The Couple Next Door [Chapter 13] : The Girls Intervention

author      : silentapathy
source      : TCND on AFF
indotrans : dillatiffa

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dara POV

Aku sudah mengamati Jiyong selama beberapa minggu terakhir dan tidak banyak yang berubah darinya termasuk kesibukannya yang mulai menggangguku.

Sebelumnya, dia hanya akan pulang terlambat. Tapi akhir-akhir ini, ada malam-malam dimana dia sama sekali tidak pulang dan hal itu membuatku merasa cemas. Aku sudah bertanya padanya tapi dia bilang mereka sedang menangani kasus sulit. Waktu yang kami berdua habiskan bersama semakin berkurang dan berkurang.

Kadang-kadang aku bergarap aku berharap tidak menerima tugas sebagai juri diacara itu. Tapi karena hal itu, aku harus bekerja tiga hari di DB & Co. dan dua hari untuk shooting dalam satu minggu, belum lagi bertemu dengan klien serta rapat dan sebagainya. Oke, harus kuakui. Bukan hanya Jiyong yang sibuk sekarang ini.

Aku juga.

Tapi…

Aku sangat merindukannya… Apakah dia tidak merindukanku?

Pikiranku teralihkan saat melihatnya berdiri disisiku dan menarikku bangun dari duduk. Dia lalu duduk di kursi yang kududuki tadi dan menarikku, sehingga sekarang aku duduk menyamping di pangkuannya.

Apa dia bisa telepati atau semacamnya? Apa dia baru saja membaca pikiranku?

“Babe… ini hari liburmu, kan?” tanyanya padaku dan aku hanya bisa mengangguk sedih. Ini hari sabtu – for heaven’s sake – tapi dia tetap saja berpakaian kerja. Well, itu artinya aku akan sendirian dirumah lagi.

“Aku minta maaf karena beberapa minggu terakhir aku sibuk baby…” katanya, seluruh tubuhku merinding saat dia menyandar di bahuku. “Tapi akan kucoba untuk pulang cepat malam ini. Apa kamu ingin pergi keluar?” tanyanya dan aku langsung menggigit bibirku untuk mencegahku berteriak kegirangan.

“B-b-enarkah?” tanyaku meyakinkan.

“Neh…”

 

 

“Aku tidak ingin kemana-mana Jiyong, kita tinggal di rumah saja… Episode perdana acara itu akan ditayangkan malam ini, bisakah kita menonton itu bersama?” pintaku.

“Omo, acaramu akan segera ditayangkan?” tanyanya dan aku jawab dengan anggukan disertai sebentuk senyum malu-malu.

Aigoo! Bagaimana penampilanku di TV? Namja ini mungkin akan menertawakanku!

Jiyong meringis padaku dan mendekapku semakin erat.

“Arasso! Aku akan pulang cepat malam ini. Tunggu aku jagiya.”

 

“Baiklah, kupegang janjimu.” Kataku sambil menangkup wajahnya.

“Memang harus… Aigoo… Aku merindukan baby gorl-ku…” katanya dengan aku masih menggantung padanya seperti koala.

“Yah, kamu semakin ringan saja! Apa kamu sempat makan saat istirahat?” tanyanya dengan nada serius, aku hanya bisa menelan ludah.

“Tentu saja… Para kru menjagaku…”

 

“Dan…”

 

“Dan CL-roo…”

 

“Dan…”

 

“Dan Yoongju unnie.”

 

“Dan…”

 

Oke. Aku mengerti kemana arahnya ini. Aku memutar bola mataku.

“Dan Joongki oppa, jika itu yang ingin kamu dengar.” Aku memberi tahunya dan benar saja. Dia menyipitkan matanya sambil mengamati wajahku.

“Kenapa? Cemburu lagi?” tanyaku.

“Ani… Kenapa aku harus cemburu? Pscht… Kecuali dia benar-benar mengambil langkah mendekatimu dan kamu tidak mau mengatakannya padaku.” Ujarnya dan aku langsung memukul lengannya dan berusaha membebaskan diri tapi dia terlalu kuat dan aku tetap bertahan di tempat – dalam pelukannya, atau lebih tepatnya gendongannya.

“Aku hanya bercanda babe… Kamu tahu kan aku sangat mempercayaimu?” katanya menatapku dengan sayang, aku semakin mengeratkan pelukanku padanya.

