GAMMA [Chap. 1]

gamma

Gamma : FInd A DEstination

Author : Defta

Cast     : Sandara Park, Kwon Jiyong, Kim Jaejoong

Genre   : School Life

___

Namaku Kwon Jiyong.  ketua osis di sekolah kami, ya kami… kami yang terlibat dalam sebuah situasi yang membingungkan. Diusiaku yang masih sangat muda aku menanggung sebuah tanggung jawab besar, bukan hal mudah menjadi seorang Ketua osis, aku akui aku memang suka dengan sikap kepemimpinan, aku banyak mengikuti ekskul yang memang mengajarkan apa itu kepemimpinan. Tapi kadang aku merasa lelah dengan semua tanggung jawab berat ini.

Aku bertemu dengannya ketika pertama kali mengikuti sebuah ekskul ketika kelas X, dia menjadi ketua dari ekskul tersebut. Apakah kalian bertanya apa ekskul itu juga mengajarkan kepemimpinan ? Hahaha tidak… di ekskul itu aku menemkukan diriku.

Aku selalu suka dengan dunia grafis, itulah sebabnya aku memasuki ekskul itu. Meski aku masuk saat pertengahan tahun, dia menerimaku dengan tangan terbuka. Dia selalu tersenyum  padaku, dia langsung membuatku merasa bahwa aku benar benar menjadi keluarga disana. Senyumnya mengalihkan perhatianku, aku bahkan terkadang bingung, tak punyakah dia rasa marah ? kenapa dia selalu tersenyum ? dan kenapa senyumannya itu menawan ?

Sebuah kebetulan atau memang takdir, kami sama sama menyukai hal yang berbau kedisiplinan, kepemimpinan dan grafis, kami memiliki banyak kesamaan, itu sebabnya aku menyukainya, kami sering satu pikiran dan itu menyenangkan bagiku karna memiliki seseorang yang perpemikiran sama denganku.

Walau dia selalu tersenyum, dia sosok yang sulit di tebak, aku bahkan tak tau kalau dia memiliki sisi yang gelap di dirinya. Aku menyadari ketika tahun ajaran berganti, dan reorganisasi harus dilakukan, dia bercerita kepada kami (calon pengurus ekskul baru semuanya berjumlah 15 orang), dia menceritakan dirinya yang kadang terbuang, dirinya yang menjadi kambing hitam, dirinya yang selalu di anggap kecil. Dia mencintai ekskulnya, tapi hanya sedikit orang yang menghargai usahanya dalam ekskul itu, dia meluangkan waktunya untuk mengabdi pada ekskulnya, tapi yang dia dapat hanya hinaan dan cercaan hanya karna ekskulnya ekskul kecil yang lemah .Dalam hatiku menjerit, aku ingin sekali melakukan sesuatu untuknya, tapi aku bisa apa.

Aku melihatnya menangis, aku hanya bisa terdiam, melihat dirinya yang merasa kesal hingga terkadang menyalahkan dirinya. Yang aku salut darinya dia tak pernah menyalahkan takdir yang dia jalani. Dia hanya selalu berkata “Hidup ini ibarat roda, kadang diatas dan di bawah, dan mungkin sekarang aku di bawah, jadi aku harus berusaha untuk membuat diriku naik”

Sisi terdalam dalam dirinya aku tau sangat hancur, tapi dia masih bisa tersenyum, bahkan ketika adik kelasnya meminta sebuah nasehat padanya, dia akan menjawabnya dengan senang hati dan dengan nada yang ceria.

Aku mencintainya, aku benar benar mencintainya, aku membuat sebuah photo yang mengungkapkan isi hatiku padanya, aku mengirimnya lewat medsosnya. Itu benar benar perasaanku, tapi ketika dia benar benar menangkap maksud perasaanku, aku mulai minder, aku merasa tak pantas berada disampingnya, terlebih sebuah prinsip melilitku “Aku tidak akan berpacaran sebelum membuat orangtuaku bangga”. Aku masihlah anak ingusan yang sedang mengalami cinta monyet…ya…pasti begitu bukan ?

Aku berpegang pada hal itu. Itu hanya cinta monyet sesaat yang bisa datang dan pergi.

Aku terus berpegang dengan itu… tapi kenapa setiap aku bersamanya jantungku berdegup kencang ? kenapa hanya dengan melihatnya aku merasa bahagia sampai aku tak mampu berada disampingnya lama.

