FATE [Chap. 2]

12346798_1016594028383065_2142506412_n

Author : dinasptvd

Main Characters:

Kwon Jiyong [26th] ; Sandara Park [28th].

Support Characters:

Dina Park [22th] ;Song Daehan [2th] ; Kiko Mizuhara [26th] ; Kim Jaejoong [26th] ; 2NE1 Members ; BIGBANG Members.

******

Note:

Fanfiction ini murni hanya fiksi dan bagian dari keterbatasan imajinasiku. Termasuk perbedaan tahun, kondisi, karakter-karakter, bahkan lagu yang tercantum juga merupakan fiksi dan murni karangan dariku ❤

Maafkan berbagai typo karena aku memang sangat kurang teliti. Dan semoga kalian suka. Btw, apa kalian tau bagaimana rasanya ketika kalian sangat menyukai, mencintai pacar kalian namun kalian memiliki suatu ‘ketertarikan’ tertentu pada sahabatnya? Hayoo pernah ngga? ㅋㅋㅋ itulah yang terjadi pada Dara dan Jiyong, yang sama-sama memegang teguh kalimat “aku tidak boleh seperti ini” padahal takdir, telah lebih lama memilih keduanya untuk dipersatukan. Takdir, telah memilih seorang Kwon Jiyong untuk menjadi -kesempatan kedua- dimana Dara bisa merasakan bagaimana rasanya dicintai dengan begitu dalam sekali lagi.

Enjoy, Siiiiijak!

***

Dara baru saja tiba di YG Building siang itu, menggendong Daehan di sisi kirinya dan segera melangkah masuk.

Sepi. ‘Mungkin karena ini hari Sabtu‘ pikirnya.

Daehan kadang tertawa senang melihat berbagai miniatur yang terpajang sepanjang koridor dan itu membuat Dara tersenyum, “Wae jagiya? Neodo isseojanha Daehan-a? Aiyoo, joha?” (kenapa sayang? bukankah kau juga punya hm? Kau suka?)  ucapnya sambil mencium lembut hidung putranya yang tak berhenti membuatnya gemas. Hingga mereka berdua tanpa sadar telah berada di depan sebuah pintu kaca yang familiar. Dara mengetuknya beberapa kali sebelum sebuah suara menyuruhnya masuk.

Klek

“Dara?!” seorang pria paruh baya dengan topi hitam andalannya tersenyum lebar

“Appa..na wasseoyo.”

“Oh..appa sangat merindukanmu. Duduklah..oh apa ini Daehan?” ucap ‘Appa’ nya lagi yang dibalas Dara dengan anggukan singkat “Ne, appa.”

Yang Hyun Suk tersenyum mengamati Daehan. “Annyeong..”

Daehan hanya berkedip polos lalu membungkuk asal.

“Aigoo, dia pintar sekali. Kau benar-benar ibu yang luar biasa.” ucapnya lagi membuat Dara tersipu malu. “Matanya.. Ini mata Jaejoongi, Geji Dara-ya?”

Dara tersenyum, “Appa juga menyadarinya? Hm, Jaejoong mengambil porsi lebih banyak dariku. Bahkan kulit Daehan juga berasal darinya. Sangaat cerah.”

“Aigoo, lihat. Hidung Daehan ini sama sepertimu. Ya, walaupun semuanya hampir seperti Jaejoong.” keduanya tertawa. “Aku juga sangat merindukannya..dia adalah salah satu murid terbaikku.” kali ini Yang Hyun Suk nampak sedih, menopang dagunya dengan kedua tangan.

“Ah mian, Dara-ya.. Appa tidak bermaksud-“

“Gwenchanhayo, appa. Karena aku tidak sendiri sekarang. Dia memberiku seorang Jaejoong Jr.” Dara mengelus lembut kepala putranya dan tersenyum memandang ‘appa’nya.

 Yang Hyunsuk segera duduk disamping Dara dan menggenggam tangannya, “Geurae, kau harus selalu ingat bahwa kau TIDAK sendiri. Masih ada appa dan ‘saudara-saudara’mu yang lain!”