“Jaga dirimu… Aku akan memasak untuk makan malam nanti!”

 

“Bagus!” katanya mencuri sebuah kecupan di pipiku. “Siapkan sesuatu untuk ‘teman kecil’ juga, arasso?” katanya sambil memainkan alisnya naik turun.

“Omona! Yah!!! — MMPPPHHH!”

 

 

Ya Tuhan! Apa dia baru saja menutup mulutku dengan sebuah ciuman?

Kakiku lemas saat dia akhirnya menurunkanku, sekujur tubuhku masih merinding.

“Bye beby… Aku pergi dulu! Aku mencintaimu!” katanya tertawa sambil berlari keluar menuju pintu.

Aku tertawa pada diriku sendiri. Tuhan… Pria itu tidak pernah gagal membautku lemas seketika.

Aku menggelengkan kepala dan kembali ke dapur.Banyak yang harus kulakukan, aigoo. Aku masih harus membersihkan rumah karena dia hanya bisa melakukannya hari ini dan besok. Aku menatap Dadoongie dengan rasa bersalah.

“Hei little boy… Maafkan omma dan appa karena tidak bisa banyak menghabiskan waktu denganmu.”

 

 

Aku baru selesai mencuci piring begitu aku mendengar teleponku berdering. Cepat-cepat kukeringkan tangan dengan celemek dan mengambil teleponku dari dalam saku.

Dari Bommie…

Aigoo. Aku bertanya-tanya ada urusan apa wanita hamil satu ini.

“Yobo—-“

 

“Darong!!! Ayo pergi keluar!!!”

 

“Omo… Mianhe Bommie-yah… Aku punya banyak pekerjaan rumah. Mungkin lain—“

 

“Ani!!! Kita pergi keluar hari ini! Ayo pergi belanja dengan yang lainnya! Ppalli!!!”

 

“Tapi…”

 

“Yah… Sudah lama kita tidak melakukan hal ini! Bagaimana kamu tega menolak kami?”

 

“Tapi aku harus membersihkan rumah dan memasak untuk Jiyong nanti malam…”

 

“For heaven’s sake, ini baru jam delapan pagi! Aku tidak mau menerima jawaban tidak kali ini Darong! Aku akan mengirimkan salah satu pembantuku.”

 

“Tapi—“

 

“Tidak ada tapu-tapian!”

 

 

==========

“APA?”

 

“Apa?” tanya Bom setelah menyelesaikan mangkuk es krim-nya yang ketiga.

“Kamu bilang TOP juga sering pulang telat?” Dara menanyai sepupunya.

“Apa yang kamu pikirkan Darong? Kelima orang itu tidak terpisahkan! Lagi pula mereka menjalankan tugas, kan? Jadi itu menjelaskan kenapa. Tenanglah.”

 

“Aigoo… Daesung oppa juga semakin jarang menghabiskan waktu bersamaku. Aku bahkan belum bisa mengambil keputusan kapan gran opening restoran kami akan diselenggarakan. Aku inginnya minggu depan, tapi dia sama sekali tidak membantu.” Minzy mengeluh kepada para unnie-nya.

“Aku merindukan Seungri.”

 

“BWOH???”

 

Ketiganya tidak bisa mempercayai apa yang mereka dengar keluar dari bibir CL. Gadis galak ini tidak pernah bicara apapun tentang perasaannya pada pria. Dia tidak pandai berkata-kata tapi dia menunjukkan langsung melalui tindakan bahwa dia peduli. Dan sekarang dia baru saja mengatakannya – Bom, Dara, dan Minzy berpikir itu tidak bisa dipercaya.

“Maksudku, sekarang dia sudah kembali bekerja… dan kami sudah bersama selama beberapa bulan dan dia tidak melakukan apapun, keluyuran, mengantar-jemputku dan sebagainya. Aku terbiasa dengannya berada disekitarku karena lukanya itu tapi sekarang… Aisht!”

 

“Aku mengerti maksudmu CL-roo.” Dara menepuk punggung CL bersimpati.

“Oh boy… Inilah konsekuensinya memiliki pria seorang polisi… Kita harus bersabar.” Kata Bom sambil menggigit waffle-nya.

“Y-y-ah unnie, kamu terus saja makan sejak kita sampai disini.” Komentar CL. “Pelan-pelan saja, bisa kan?”

