Hold Me Tight [Chap.2]

hold me tight

Author : Hanny G>Dragon

“J-jjiyong?” ucap Dara gugup.

“Akhirnya aku melihatmu lagi”ucap Jiyong tersenyum tulus.

~

Jiyong Pov

            Gaun yang indah, dan itu terlihat pas dengan tubuh mungilnya. Ia semakin cantik dan oh Tuhan aku ingin mendekapnya sekarang. Namun aku masih tahu diri, menampakkan diriku di hadapannya sekarang saja dia sudah merasa ketakutan.

“Kau, emm bagimana kabarmu?” tanyaku sedikit kaku. Masih menatap manik matanya yang sedikit ketakutan.

“Sangat baik” ucap nya dengan nada dingin lalu memutuskan kontak matanya denganku.

“Mengapa kau tak pernah membalas e-mail ku, nomor telfon yang tak aktif saat aku hubungi?” tanya ku lagi. Dan seketika ia menatapku lagi namun sorot kemarahan terpancar di sana.

“kita sudah berakhir, jadi untuk apa aku harus membalas e-mailmu dan untuk apa aku berkomunikasi lagi denganmu. Maaf aku harus pergi suamiku menunggu” ucap nya sinis, aku tak bisa menghentikannya. Tubuhku mengkaku, ucapannya menikamku namun seharusnya aku sudah bisa menerima itu karena semua kesalahanku. Aku hanya melihat sendu, punggungnya yang indah terihat karena gaun sialan itu. Aku mencabut kembali perkataanku bahwa gaun itu indah, tidak sama sekali karena aku bisa melihat namja-namja yang menatap liar pada tubuhnya. Sial nya aku tak bisa melakukan apapun sekarang. Dan terlebih lagi kata”suami” cih aku ingin sekali menghantam kepalaku ke tembok saat ini juga.

“Hei, kau mabuk?” tanya seseorang yang sudah ku hafal suaranya.

“Aku tidak mabuk nuna. Aku hanya, “

“Siapa yeoja yang kau ajak bicara tadi? Sepertinya dia ketakutan melihatmu.” Ucap Bom nuna memotong kalimatku.

“Dia, emm dia mantan kekasihku saat di Kanada, nuna” ucap ku berterus terang.

“Huaah, jinjja? Kau tak pernah mengenalkannya padaku. Dia sangat cantik, dan kau bodoh berpisah dengannya” ucapnya membuatku seperti tertinju tepat di dadaku. Aku memang bodoh nuna. Bahkan sangat bodoh. Aarrrgghhhh.

“Tapi, mengapa dia ketakutan melihatmu Ji? kau berbuat apa padanya hingga dia ketakutan seperti itu dan tak senang melihatmu” ucapnya lagi. Tolong sumpal mulut kakakku ini. Tck.

“Aku akan ceritakan semuanya nuna. Tapi bisakah kita pulang” ucapku lesu dan mungkin karena mengerti keadaanku, Bom nuna pun mengangguk namun mata selidiknya tidak pernah lepas dariku.

“Kau ini seperti orang yang menyesal, hemm. Apa aku benar?” tanyanya saat kami di dalam mobil. Aku mulai takut, nuna ku ini adalah cenayang.

“Begitulah. Wajar saja dia merasa takut dan benci saat melihatku. Aku sudah menyakitinya nuna. Sangat menyakitinya. Saat dia menyatakan dirinya hamil, aku menyuruhnya menggugurkannya” ucap ku menundukkan kepalaku. Rasanya aku kembali melihat adegan di mana aku mengatakan hal bodoh itu.

Plak.

“Nuna, kau ini kenapa? Kenapa aku di tampar? Sakit kau tahu” protesku sambil mengelus kasihan pada pipi halusku yang memerah.

“Kau bahkan harus menerima lebih dari itu. Pantas saja dia terlihat sangat takut padamu dan tak senang saat melihatmu. Kau penjahat di hidupnya. Tck, adikku penjahat wanita”ucap Bom nuna membuatku semakin memburuk.

