[Series] I’m Just Different – 3

image

I’m Just Different [chap 3] Author :: Hanny G^dragon (twitter : @Hannytaukand) Cast :: Sandara Park (dara), Kwon Jiyong (Gdragon), YG (appa Jiyong)

“Gwencana?” tanyanya berlari sambil memegangi kepalanya yang berdarah yang sudah sebagian menodai wajah cantiknya. Apa dia gila? Bukankah seharusnya aku yang berlari dan menanyakan keadaannya? Bukankah keadaannya yang saat ini patut dikhawatirkan? Dan itu semua karena aku? Namja brengsek yang tak bisa menjaganya?

“…” aku tak menjawab apa-apa, aku masih menatapnya dalam tak mengerti sosok apa yang ada di hadapanku ini.

“Ya!!! Jiyong-ssi gwencanayo??? Katakan padaku?” teriaknya sambil mengguncang-guncang tubuhku yang masih terpaku karena tingkahnya.

“Gwen-gwencana”ucapku terbata.

“Hoosh, syukurlah kau baik-baik saja. Palli kita pulang” ucapnya dengan tersenyum lembut. Dan Brugh, ia tak sadarkan diri seketika dan jatuh dipelukanku.

“Dara-ssi, ya!! Sandara!” aku berusaha mengembalikan kesadarannya namun ia masih memejamkan mata indahnya, dengan langakah cepat aku menggendongnya dan kekhawatiran mulai menjalar ditubuhku membuatku ingin berlari membawa dia secepat mungkin. Tuhan hukum aku jika terjadi sesuatu yang buruk padanya.

**

            Seperti biasa, aku dikurung dan dijaga ketat oleh para anjing-anjing pesuruh appa, cih hanya karena pertengkaran di club semalam aku harus dikurung seperti ini, dan lebih parahnya lagi aku tidak bisa melihat keadaan Dara. Aku hanya bisa mengantarkannya sampai rumah sakit tempat ia bekerja, namun belum sempat aku melihatnya sadarkan diri, pesuruh appa sudah terlebih dahulu menyeretku dan kini disinilah aku, di kamar yang luas berisikan barang-barang mewah namun aku sama sekali tak menyukainya. Saat ini yang ku fikirkan keadaan yeoja itu. Yeoja yang terluka karena kesalahanku. Brugh, suara pintu kamar yang terbuka secara kasar.

“YA!!!! Apa kau gila? Apakah kau tak bisa sedikit saja membantuku dengan kau tidak membuat onar di kehidupanku, huh?” ucap dingin ajussi yang berada dihadapanku dan aku menatap acuh.

“Kau tahu, yang kau pukuli semalam itu anak dari pemegang saham di perusahaan kita. Dan kau hampir membuatnya mati, untung saja aku membujuk mereka agar tidak menjebloskanmu ke dalam penjara” ucapnya masih bernada dingin menusuk hatiku yang sudah lama membeku karena sikap ajussi ini.

“Aku tidak membutuhkan bantuanmu. Jika mereka menginginkan aku masuk penjara aku tidak takut sama sekali, karena itu bukan sepenuhnya kesalahanku, dan aku sudah tahu kau tidak memihakku jika memang itu bukan kesalahanku. Karena dimatamu aku hanya sebuah malapetaka, sebuah kesialan yang ada di hidupmu” ucapku menatapnya sedingin sikapnya padaku, kebencian dan rasa rindu akan kasih sayang bercampur di dalam otak dan hatiku. Aku ingin lenyap saja dari semua ini.

“Terserah kau saja, aku benar-benar muak denganmu Ji”ucapnya seraya pergi dari kamarku.

            Aku terduduk, termenung dengan yang menimpaku. Mengapa ini terjadi pada seorang Jiyong? Mengapa ini yang aku alami? Mengapa aku tak bisa mendapatkan kebahagiaan seperti orang lain? Kebahagiaan mempunyai orang tua layaknya keluarga.

“Aiishhtt, aku tak bisa seperti ini terus menerus. Aku harus menemui Dara” umpatku dan melihat ke jendela memeriksa keadaan di luar sana. Aneh, mengapa tidak ada satupun penjaga? Bukankah beberapa menit yang lalu puluhan penjaga di sana? Ku coba membuka knop pintu kamarku. Cklek, terbuka. Dan tanpa berfikir panjang aku langung berlari menghindari jika ada pengawal yang akan mengikutiku namun sepertinya tidak ada. Kemana semua pesuruh bodoh itu? Dan saat aku menuruni tangga.

“Kau bisa bertindak sesukamu Ji, namun jangan sampai aku terlibat dalam masalah yang kau buat. Aku tak punya banyak waktu untuk mengurusi hal yang tak penting” ucap ajussi itu lebih menyakitkan hatiku. Dengan senyum pahit dan berjalan gontai aku menuju motor besarku, kemudian melajukannya dengan kecepatan sesuai dengan kemarahanku saat ini.