 

“Yah! Yah! Tolong diingat aku punya kehidupan lain yang harus diberi makan dalam perutku!”

 

“Pscht… Alasan.” Balas Minzy.

Dara merasa senang bisa pergi keluar dengan teman-temannya. Dia tersenyum menatap ketiga temannya bertengkar karena hal tidak penting tapi kemudian menertawakannya sampai menepuk-nepuk paha mereka sambil memegangi perut.

“Hei unnie, aku punya satu pertanyaan…” CL beralih pada Dara.

“Apa itu?”

 

CL menatap yang lainnya sebelum kembali menatap Dara. “Hmmm apa kalian sudah membicarakan rencana pernikahan dan sebagainya? Maksudku kamu dan Jiyong oppa…”

 

Dara kaget mendapat pertanyaan seperti itu. Dia membuka mulut untuk menjawab tapi tidak ada satu pun kata yang keluar.

Pada dasarnya tidak ada yang bisa dia katakan. Mereka berdua tidak pernah membicarakan hal itu dengan serius. Dara tidak mau membuka topik itu duluan, dia ingin Jiyong yang berinisiatif.

“Oh… Itu…” dia tersenyum tak nyaman.

“Unnie… Aku bercerita pada Mingky dan Bom unnie tentang apa yang terjadi di bar saat kamu mabuk… Kami mencari cara untuk membicarakannya denganmu beberapa kali sebelumnya tapi kita semua sibuk dan aku jadi berpikir, well… Kami bertiga bisa membicarakannya denganmu sekarang. Kami cemas akan perasaanmu. Khususnya sekarang karena kalian berdua jadi jarang menghabiskan waktu bersama. Kamu pasti merasa frus—“

 

“Ani… Aku baik-baik saja… Chincha…” Dara memaksakan senyum namun ketiga temannya menatapnya penuh arti.

“Unnie…” Minzy meraih tangannya dari seberang meja.

“Darong…” panggil Bom dan meletakkan garpunya di meja. “Hei, tidak masalah untuk bercerita kepada kami. Kami disini akan mendengarkanmu. Aku selalu saja mencemaskanmu… Kita semua terlalu sibuk itulah kenapa kami ragu untuk membicarakan ini denganmu sebelumnya.”

 

“S-sebenarnya…” Dara menundukkan kepala dan bermain dengan jemarinya. “Kami tidak pernah berbicara serius tentang hal ini. Well, aku sangat mengerti, tentu saja. Kami berdua sibuk dan mungkin karena aku masih memiliki banyak kekurangan… tapi aku sangat mempercayai Jiyong. Aku akan bersabar menunggunya melamarku.” Katanya memberikan sebuah senyum paksaan. “Aku mungkin kedengarannya tidak begitu bersemangat. Karena sebelumnya aku tidak pernah punya pacar dan begitu bertemu dengan Jiyong, semuanya terasa seperti tidak nyata. Dia terlalu sempurna… Rasanya aku tidak ingin kehilangan dia. Aku ingin sebuah jaminan. Tapi aku sadar, aku pasti terdengar egois – mengikatnya pada sesuatu yang dia belum siap. Lagi pula, dia masih muda… Pasti masih banyak hal lain yang ingin dia lakukan.”

 

Bom, CL, dan Minzy menatap Dara dengan mata berkaca-kaca. Gadis itu menahan semuanya, namun dia itu begitu transparan. Apa yang dia rasakan terlihat jelas di matanya.

“Bagaimana kalau kamu yang mengambil inisiatif?” Bom tiba-tiba memecah keheningan.

“A-pa?”

 

“Ya ampun unnie, itu dia! D*mn! Aku tidak tahu hamil bisa membuatmu berpikir lebih cerdas!”

 

“Yah!”

 

“Aku tidak mengerti…” kata Dara.

“Unnie… Apa yang Bom unnie ingin katakana adalah kamu yang mengambil tindakan duluan. Kamu tidak bisa selamanya menunggu, kan?” jelas Minzy membuat Bom dan CL terperangah kaget.

“OMO! YAH MAKNAE!!!”

 

“Apa? Itu soal mudah…”

 

“Aigoo… Aku tahu itu. IQ-nya tentang sebuah hubungan melebihi Dara unnie.” CL memutar bola matanya.

==========

“Terima kasih boys, aku sangat menghargai bantuan kalian.” Kata Jiyong menepuk bahu teman-temannya.