Waktu itu kami hanya saling mengobrol di media sosial, dan dia berkata dia tengah lapar. Kalian banyangkan jika orang yang kalian suka mengatakan tengah lapar, kalian akan berusaha membuatnya makan iya kan…jadi aku memutuskan untuk menemaninya di kantin untuk makan.

Kami duduk saling behadapan, hanya dengan begitu saja aku gugup. Kegugupanku membuatku menjadi salah tingkah dan akhirnya membuat sebuah keputusan yang fatal, aku meninggalkannya sendirian di kantin.

Aku memang seorang bajingan, pria mana yang meninggalkan seorang wanita sendirian di kantin ? aku membuat alasan untuk bisa meninggalkannya, aku menghindarinya karna aku gugup, aku memang pengecut.

Dengan IQ dan EQ yang lumayan tinggi aku bukannya bodoh karna tidak bisa melihat dia juga menyukaiku, aku tau…aku tau perasaannya padaku, aku tau karna dari semua bentuk perhatiannya padaku, dari cara dia menatapku aku tau perasaannya, aku hanya menutup mata dan berpaling.

Dugaanku semakin di perkuat ketika sekali lagi kami membahas photo yang aku kirimkan padanya. Dia bilang bahwa photo yang aku kirimkan bisa membuat orang salah paham. Aku tau hal itu aku benar benar tau, tapi sekali lagi aku berpura pura bodoh. Dan satu ketika dia membalik keadaan, dia bertanya padaku bagaimana jika dia menyukaiku.

Prinsip sialan yang aku pegang benar benar tidak menguntungkanku. Disatu sisi aku ingin sekali memilikinya, tapi disisi lain aku masih terikat prinsipku. Aku hanya menyuruhnya menunggu karna biar bagaimanapun aku harus tetap berada di prinsipku.

Aku menyuruhnya menunggu tanpa memberi kepastian akan hubungan kami, dan aku mulai tersadar bahwa keputusan untuk menyuruhnya menunggu adalah hal yang salah, dia hanya akan mendapatkan nol besar jika terus menungguku, jadi kuambil sebuah langkah besar untuk itu, aku menjauhinya, aku menyibukkan diriku dengan semua pekerjaan sebagai ketua osis. Ketika kami bertemu aku sedikit menjaga jarak dengannya. Ketika dia menyapa ku aku akan mengabaikannya. Aku ingin dia membenciku, aku ingin dia mundur.

Dan akhirnya dia lepas dari diriku, aku berhasil membuat dirinya mundur padahal aku masih berada di tempat yang sama, dia menemukan pria lain yang bisa membuatnya tersenyum lebar, pria yang bahkan memiliki status resmi dengannya. Mereka berpacaran. Pria itu adalah sahabatku sendiri.

Mari kuceritakan, di ekskul tentang kepramukaan kami (Aku dan dia juga pria itu) sering bersama, ya dia sendiri satu satunya perempuan di grup kami, meski begitu kami (Aku dan Pria itu)  sering membullynya, kami sering bercanda dengan dia sebagai objeknya, dan dia hanya tersenyum. Dia memang wanita yang pemarah,dia akan menyalurkan kemarahannya dengan menyiksa kami. Kami bertiga adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Tapi kini aku sendiri, karna dia sudah bahagia dengan prianya, bukan salah pria itu karna merebut dia dariku, bahkan aku bangga padanya karna dia bisa menyatakan perasaannya , dan pria itu mendapatkannya. Aku juga tak bisa menyalahkan Dia. Dia pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku, dia pantas mendapatkan seseorang yang berani mengambil sebuah keputusan, bukan sepertiku yang pengecut. Disini yang salah adalah diriku, aku terlalu menutup mataku terlalu dalam hingga ketika dia pergi aku tak menyadarinya.

Tapi tetap saja, ketika mereka berdua bersama, hatiku terluka, hatiku menangis, aku memang sering memojokkan mereka dan mengejek mereka, hal itu aku lakukan untuk menghibur diriku sendiri, luka dihatiku ini akan tetap ada, tapi setidaknya aku akan bahagia karna dia yang aku suka mendapatkan pria yang baik dan aku yakin pria itu akan menjaganya dengan baik.

-TBC-

14 thoughts on “GAMMA [Chap. 1]

  1. Ff baruu nihhh kkkkk
    yahh ji kenapa gakk berusaha buat ngakuin aja ke dara:( jelek loo cuma dipendem gtu aja huhh jadinya dara mlik org lain kann:((

Leave a reply to Bernadette Michelle Cancel reply