“Saat itu aku masih belum dewasa nuna. Aku tak berfikiran panjang dan sekarang aku menyesal. Aku ingin menanyakan keberadaan anakku apa benar balasan emailnya terakhirnya padaku dia sudah menggugurkan bayinya” ucapku bercerita, Bom nuna hanya mendeik sebal dan oh ayolah bahkan aku lupa dengan supir kami yang pastinya sudah mendengar percakapan aibku.

“Lalu kau mau apa? Meminta anaknya begitu? Atau jika dia sudah menggugurkannya kau ingin tahu abu nya, itu yang kau mau?” selidik nunaku lagi.

“Aku hanya ingin tahu keadaannya, jika bayi itu hidup aku ingin melihatnya, jika ia sudah tidak ada aku ingin berdoa di tempat peristirahatnnya, memohon maaf padanya. Sungguh aku menyesal nuna” ucapku yang sekarang sudah terisak. Oh bagus Ji, sekarang kau manusia cengeng.

“Sudahlah, ini yang harus kau alami Ji. dekati dia dan bujuk dia memberi tahumu tentang keberadaan bayi itu” ucap Bom nuna memelukku, menenangkanku dengan kelembutan seorang kakak.

“Ku rasa tidak bisa, nuna. Ia sudah mempunyai suami” ucapku melepas pelukannya dan kembali menggenggam erat kepalan tanganku.

“Mwo? jinjja? Emm yasudahlah kita fikirkan cara lain, emm” ucap Bom nuna lagi sambil menepuk bahuku.

Dara Pov

            Bagaimana mungkin orang itu ada di sini. Ah apakah aku harus pindah. Oh Mino, Jimin tidak-tidak, aku ingin cepat-cepat menemui mereka yang sedang berada di rumah eomma dan appa. Aku melajukan mobil sport ku dengan kecepatan yang tinggi, fikiranku hanya tertuju pada malaikat-malaikat kecilku.

“Mamaaaa” teriak Mino dan Jimin bersamaan saat aku memasuki rumah orang tua ku.

“Min-aah, Jimin-aah palli peluk eomma” ucapku sambil merentangkan kedua tangan dan sekarang di isi oleh 2 malaikat kecilku.

“Mama gwencana?” tanya Jimin. Ia memang sangat sensitif dan amat sangat peka terhadap orang-orang di sekitarnya.

“Mama oke sayang. Kalian kemana saja hari ini bersama nenek dan kakek?” tanyaku mengalihkan pertanyaan Jimin yang sampai sekarang anak gembil itu sedang mengamati ku. Bahkan ia sangat mirip dengan “orang” itu.

“Kami di ajak main mobil-mobilan, lalu kami menaiki robot Bumblebee. Kami sangat senang jalan-jalan dengan nenek dan kakek” ucap Mino antusias. Ia bahkan sedang memainkan robot-robot yang sudah pasti masih baru yang pastinya lagi di belikan oleh orang tuaku.

“Jinnja? Syukurlah kalau kalian senang, mama juga ikut senang mendengarnya” ucapku lalu mengusak surai Mino yang lebat dan hitam.

“Eomma, appa. Aku bawa mereka pulang sekarang. Tak apa kan?” tanyaku pada ke dua orang tua ku yang sedang menikmati acara kumpul bersama di ruang tv mereka.

“Emm, besok antarkan mereka kembali ke sini. Aku akan mengajak mereka jalan-jalan lagi” ucap ahjussi tua yang tidak lain adalah appa.

“appa, mereka harus belajar jangan di ajak jalan-jalan terus. Kau mau cucu-cucu mu bodoh, eoh?” protesku pada nya.

“Aku yakin cucu-cucu anak yang pintar dan cerdas, mereka tak mungkin bodoh. Benarkan Mino, Jimin?” jawab appa dengan meminta dukungan dari objek yang di bicarakan.

“Emm. Kakek betul mama. Kami itu cerdas dan pintar, bahkan bu gulu pelnah salah menyebutkan bahasa inglis lalu chim-chim yang benelinnya. Mino hyung juga pelnah juala makan jjangmeon tercepat di kelas” ucap Jimin dengan ucapan yang cadelnya kumat.