“Apapun demi dirimu hyung!” Seungri meringis pada Jiyong.

“Mau ikut kami pergi minum?” tanya TOP.

“Ani… Aku harus pulang cepat. Dara akan memasak makan malam di apartemen.” Katanya sambil mengelus tengkuknya sambil tersenyum malu-malu.

“Aigoo! Kamu tersipu seperti remaja! Hahaha!” Daesung menertawakannya.

“Yah! Aku tidak tersipu!”

 

“Aigoo… Empat lawan satu.” Balas Daesung pada Jiyong.

“Arasso, ayo pergi boys. Akhirnya kita selesai!” kata TOP sambil berjalan menuju mobilnya diikuti tiga orang lainnya, tapi Seungri menghampiri Jiyong.

“Hyung, bisakah aku ikut makan malam di apartemenmu? Masakan CL benar-benar payah!” bisik Seungri.

Jiyong baru akan menjawab, tapi Yongbae sudah meneriaki mereka.

“YAH!!! BERHENTILAH MENGGANGGU MEREKA, DASAR PENGGANGGU!” teriaknya disambut tawa dari yang lain.

“Aisht!!!” Seungri mengernyit dan mengerutkan bibir sementara Jiyong hanya menertawakan ekpresi maknae.

==========

Begitu sampai di apartemen – yang mendapat pencerahan setelah berbicara dengan teman-temannya, dia langsung berterima kasih kepada ahjumma yang dikirimkan Bommie dan memberinya pembayaran lebih karena telah menjaga Dadoong. Dibongkarnya bermacam tas belanjaan berisi oleh-oleh yang Bommie berikan padanya tadi, tapi kemudian menggelengkan kepala – dia tidak bisa melakukan itu.

Tapi dia harus.

Dia mencoba sejenak melupaka tentang hal itu sejenak dan mengingatkan dirinya dia harus memasak untuk Jiyong. Dia menghabiskan waktu selama tiga jam untuk menyiapkan iga pedas, tumis sayuran dan ayam, dan sup kol untuk makan malam mereka.

Puas dengan hasil masakannya, dia bersenandung sambil menyiapkan meja makan sembari menunggu Jiyong pulang. Dia melihat ke jam dinding, sudah jam 18.30.

“Dia bilang dia akan pulang cepat.” Katanya kepada diri sendiri. Acaranya akan ditayangkan tepat pukul 8 malam, jadi Dara mengharapkan mereka bisa makan malam lebih cepat dan menonton acara itu bersama.

Dara berjalan kembali ke dapur mengambil teleponnya yang tertinggal disana dan mencoba menelepon Jiyong – tapi tidak dijawab. Dia mencengkeram dadanya yang mulai berdebar kencang.

Dia akhirnya merasa lega setelah Jiyong mengangkat teleponnya.

“Jiyong, dimana kamu sekarang? Ya Tuhan! Aku khawatir!” katanya sambil mendesah.

“Hey babe, tenanglah… aku sudah dalam perjalanan pulang.”

 

“Benarkah? Arasso… Maafkan aku…”

 

“Aigoo… Kamu sebegitunya merindukanku, kah?”

 

“Yah!”

 

“Aku juga merindukanmu… sangat… tidak sabar untuk segera sampai rumah. Tunggu aku, sekitar 20 menit lagi aku sampai.”

 

 

==========

Jiyong tersenyum saat masuk kedalam mobilnya setelah mengambil buket bunga yang dia pesan pagi tadi. Dia ingin mala mini menjadi sangat spesial karena cukup lama sejak terakhir kali mereka menghabiskan waktu bersama. Dia mereka dia perlu bersikap lebih manis pada Dara.

Tuhan tahu seberapa rindunya ia pada gadisnya. Dua minggu dengan komunikasi terbatas karena tugasnya dan juga beberapa urusan lain dengan teman-temannya. Dua minggu lamanya dia tidak memberi perhatian kepada Dara dengan baik.

Dia menyalakan mesin mobil dan baru akan menginjak pedal gas, saat tiba-tiba seorang bocah kecil menghalangi jalannya. Jiyong langsung keluar dari mobil.

“Hey, little boy, ada apa ini?”

 

“K-k-kamu seorang polisi kan?” tanya bocah itu.

“A-pa?”

 

“Kamu bekerja di Seoul PD!” kata bocah itu.