“Memang di kehidupanmu yang sempurna ini, aku adalah hal yang tidak penting bagimu Tuan Yang” gumamku dalam hati.

**

~Rumah Sakit~

            Aku berjalan di loby rumah sakit, mencari sosok yang terbaring karena kebodohanku. Namun aku lagi-lagi tertegun bodoh, yang ku temukan sosok yeoja mungil yang berbalut jas putihnya dan perban di kepalanya sedang tertawa dengan lepas bersama pasien yang di hadapannya. Sudut bibirku tertarik, aku tersenyum. Dia yang bisa membuatku tersenyum. Lalu senyumku terbunuh oleh seorang namja yang tiba-tiba mendekatinya dan seperti memeriksa perban yang berada di kepalanya. Cih, aku menyedihkan. Dan aku pun membalikkan tubuhku, entah aku tidak ingin melihat adegan yang membuat perutku mual tiba-tiba. Namun langkahku terhenti, saat suara nyaring memanggil namaku.

“Jiyong!! Ya Jiyong-ssi! Tunggu” teriaknya namun aku tak menghiraukannya, kakiku dan tubuhku ingin menunggunya namun otakku dan egoku mengatakan aku harus pergi.

“Ya, tunggu, hosh hosh. Mengapa kau tak berhenti? Apakah kau tak mendengar aku memanggilmu, huh?” ucap Dara yang dapat menghentikan langkahku dan sepertinya ia kesal karena ia harus berlari dengan langkah mungilnya itu untuk menyamai langkahku.

“…” Aku hanya menatapnya, melihat perban yang melilit kepalanya. Ingin sekali aku membelainya dan bertanya tentang keadaannya namun, lagi-lagi ego ku hanya memerintahku untuk diam.

“Kau baik-baik saja? Semalam aku mencarimu tapi sepertinya kau tidak di sini. Apakah benar kau tak terluka Jiyong-ssi? Mian aku menyusahkanmu, dan gumawo telah menolongku” ucapnya dengan senyum indah yang paling indah yang pernah ku lihat.

“…” tetap aku terdiam seakan terhipnotis oleh senyumannya.

“Jiyong-ssi, kau terlihat pucat” ucapnya lagi, dan perlahan ia menempelkan punggung tangannya pada dahiku. Dengan gerakan cepat aku menarik tangan yang berada di dahiku.

“Ikut aku” ucapku sambil membawanya menuju tangga darurat.

“Dengarkan aku Sandara, berhenti memperdulikan keadaanku. Lihat dirimu kau seperti ini karena siapa hah? Aku yang membuatmu seperti ini dan kau masih memperdulikan keadaanku? Apa kau gila?” ucapku dengan mengguncang bahunya.

“Bukankah kita berteman? Apakah aku salah jika aku mengkhawatirkan temanku?” ungkapnya menatap dalam manik mataku.

“Aisssht”umpatku kesal, manusia macam apa dia? Benarkah dia berhati seperti itu?

“Jiyong-ssi, aku berterimakasih karena kau melindungiku, dan itu membuatku mengkhawatirkan keadaanmu. Dan saat aku tersadar aku berada di sini dan aku tak menemukanmu. Ku kira kau tak akan pernah menemuiku tapi kau sekarang berada di sini, di hadapanku” jelasnya membuat hatiku berdesir dan itu membuat nyaman.

“Bagaimana dengan itu?” ucapku sambil menunjuk perban di kepalanya.

“Aaah ini tidak apa-apa, aku dikenal wanita berkepala besi, kekeke “ candanya mencairkan suasana. Dan aku tersenyum kecil mendengarnya.

“Aku harus pergi. Syukurlah kau baik-baik saja” ucapku sambil mengambil cepat handphone yang berada di saku jas dokternya.

“Ya! Kau mau apa dengan handphone ku huh?” tanyanya sambil berusaha mengambil miliknya, namun ku angkat tinggi-tinggi handphone nya itu sambil ku telfon nomor telfonku sendiri.

“Oke. Ini aku kembalikan, aku sudah mendapatan nomor telfonmu. Jangan pernah sekali-kali kau tidak mengangkat telfonku, arraseo? Bye” ucapku dengan semena-mena kemudian meninggalkan dia yang berteriak-teriak memanggil namaku seakan tidak menerima sikapku. Yeoja itu benar-benar gila #Smirk_Jiyong.

***

~ Club ~

“Hai brother, kau sudah lepas dari penjara appamu?” ucap Daesung seraya duduk di sampingku.

“Emm begitulah, dia mulai bosan memikirkan hal yang tidak penting bagi hidupnya” ucapku dengan tersenyum pahit lalu meminum wine yang ada di hadapanku.

“Ji, ku dengar kau berkelahi karena seorang yeoja? Benarkah itu?” ucap Top dengan wajah penasaran.