“Ne Mama, aku dan Chim-chim menang di lomba menangkap kelinci” ucap Mino, mengingatkan ku pada lomba itu yang mana kelinci yang mereka tangkap mati semua karena mereka mencekik kelincinya terlalu keras. Hemm anak-anakku.

“Neeeeeee. Arraseo aku kalah. Kau puas ajussi, lihatlah mereka jadi tidak mendengarkanku. Eomma jangan biarkan ajussi tercinta mu ini memonopoli anak-anakku” ucapku pada eomma yang hanya menonton perdebatan kami.

“Baiklah kami pulang ne~ kalian cium nenek dan kakek dulu sana” ucapku yang sudah terlebih dahulu mengecup kedua orang tua ku lalu mereka menyusul mencium 2 pasangan tua yang menyayangi mereka.

~Apartemen~

            Aku mengisi air dalam bathup, menyalakan air shower dengan maksimum membiarkan suara isakan ku terbias oleh derasnya air. Jimin dan Mino sudah tertidur dan aku tidak ingin membangunkan mereka karena aku menangis. Mereka anak-anak yang sangat sensitif dan peka, aku tidak ingin mereka khawatir padaku, padaku yang kini memeluk lututku di dalam bathup yang semakin terisi oleh air dingin. Aku menggigit bibir bawahku, agar tidak terlalu menimbulkan suara saat aku terisak pilu. Orang itu kembali, dan dia menemukanku. Lalu bagaimana jika dia mengetahui tentang Mino dan Jimin?apa dia akan menuntutku karena aku menyembunyikan anaknya? Oh tidak itu hal buruk, aku bisa mati jika itu terjadi. Besok aku harus menemui pengacara pribadi keluargaku dan menanyakan hal ini. aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil malaikat-malaikat kecilku.

**

“Morning Mama” sapa Jimin yang sudah memeluk kakiku yang sejajar dengan tinggi badannya.

“Oh, kau sudah bangun? Pintarnya. Morning juga sayang” ucapku yang terkejut karena aku sedang memasak dan sesuatu sudah memeluk kakiku dan itu Jimin. Aku pun mengecup pipinya, lalu memeluk tubuhnya dengan sayang.

“Mama sakit? Apa kah ada yang menyakiti mama?” tanya Jimin yang melepas pelukanku dan dia menelisik kedalam manik mataku dengan tatapan penasarannya.

“Mama tidak sakit dan tidak ada yang menyakiti mama. Memangnya kenapa chim?” ucapku sambil mencubit gemas pipi gembilnya.

“Aku mendengar mama menangis semalam di kamar mandi, bahkan Mino hyung juga dengar ma. Tapi saat aku ingin mendekat Mino hyung bilang mama sedang butuh waktu untuk sendiri” cerita Jimin membuatku tertohok dan langsung memeluknya. Ya Tuhan mereka sangat peka dan Mino, hemm dia memang hyung yang baik untuk menjaga ku dan Jimin.

“Morning ma, morning chim-chim” ucap suara serak khas bangun tidur Mino.

“Morning sayang” ucapku lalu memeluk dan mengecup pipinya dengan sayang.

“Morning hyung” ucap Jimin memeluk dan mencium pipi hyungnya yang tidak kalah gembilnya.

“Mama, apakah hari ini aku di bekali onigiri berbentuk nightmare” ucap Mino dengan wajah antusias karena ia sudah memesan jauh-jauh hari agar di buatkan onigiri berbentuk tengkorak bulat dengan bibir yang terjahit sana sini dengan menggunakan rumput laut kering. (kesukaan nightmare-nya author kekeke).

“Sudah mama siapkan untuk mu dan Jimin. Sekarang kalian mandi lalu kita sarapan. Let’s go” ucap ku lalu teriakan yang sama dari ke dua jagoan hiperaktifku.