“Ne,appa. Aku akan selalu ingat. Gomaweoyo..”

CEO Yang pun tersenyum sekali lagi sebelum ia teringat akan sesuatu, “Oh.. ngomong-ngomong, bagaimana rencanamu selanjutnya Dara? Kau tau kau sudah vakum cukup lama, tidakkah kau merindukan acting?”

Dara nampak berpikir, “Tentu aku merindukannya appa..tapi aku khawatir tidak ada yang menjaga Daehan selama aku pergi. Dina sudah mulai bekerja di butik Chaerin dan Bom pasti akan sibuk.”

“Kalau begitu cobalah untuk menyewa babysitter,Dara-ya? Tentu kau harus mulai bekerja. Kau tidak akan menyia-nyiakan bakat emasmu, geji?”

“Ne. Aku akan segera mencari seorang babysitter untuk Daehani dan bila segalanya sudah teratasi aku berjanji akan kembali.”

“Joha! Hh, kau, kau ini tidak pernah gagal membuatku kagum. Sejak SMA kau adalah murid yang berprestasi, Dara. Tentu, semua membermu juga. Dan saat kau berada di universitas kau adalah salah satu lulusan terbaik di jurusan musik. Namun lihat kau sekarang, justru lebih memilih acting dan itu pun..sangat luar biasa. Aigoo,aku sungguh heran denganmu dan juga semua membermu. Sayang sekali kalian memilih jalan yang berbeda.. Kalian bisa menjadi BIGBANG versi Wanita yang hebat.”

Dara terdiam sejenak. “Bigbang? Ah..kudengar mereka baru saja melakukan tour konser dunia, benar begitu, appa?

“Ya. mereka hebat bukan? Seharusnya kalian berempat bisa seperti mereka bila kalian mendengarkanku dulu!”

Dara tertawa, “Mianhaeyo,appa..tapi aku cukup bahagia dengan pekerjaanku sebagai actress. Paling tidak aku masih memiliki waktu untuk keluargaku.”

“Geurae.. Hm, baiklah hanya segera hubungi aku bila semuanya beres ne? Aku bisa memilih sebuah web drama untukmu,Dara, Kau tidak perlu kawatir, itu tidak akan terlalu menyita waktu.” jawab CEO Yang sambil berjalan kembali ke balik meja kerjanya. Dara hanya mengangguk tanda terima kasih lalu berdiri, menggandeng tangan mungil putranya. “Baiklah Appa,. kalau begitu aku pergi dulu.”

“Arrasseo..dan, bisakah aku meminta tolong padamu Dara?”

“Geuromyo,appa.”

“Tolong bujuk Park Bom untuk menemuiku. Segera.”

“Bommie? Waeyo,appa?”

CEO Yang tersenyum, penuh misteri..”Kau tau aku tidak akan mungkin menyerah sebelum mendapatkan kalian satu persatu,bukan?”

Dara hanya mendesah pelan dan tertawa sebelum akhirnya ia berpamitan dan keluar dari ruangan.

12:30pm, Dara melihat jam tangannya lalu berjongkok menghadap putranya.

“Daehan-a.. kita harus segera makan siang sekarang. Bagaimana bila kita makan disini saja,hm?” tanyanya lembut sambil mengusap pipi merah putra kesayangannya. Daehan memang masih terlalu kecil untuk mengerti tapi ia cerdas dan Dara tau itu. Dilihatnya Daehan mengangguk sambil tersenyum lebar,menunjukkan giginya yang baru saja tumbuh di beberapa bagian.

“Aigoo, kyeopda uri adeul..kajja.” Dara kembali berdiri dan menggandeng tangan putranya lagi, berjalan menuju lift dan baru saja akan menekan tombol disaat jari telunjuknya bersentuhan dengan seseorang. Ia menoleh dan..