“Yeah… kenapa?”

 

“Tolong aku, kumohon!”

 

“Apa? Yah, aku harus segera pulang ke rumah, kumohon pergilah. Jika kamu butuh uang, ini…” Jiyong baru akan mengeluarkan dompetnya saat bocah itu kembali bersuara.

“Temanmu, dia menangkap appa dan memasukkannya ke penjara. Tapi appa orang baik! Sekarang adikku sakit dan ada kami berdua! Kami tidak punya apapun untuk makan. Dia sekarat!” kata bocah itu sambil menghapus air matanya dengan lengan.

“Lalu, dimana omma-mu?”

 

“Aku tidak punya omma!”

 

Jiyong kaget mendengar penuturan bocah itu. Dia masih kecil, mungkin sekitar 7 tahun. Tapi yang membuatnya tersentuh dari bocah ini adalah bahwa dia mencemaskan adiknya. Dia tidak punya hati untuk menolaknya. Jika dipikirkan, dia begini sejak kedua orang tuanya meninggal. Satu-satunya perbedaan adalah dia masih memiliki bibi Lydia dan paman Hyunsuk yang membantunya dan adiknya.

Dia kemudian ingat akan orang yang Yongbae tangkap pada perampokan bank yang kedua. Tapi bagaimana dia menjelaskannya pada anak kecil ini, bahwa dia harus segera pulang?

“Yah, apa yang kamu inginkan sekarang?”

 

“Bebaskan ayahku.”

 

“Kamu tahu aku tidak bisa melakukan hal itu! Aisht! Ada banyak polisi di Seoul PD, kenapa kamu memilihku, bocah nakal?!”

 

“Larena kupikir kamu berbeda dengan mereka! Kamu selalu bicara dulu dengan orang lain dan aku melihatmu pergi ke penjara sebelumnya. Bantu aku ahjussi! Kumohon!”

 

“Yah!!! Siapa yang menyuruhmu memanggilku ahjussi?! Dan… Yah! Apa kamu mengikutiku? Kenapa kamu— Aisht!!! Lupakan itu. Coba cari orang lain untuk kamu ganggu. Aku harus pulang!”

 

“Lalu… Lalu… bagaimana denganku dan adikku? Dia perlu dibawa ke rumah sakit!”

 

Jiyong kembali melihat si bocah malang itu dan hanya bisa mengusap wajah dan menjambak rambut karena frustasi – sebelum akhirnya membopong bocah itu dengan satu lengan, membawanya kedalam mobil.

“AISHT!!!”

 

 

==========

“Baby, kumohon… Kumohon… Aku benar-benar meminta maaf. Aisht… Nanti akan kujelaskan begitu aku sampai rumah, neh? Kumohon, jangan berkata dengan nada sedih seperti itu… Aku benar-benar tidak menyangka hal ini akan terjadi. Babe… Yah… Aisht!”

 

 

Jiyong menendang dinding sebelum akhirnya kembali duduk di bangku rumah sakit. Dia membawa kedua anak itu ke rumah sakit – ternyata bocah itu tidak berbohong.

Adik bocah itu mungkin berumur sekitar 4 tahun, dia benar-benar sakit. Sedangkan bocah penguntitnya pingsan karena kelelahan dan dehidrasi – Jiyong tidak menyesal menolong dua anak itu.

Dia menyandarkan punggungnya dan berpikir sejenak. Berapa banyak anak kecil yang harus menderita akibat dari perbuatan salah yang dilakukan oleh orang tuanya? Dia mencatat dalam hati jika tiba saatnya nanti dia menjadi seorang ayah, dia akan pastikan bahwa anaknya akan hidup dengan baik dan layak serta memiliki masa depan cerah. Dia akan bekerja keras dan membuat anak-anaknya bangga kepadanya.

“Hyung!” panggil Seungri yang datang terengah.

“Hei rat, terima kasih sudah datang!” Jiyong memeluk maknae. “Terima kasih! Ya Tuhan, aku yakin, Dara akan memanggangku.”

 

“Aisht, tidak mungkin hyung. Dimana anak-anak itu?”

 

“Mereka masih didalam. Yah, telepon aku jika terjadi sesuatu, arasso? Aku benar-benar harus pergi. Aku berhutang padamu kali ini, maknar.”