Author Pov

“Aiishh, kau itu di Kanada sudah mempunyai semacam black card tapi tidak untuk berleha-leha seperti ini saat kau cuti. Kau seperti mayat hidup Ji. bersenang senanglah dengan uangmu, jangan pelit untuk diri sendiri” ucap Bom memarahi karena Jiyong hanya bergelung di sofa seperti tubuh yang tidak bertulang. Ahh Jiyong malas, Dara yang ada di fikiran Jiyong saat ini.

“Nuna, emm apakah ia benar-benar sudah mempunyai suami? Apakah aku tak bisa meraihnya lagi?” tanya Jiyong tiba-tiba dan dengan pertanyaan Jiyong membuat yeoja sedarahnya pun duduk di samping kepalanya, mengusap surai orange Jiyong dengan lembut.

“Ku fikir dia hanya membodohimu Ji. dia tidak ingin kau mengikutinya atau mengusik hidupnya sehingga ku rasa ia hanya berbohong mengenai suaminya itu. Bahkan ku lihat dia tidak memakai cincin sama sekali saat itu” ucap Bom membuat Jiyong terduduk segera dan menatapnya kemudian Jiyong mengingat-ingat kembali saat bertemu Dara, dan ya memang Dara tidak memakai cincin apapun saat itu. Bisakah Jiyong berharap sekarang walau sedikit?

“Nuna, ku harap dugaanmu benar. Dan bisakah aku minta tolong, emm aku memohon” ucap  Jiyong sambil memeluk manja pada nuna Jiyong satu-satunya.

“hyuuuuung, jangan peluk-peluk mama. Kookie aja yang hyung peluk, mama punya papa” ucap bocah kecil yang tiba-tiba sudah menarik-narik baju kemeja Jiyong.

“Dengar itu bocah. Jangan memeluk punyaku, kau itu sudah besar, benarkan Kookie” ucap namja bersuara bass nya. Top suami Bom.

“Aiish, dasar kakak ipar posesif, dan kau bocah yang juga posesif. Sini hyung akan memelukmu sampai kau sesak. Hiyaaaaat” ucap Jiyong sambil memeluk gemas bocah 5 tahun yang di depannya. Pasangan Bom dan Top hanya tertawa melihat ke dua namja beda usia itu sedang bermain dengan tertawa. (harmonis ama yak keluarga Bom ama bang entop, ckckck).

~

“Eonnie, dari tadi sudah sekitar 20 kali ada yang menelefonmu” ucap sekertarisku, Cl.

“Dari?” tanyaku lalu mendaratkan tubuhku di kursi wakil president perusahaan Park Corp.

“Dari seorang yang bernama Kwon Jiyong. Dia bilang ingin berbicara dengan eonnie dan dia akan menelefon lagi” ucap Cl lagi membuat Dara merengutkan alis matanya.

“Tolong jangan pernah sambungkan telfonnya padaku. Aku tidak ingin berbicara padanya” ucap Dara tegas, dengan sebuah anggukan mengerti dari Cl membuat Dara sedikit lega.

“Bagaimana bisa ia tahu, aah sial aku lupa dia anak seorang Kwon yang terkenal itu” ucap Dara bermonolog sendiri saat Cl sudah menghilang dari ruangan Dara.

            Sial, Dara sedari tadi tidak berkonsentrasi. Semua karena si Kwon Jiyong itu. Hah!! Dan ini sudah jam makan siang. Dara pun berniat mencari angin segar, dan ia akan menuju lobby untuk menyambut anak-anaknya yang akan mengunjunginya sepulang sekolah. Namun saat membuka pintu ruangannya ia seperti di toko bunga mawar putih. ruangan itu penuh dengan buket mawar putih.

“Eonnie, ini ada kiriman bunga mawar putih banyak sekali. Apakah semua ini akan di simpan di ruanganmu? Aku akan mengaturnya” ucap Cl padaku yang masih ber shock ria.

“apa? Siapa yang mengirim ini semua. Apa ada yang berduka?” tanyaku yang mungkin terlihat bodoh.

