmu……”.

“OMMA !!!!”.

Aku terbangun dengan badan penuh keringat dan nafas yang tersengal-sengal. Lagi-lagi mimpi buruk tentang omma. Aku memegang kepalaku yang seperti dihantam batu bata dan melirik ke samping.

Jantungku berdebar kencang saat melihat dara sedang tertidur pulas sambil terus menggenggam tanganku. Aku gelagapan, salah tingkah dan mulai bergerak dengan panik. Sangat canggung ketika melihatnya lagi setelah aku memberikan nafas buatan untuknya, itu adalah ciuman pertamaku loh ! . Aku melepaskan genggaman dara dengan lembut, dan memandangi wajah imutnya yang sedang tidur.

“Nee…omma, apa artinya semua ini….?”.

Aku terus memperhatikan wajah dara dan membelai pipinya dengan punggung tanganku, ia bergerak seperti anak kucing dan tersenyum dalam tidurnya. Haaaaaahh ! aku bisa mati terkena serangan jantuung><”. Aku  bangun dari tempat tidur dan menggendong tubuh dara, lalu membawanya turun menuju kamar tidurnya. Waktu telah menunjukkan pukul 2 dini hari, sejak aku pingsan tak sadarkan diri. Dengan hati-hati aku kembali menidurkan dara di tempat tidur dan menarik selimut ke tubuhnya. Sambil tersenyum canggung, aku memandangi wajah cantik yeoja dihadapanku dan mencubit kecil ujung hidungnya. Saat akan beranjak pergi, tiba-tiba dara memegang tanganku dan bergumam dalam tidurnya.

“ji…yong…maaf…”.

Jantungku terus berdebar, mataku terbelalak dan wajahku merah padam.  Aku duduk disisinya dan menggenggam erat tangan mungilnya.

“Kau mungkin menyesali perbuatanku kemarin dan terus menyalahkan dirimu. Tapi jika aku membiarkanmu, aku akan jadi pria paling bodoh dan terkutuk seumur hidup…..maafkan aku ya…aku tidak bisa menjagamu dara-yaa…..”. aku mencium tangan dara dan membawanya ke pipiku.

“saranghae….”.

Aku meraih wajah dara, memandangi wajah cantiknya yang segar. Baru kusadari ternyata dara sangat cantik, wajah putihnya yang lembut dan bibirnya yang merah membuat jantungku jadi berdetak kencang.  Aku langsung memeluk dara. Dari jarak yang sangat dekat begini, wangi vanilla dari tubuhnya semakin jelas tercium. Aku menempelkan hidungku ke hidungnya lalu mencium bibir mungil dara .

Kalau disaat seperti ini dara terbangun, mungkin dia akan mencakar wajah tampan ku ini…..atau mungkin….sebaliknya ?

***

22 thoughts on “Sakura Drops : Part 1 – PERTEMUAN

  1. Set dahh telat sekali aku baca ini ff -__-
    aku baru nemu judul ff ini, tadi authornya ngepost oneshoot dan bilang seharusnya lanjutin sakura drop
    Ya udah aku cari di library, eh nemu tapi hiatus
    Tapi berhubung authornya udah kembali ke DGI, mungkin akan di lanjutn lagi ini ff *semoga

Leave a comment