Seorang namja tampan dengan hoodie hitam panjang dibalik kemejanya, celana jeans ketat, sepasang sepatu rick owens dengan beanie Putih di kepalanya, dan juga tato di balik lehernya memandang kedua manik mata Dara, terkejut.

“Jiyong..” ucap Dara tanpa sadar.

Masih dengan jemari mereka yang saling bersentuhan, “Noona..”

***

Keheningan menyelimuti mereka di dalam lift. Sesekali Dara memandang Jiyong, mengamatinya sesaat. Garis wajahnya, sorot matanya, semuanya masih sama. Sama seperti Jiyong yang dikenalnya sejak 6 tahun yang lalu. Jiyong yang terlihat dingin diluar, namun sebenarnya adalah seorang namja yang sangat lembut. ‘Apa semua itu masih sama?’ pikirnya sesaat.

“Orenmanhine..” (sudah lama ya) Dara pun akhirnya memulai pembicaraan. Memberanikan dirinya untuk menyapa Jiyong lebih dulu.

“Mm. Oren..manhine.” balas Jiyong tanpa menoleh ke arahnya.

“Jal..jinesseo?”

“Eo..jal jinesseoyo. Noonaneun?”

Dara tersenyum, memandang Jiyong yang masih tetap memandang lurus ke depan. Tanpa sadar Dara meremas ujung dress dibalik coat coklat panjangnya sebelum menjawab,  “Na do.”

Hening..

Kali ini Jiyong menoleh, balas mengamati setiap detail wajah yeoja disampingnya. Yeoja yang selamanya akan menjadi yeoja paling cantik yang pernah dikenalnya. Yeoja yang kuat dalam keadaan apapun, yeoja yang tegar, yeoja yang hanya dengan senyumnya mampu membawa orang lain ikut merasa bahagia. Kemudian Jiyong berjongkok, memandang Daehan di tengah-tengah mereka. “Kau tidak pernah pandai berbohong, noona. Kau ‘masih’ tidak baik-baik saja.” ucapnya sambil mengelus kepala Daehan, putra sahabat kesayangannya.

Dara terdiam.

Sejak dulu, Kwon Jiyong selalu menjadi bayangan Jaejoong. Ia sangat melindungi mantan suaminya itu seolah Jaejoong sewaktu-waktu akan menghilang darinya dan itu membuat Jiyong takut. Terlebih lagi, Kwon Jiyong dihadapannya ini adalah orang pertama yang selalu bisa membaca pikirannya tanpa ia harus mengatakan apapun.Bahkan sekarang, setelah bertahun-tahun mereka hampir tidak pernah bertemu, meski berada dalam satu agensi sekalipun. Namun entah kenapa, seorang Kwon Jiyong selalu bisa memberi ‘nuansa hangat’ di dalam hatinya. Sesuatu yang sejak dulu, sejak 6 tahun yang lalu tidak pernah berubah.

Sesuatu yang bahkan ia sendiri tidak pernah pahami, dan mungkin ‘belum’ ingin ia pahami.

“Kau sudah sebesar ini hm?” ucap Jiyong pada putranya. Daehan berkedip polos sambil memainkan jemarinya hingga akhirnya Jiyong tersenyum dan membawa Daehan dalam gendongannya, “kau sungguh mirip dengannya.”

Ting

“Kau akan makan siang disini, bukan?”

Dara mengangguk.

“Kebetulan sekali,noona. Hm, bagaimana pertemuanmu dengan abeoji?”

“Kau tau?” tanya Dara yang dibalas dengan anggukan singkat dari Jiyong.

“Apalagi yang membuatmu kemari, noona.. Jadi, bagaimana?”

“Hm Baik. Ia memintaku kembali beracting dan mungkin mulai sekarang ini akan menjadi web drama untukku.”

“Web drama? Bukankah itu bagus, kau tidak akan menghabiskan waktumu terlalu lama diluar dan itu artinya kau tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Daehan.”

Dara berhenti berjalan dan menatapnya “Kau selalu tau apa yang kupikirkan.”