“Anni eonnie. Naneun ini semua bertuju padamu dari Kwon Jiyong dan dia juga menyelipkan ini di antara buket buket itu” jelas Cl sambil memberikanku memo kecil yang jumlahnya hampir sama dengan jumlah buket bunga yang ada. Gila si Kwon itu.

“Buang semua bunga ini. aku tidak ingin presdir tahu tentang ini. dan seprot semua ruangan agar menghilangkan wangi bunga ini. aku tak ingin presdir curiga” ucap Dara tegas. Lalu Dara kembali menuju ruanganya sambil meremas memo-memo berwarna warni itu.

Aku mencintaimu, saat kau bilang kau menyukai mawar putih

Aku jatuh  hati padamu saat kau mengorbankan uang saku mu untuk membelikanku sebuah sapatu couple.

Aku semakin mencintaimu saat kau menangis karena melihatku yang jatuh sakit.

Aku mencintaimu saat kau memelukku hangat

Aku sangat dan akan terus mencintaimu.

            Dara tak bisa lagi membaca memo-memo kecil yang di tulis tangan oleh Jiyong. Manik matanya panas membaca itu, butiran bening berhasil lolos jatuh di pipinya.

Drrrttt, Drrtttt. Telfon Dara bergetar, dan ia menapati sebuah nomor asing menelfonnya. Ia pun mengangkat panggilan itu, karena takut itu dari koleganya.

“Yeoboseo” ucapnya setenang mungkin.

“Annyeong Dee. Kau sudah menerima semua bunga dari ku? Dan apa kau mau menerima satu buket bunga lagi yang aku antar sendiri ke depan ruanganmu? Aku sudah di loby kantormu sekarang” ucap si penelefon dengan nada riang mirip anak gembalang selalu riang serta gembira.

“Jangan pernah melangkah menuju ruanganku Kwon” ucap Dara lalu menutup secara sepihak sambungan telfon. Namun Dara seperti mengingat sesuatu, ia melirik jam tangannya.

“Sial, Mino dan Jimin akan ke sini dan aku tidak ingin Jiyong melihat mereka di sini. Tidak, aku tidak ingin itu terjadi” secepat kilat Dara meninggalkan ruangannya dan menuju lobby.

“Haai, kau ternyata yang menjemputku di sini. Ini” ucap Jiyong dengan memberi satu buket mawar putih yang sama.

“Maaf, aku buang saja. bunga-bunga mu pun sudah aku buang semua” ucap Dara sinis dan membuat Jiyong mempererat genggamannya pada buket bunga (ya elah tu bunga mending buat author).

“Untuk apa kau ke sini? Jangan pernah muncul di hidupku lagi, aku sudah mempunyai “

“ Suami? Itu yang kau mau katakan padaku? Jika benar bisakah kita membuat pertemuan atau jika aku ingin tahu siapa namanya? Lalu bagiamana ciri-cirinya?” tanya Jiyong memojokkan Dara. membuat Dara tersudut di tiang besar yang tak terlihat oleh yang berlalu lalang di kantor.

“emm nama nya” ucap Dara bingung. Dia menyesal tidak mempersiapkan nama bodoh yang akan menjadi suaminya.

“Waah bahkan kau tak ingat nama suamimu begitu? Sudahlah Dara, jangan berbohong padaku. Mungkin kau memang berubah menjadi lebih cantik tapi kau tak bisa berubah saat kau tak bisa berbohong padaku, bahkan kau tak memakai cincin pernikahanmu” ucap Jiyong membuat Dara semakin mengkerut karena kebodohannya yang tertangkap basah.

“Memang aku tidak punya suami. Aku memang berbohong padamu lalu apa urusanmu? Huh? kau tak pantas memperdulikan kehidupanku, kita sudah berakhir Ji” ucap Dara menahan dada Jiyong yang terus menerus mendekat.

“Katakan jika kau tidak mencintaiku dengan menatap mataku Dee, baru aku akan mempercai bahwa kita telah berakhir” ucap Jiyong dengan manik tajam nya (aduuuh hayati sie pasrah ja kalau itu abang iyong, bahaha cabe).