 

“Tentu saja hyung! Tidak perlu dipikirkan. Semoga berhasil! Kuharap noona tidak akan membuatmu blueballs! Kekeke…” kata Seungri meringis, dan jika Jiyong tidak sedang terburu-buru, dia pasti akan dengan senang harti memberi pelajaran pada si mulut besar itu.

==========

Jiyong memukul kepalanya setelah meyalakan lampu begitu sampai di apartemen. Dia meletakkan buket bunga di meja dan takjub dengan yang telah Dara lakukan.

Seisi apartemen bersih mengkilap, gorden telah diganti, bunga-bunga segar tertata rapi di vas di dekat jendela. Dia mendesah dan berjalan kearah meja makan.

Semuanya telah siap. Mulai dari peralatan makan – piring, gelas wine, serbet, hingga makanan yang telah tersaji di tengah.

Dia mengusap wajahnya dan beranjak menuju kamar mereka.

“Jagiya?” dia melongok melalui pintu namun Dara tidak ada disana. Alisnya berkerut dan beralih ke kamar mandi, tapi sama saja kosong. Tinggal satu tempat yang tersisa, dia bergerak menuju ruang kerja Dara dan disana gadisnya, tertidur di meja kerjanya, kepalanya diletakkan di lengan kenannya.

Kembali, Jiyong mendesah dan merapikan rambut Dara, menyelipkan helai rambut ke belakang telinga sebelum mengelus wajah gadisnya dengan punggung tangan – membuat gadisnya terbangun dari tidur.

“Jagiya…” panggilnya. “Baby… aku pulang…” katanya saat Dara memaksa matanya terbuka.

“Hai…” sapanya begitu mata Dara terbuka sempurna dan tersenyum kecil.

“Hai… Maaf… aku ketiduran.” Katanya sambil perlahan berdiri dari tempat duduknya. “Aku akan menghangatkan makanan.” Katanya berjalan melewati Jiyong, tapi pria itu cepat-cepat menyelipkan tangannya memeluk gadis itu.

“Baby aku minta maaf… Maafkan aku…” pintanya sambil membenamkan wajah di satu sisi leher Dara.

“I-i-itu tidak masalah Jiyong-yah… Aku minta maaf karena sempat kesal tadi, tapi aku tersadar kamu hanya melakukan hal yang benar. Jadi, ayo kita makan.”

 

 

==========

Dara POV

  

“Jagiya apa kamu baik-baik saja?” tanya Jiyong saat kami mencuci peralatan makan. Aku sudah memintanya untuk beristirahat saja tapi namja ini tidak mau mendengarkan. Aigoo…

Sejujurnya, aku merasa buruk tadi. Rasanya seperti semua usahaku sia-sia. Tapi setelah aku mendengar ceritanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, aku jadi merasa bersalah karena sudah marah padanya di telepon.

Jiyongku benar-benar pria yang baik. Aku tidak bisa untuk tidak semakin jatuh cinta padanya.

Dan oleh karena itu, *ehem*… aku… memutuskan untuk mengikuti… saran teman-temanku.

Kuharap aku bisa melakukan hal ini… Ya Tuhan… Kumohon bombing aku.

Tunggu, tidak!

Ya Tuhan kumohon maafkan aku karena menjadi impure seperti ini!

(T/N: saya memakai istilah aslinya saja, karena kalau diterjemahkan, kalimatnya berubah absurd.. salahkan bahasa indonesia yang punya banyak sekali konotasi setiap katanya >.<)

“J-j-ji?” panggilku tanpa menatapnya.

“Neh?”

 

“Aku… aku akan membereskan kamar dulu… Kurasa aku membuat berantakan tadi.” Kataku resah saat aku mengeringkan tangan.

“Aigoo… Itu tidak masalah jagiya. Aku tidak akan mempermasalahkannya kali ini.” Aisht! Dasar gila bersih…

“Chincha?”

 

“Neh… Lagi pula… Kita akan membuatnya berantakan sebentar lagi.” Katanya sambil memasang senyuman menggodanya itu – yang hampir membuatku mimisan.

Aisht! Aku resah disini, dan dia sama sekali tidak membantu!

“Hei… Kenapa kamu jadi diam begitu. Aku hanya bercanda.” Ujarnya.

“O-oke…” kataku sebelum berbalik.