“Ne, dia pernah menyelamatkan nyawaku hyung” jawabku sambil tersenyum ketika mengingat yeoja itu.

“Omo, sepertinya hatimu sudah mulai berubah tak sedingin dulu Ji, baguslah. Apakah kau sudah tidur dengannya?” tanya Bae dengan polosnya.

“Uhuk, uhuk. Uhuk uhuk” aku terbatuk mendengar pertanyaan Bae. Menatap matanya pun otakku sudah tak berfungsi bagaimana jika aku berciiiiiiii…. aiiishht.

“Dia yeoja baik-baik Bae. Baiklah aku pergi dulu ne, aku akan menjemputnya” ucapku kemudian meninggalkan teman-temanku yang masih terlihat tak percaya aku bisa bersikap manis. Heol aku masih punya sisi malaikat.

**

“Dara-ssi” panggilku saat tepat ia berdiri di depan rumah sakit.

“Jiyong-ssi, kau merasa ada yang sakit?” tanyanya aneh. Yeoja ini bodoh atau apa?

“Naiklah, aku tidak berniat sedikitpun untuk menjadi pasienmu” jawabku sambil memakaikan helm di kepalanya dengan hati-hati karena kepalanya yang masih terbalut perban.

“Pegang yang erat” ucapku kemudian langsung melajukan motorku dengan kencang, dan pegangan Dara pada coat ku sangat erat.

            Tak perlu membutuhkan waktu lama, akhirnya kami sampai, tempat di mana aku ingin sendirian. Kini aku membawa seseorang yang hatiku sendiri yang menginginkan jika aku di sini dia berada di sampingku. Sungai Han, tempat ini menjadi tempatku menertawakan kehidupan yang ku jalani, tempatku menangisi kepedihan seorang diri.

            Dara yeoja yang periang, ia menceritakan keluarganya dengan ceria membuatku merasa iri namun disisi lain aku ikut merasakan kebahagiaan itu. Aku tidak pernah mendengar cerita-cerita lucu tentang sebuah keluarga yang harmonis, semua sahabatku bernasib sama dengan ku walaupun mereka tidak dianggap kesialan bagi orang tua mereka, namun mereka tetap tidak menerima kasih sayang orang tua mereka.

“Dara-ssi, apakah kau tak takut padaku?” tanyaku memandang jauh terbentangnya sungai Han.

“Takut? Tidak sama sekali, mengapa aku harus takut padamu Ji?” jawabnya dengan kembali bertanya padaku.

“Bukankah aku terlihat seperti namja brengsek? Bukan kah aku seperti namja yang orang-orang bilang harus di jauhi?” ungkapku dengan menatap wajahnya yang masih memandang keindahan di hadapannya.

“Molla, mungkin kau memang terlihat seperti itu kekeke. Namun entahlah, hatiku berkata kau namja yang baik Jiyong-ssi” jawabnya dengan menatap mataku dan tersenyum. Mataku tak bisa lepas dari tatapannya.

“Dara-ssi, bisakah kau berjanji satu hal denganku”ucapku dengan tetap menatap matanya.

“Ne, apa itu?” tanyanya dengan wajah polos.

“Berjanjlah kau akan tetap di sampingku bahkan jika aku orang jahat, bahkan jika aku memang benar-benar jahat. Bisakah kau berjanji akan tetap di sampingku, bersamaku?” ungkapku sambil mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Dan seketika wajahnya memerah.

“Emm, o-okeey. Sandara Park akan selalu disamping Jiyong-ssi” ucapnya kemudian menangkup wajahku dengan kedua tangannya kemudian ia berbisik.

“Tapi bisakah kau menjauhkan wajahmu, kita terlihat seperti pasangan mesum, kekeke “ucapnya polos dan spontan aku tertawa. Dia benar-benar yeoja aneh. Apakah ia tidak tahu aku ahli dalam bercinta?

            Ditengah-tengah percakapan kami, handphone Dara berbunyi. Dan sempat aku melihat nama yang muncul “Donghae”.

“Yeobose..” Byuuur, dengan kecepatan dan keegoisan, tanganku mengambil handphone Dara dan melemparnya ke Sungai Han.

“Ya Jiyong-ssi, kau gila huh? Mengapa kau mem,, emmmppp..” kalimatnya terhenti saat bibirku melumat bibir kecilnya. Mata kami saling menatap, Dara terlihat kaget dan berusaha melepas ciumanku namun aku menahan kepalanya dengan kedua tanganku. Memperdalam ciumanku, ciuman pertama untuk yeoja yang benar-benar aku sukai.

“Jangan pernah sekalipun kau menjawab panggilan dari namja manapun saat bersamaku. Kau hanya milikku Sandara Park” bisikku di telinganya saat aku melepas ciumanku, kemudian menatap wajahnya yang memerah. Dia hanya berekspresi tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi.

TBC

<< Back  Next >>

41 thoughts on “[Series] I’m Just Different – 3

Leave a comment