“A-aku tidak mencitaimu lagi” ucap Dara menatap lurus namun manik matanya tertuju pada satu titik di belakang Jiyong. Dia tidak bisa menatap mata Jiyong karena pasti akan luluh secepat kilat.

“Tsk, Dee katakan itu sambil menatap mataku. Jangan seperti itu” ucap Jiyong sambil menaikkan dagu Dara membuat manik nya beradu dengan Dara.

“Aku tahu dari matamu bahwa kau masih mencintaiku. Kau tak pernah bisa berbohong padaku Dee. Karena aku pun sama, masih sangat mencintaimu” ucap Jiyong lalu mendaratkan bibirnya tepat pada bibir Dara, melumatnya dengan perasaan rindu. Dara memukul-mukul dada Jiyong untuk bisa melepas pangutan mereka yang mereka tahu mereka melakukan itu di tempat umum yaitu kantor Dara.

            Jiyong semakin mendominasi ciumannya, seakan tidak ada hari esok untuk melakukan itu. Dara yang tadinya berontak menjadi ikut terbawa permainan lidah Jiyong yang sudah bergrilya di gua hangat Dara. saling menumpahkan rasa rindu mereka.

“Mama, lagi ngapain sama ahjussi?” tanya seseorang yang Dara hafal betul suaranya, dan seketika itu pula Dara mendorong tubuh Jiyong hingga pangutan mereka terlepas. Saat itu juga Dara melihat Mino dan Jimin menatap bingung mama nya dan namja yang sedang membeku di tempat.

“Mino-aah, Jimin-aah kalian sudah pulang. Mana pelukan untuk mama?” ucap Dara lalu memeluk tubuh mereka ber dua yang masih menatap bergantian mama mereka dan ahjussi yang masih dengan mode membekunya.

“Ahjussi siapa? Kok cium-cium mama chim-chim di pojokan?” tanya Jimin polos (ya elah chim, pake nanya lagi udah tau lagi mojok mereka, hahaha).

“Dohyuk-aah, antarkan Mino dan Jimin ke ruangan presdir dulu. Dan pastikan semua ini tidak di katahui presdir” ucap Dara memerintah supir pribadinya yang bingung dengan kejadian itu. Namun ia mengangguk mengerti lalu menggiring Jimin dan Mino yang masih tak ingin melepas tatapannya dari mama dan ahjusii patung itu.

“Emm, m-mereka..” Dara seperti susah berbicara saat melihat mata gelap Jiyong.

“Apa mereka anakku? Bayi itu? Dan itu dua?” tanya Jiyong saat terlepas dari patung mode nya. Dara mengangguk sambil menundukkan kepalanya.

“Hollyshitt, Damn!!!” umpat Jiyong membanting buket bunga mawarnya dan pergi meninggalkan Dara yang menatap punggung Jiyong yang semakin menjauh. Jiyong segera menuju mobilnya, ia memukul stir dengan keras, menumpahkan kekesalannya.

“Bagaimana bisa aku tak tahu anakku sendiri. What the F*ck!!! Dan anakku kembar, anakku ada dua. Mino dan Jimin” ucap Jiyong bermonolog sendiri dan menangis sejadi-jadinya saat perjalanan pulang. Entah ia ingin marah pada siapa. Haruskah ia marah pada Dara yang menyembunyikan keberadaan anaknya? Tapi lebih tepatnya ia marah pada dirinya sendiri.

-TBC-

Gimanaaaaaaa?Mino ama chim-chim ganggu aja niy mama sama papa lagi ekhem, mojok kekeke. Tinggalkan cerita kalian di kolom komentar okeyooooo. *pyooong.

54 thoughts on “Hold Me Tight [Chap.2]

  1. Mino dan jimin care banget ama mama nya. Jiyong please deh jangan seenak jidatnya cium dara gitu dong. Belum minta maaf tapi sudah nyosor huhuu. Tapi di chapter ini keren banget ceritanyaa

Leave a comment