Aku cepat-cepat berlari ke kamar kami, menyambar sepotong pakaian – benar-benar sepotong karena sama sekali tidak menutupi pantatku dengan benar – tapi Bommie bilang ini gaun malam. Aigoo…

Aku berdebat dalam hati sejenak, apakah aku perlu melakukan tes ini atau aku harus menghentikan semua kegilaan ini secepatnya.

TAPI INI SANGAT CANGGUNG DAN IMPUUUUUREEE!!!

OTTEOKE???

Apakah Jiyong akan menyukainya? Apakah dia akan terkejut? Tapi pertanyaan terburuknya adalah…

“Bagaimana kalau dia sedang tidak mood untuk omong kosong ini?”

 

Gaaaaah! Aku benar-benar ingin merangkak kembali masuk kedalam kandungan omma!!!

Tapi… Bom, CL, dan Minzy bilang ini satu-satunya cara untuk mengetes apakah tahap selanjutnya akan sukses atau tidak.

Tenanglah Darong!!!

Fighting!!!

==========

Jiyong menjatuhkan dirinya di tempat tidur dan menyandar di sandaran kepala, sambil menonton episode perdana Korean’s Next Top Model via youtube melalui ipadnya setelah membersihkan dapur.

Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman senyuman saat melihat interview pertama Dara. Dia tertawa melihat ekspresi konyol dan jujur akan ketidaktahuannya. Sialan show ini, pikirnya. Sekarang semakin banyak orang, kemungkinan besar pria akan jatuh cinta padanya.

“Aisht! Kamu milikku, arasso? Hanya milikku! Lihat saja. Sebentar lagi, akan kubuktikan!” katanya pada Dara di layar seperti seorang idio, tidak menyadari sepasang mata yang melongoknya dari pintu kamar mandi.

“Ji…”

 

 

“Hei, babe. Kemari. Ayo lihat show-mu.” Jiyong meringis menatap Dara, tapi gadis itu menunduk sedih.

“Hei, ada apa? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Jiyong langsung berdiri dan meletakkan ipadnya di meja samping tempat tidur.

“Jangan mendekat!” seru Dara memperingatkan sebelum Jiyong sempat melangkah.

“W-w-ae? Jagiya, kupikir kamu sudah tidak marah lagi?”

 

 

Perlahan, Dara melangkah keluar dari kamar mandi – masih dengan kepala tertunduk dalam – sambil memainkan tali jubahnya.

“Jagiya? Hei… Baby kemarilah… Kenapa kamu terlihat sangat cemas seperti itu? Apa ada yang—“

 

 

Jiyong terperangah begitu Dara menarik lepas ikatan tali, membiarkan jubahnya terlepas, jatuh ke lantai.

“HOLY SH*T!!!”

 

 ==========

Gimana chapter ini?? kekekeke~

ada yang mau saya bilang ke temen2..

pertama, kalo sempat sadar, saya menggunakan kata ganti orang pertama ‘aku’ dan ‘saya’.. mungkin ada yang berpikir, saya labil dan nggak konsisten.. tapi sebenarnya itu adalah cara saya untuk membedakan mana yang sekiranya harus saya ‘sopankan’ cara penulisannya.. misalnya, kalo karakter bigbang disini lagi bicara sama Hyunsuk.. atau waktu 2ne1 ketemu sama pihak Onstyle.. itu semua untuk menunjukkan percakapan formal..

kedua, next chapter adalah rated M, dan insyaAllah akan saya pw lagi.. dan apa paswordnya.. sama dengan yang sebelumnya..

ketiga, buat temen2 yang udah cukup umur, dan pengen minta pw, tolong bilang di kolom komentat, biar saya tahu, nanti saya kirim lewat email.. kalo ada yang minta kirim via dm, follow dan mention saya di @dillatieva, atau message di fb Dilla Tieva.

keempat, cuman mau konfirmasi.. buat temen2 yang udah komentar minta pw dan katanya emailnya nggak sampai, sudah coba cek spam??

aduuuuh~ panjang banget ya ini.. >>…<< nah, nah.. saya perlu cari makan dulu sekarang.. ^_~ *ppyong*

……………………………………………………………..

Tbc…

<< Back Next >>

184 thoughts on “The Couple Next Door [Chapter 13] : The Girls Intervention

  1. Penasaran sama next chapter .. boleh minta passwordnya … emailnya :dyparmit89@gmail.com sebelumnya ada kesalahan email … jd pake email yg ini aj … terima kasih

Leave a comment