Jiyong mengangkat bahunya acuh, “Senang melihatmu kembali. Kajja.” Diikuti Dara yang tersenyum untuk kesekian kalinya memperhatikannya dan Daehan yang berjalan menuju meja cafetaria.‘ternyata kau masih sama.’ pikirnya lagi.

***

-Stardust-

Park Bom tengah memoles kuku-kuku indahnya dengan sangat hati-hati dibalik mejanya. Meniupnya, memolesnya lagi, kemudian meniupnya lagi dan ia telah melakukannya sejak satu jam yang lalu.

“Eonni!”

“Ah, kamjagiya!” Bom menyentuh dadanya, terkejut memandang Lee Chaerin dihadapannya yang tengah bersandar di sisi pintu.

“Apa kau akan terus begitu, eonni? Narang meogja~!” Chaerin berteriak.

“Gijibe. Aku tidak tuli, arra?! Ah..kuku-kuku yang cantik. Geji? Kajjaaaa kajja.”

Chaerin hanya memutar bola matanya malas sebelum akhirnya membiarkan dirinya dituntun oleh Bom menuju salah satu meja.

“Jennie-a, Bobby-a, bisakah tolong kalian siapkan makan siang paling enak untukku dan Chae, dear?” ucap Bom kepada kedua pekerja part-time di cafe miliknya.

“Bagaimana kalau kita makan siang diluar saja, eonni? Kau tau, kita tidak perlu merepotkan pegawaimu, ini jam makan siang dan cafemu sedang ramai pengunjung.” Chaerin mencubit pipi Bom yang hanya memandangnya tanpa ekspressi.

“Aaah, Igeo nwa!” (lepaskan!)

Chaerin hanya tertawa gemas. Bom mendesah pasrah di hadapan sahabatnya,”Ah aniya…untuk hari ini sebaiknya kita makan siang disini. Ada yang ingin kubicarakan, ini tentang Dara kita.”

“Dara eonni wae?” tiba-tiba keduanya menoleh ke asal suara.

“MINJIAAAAAH!” Bom dan Chae berdiri memeluk maknae mereka yang baru saja datang tanpa kabar.

“Annyeong~ mianhae aku sangat jarang berkumpul dengan kalian. Jadwal mengajarku sangat menyita waktu, eonnideul.” ucap Minzy, duduk sambil menyandarkan dagunya di atas tangan kanannya.

“Aish gwenchanha, kami mengerti kau sangat sibuk. Ah, hanya kau minzy-a. Hanya kau yang benar-benar menekuni bidangmu sejak dulu diantara kita berempat.”

Minzy tertawa, “Geunde..Dara eonnieun, waeyo?”

“Ah cha.Dara bilang padaku hari ini dia akan menemui CEO, Chaerin-a. Ah, menemui appa. Apa kalian pikir ini adalah jalan terbaik untuknya?”

 “Ah geurae? Joha geurom! Sebaiknya Dara eonni kembali bekerja dibandingkan harus tetap berada dirumah dan mengingat..masa lalunya.” Chaerin menatap kedua sahabatnya, meyakinkan mereka.

“Kurasa juga begitu. Tapi..” kali ini Bom berkata cemas.

“Tapi?”

“Bukankah disana ada…Jiyong?”

Chaerin menutup mulutnya. “Omo.”

“Jiyong oppa? Ah, dia dan sahabat- sahabatnya sudah sukses saat ini. Mereka benar-benar telah jauh bersinar sejak mereka masih di akademi geji?”

“Minjiya..kegeo anira.” (bukan begitu)

“Eoh? Geuraesseo mwonde?” (lalu kenapa?)

Bom dan Chaerin mendesah bersamaan. “Kau memang tidak mengerti.”

“Ah, jelaskan padaky eonnideul~”

Bom lantas memperbaiki posisi duduknya. “Aku tidak mempermasalahkan Dara dan Bigbang, bahkan Jiyong, untuk bertemu. Tapi, kalian tau sendiri Jiyong adalah sahabat baik Jaejoong dan dulu..dulu kulihat ia dan Dara ‘hampir’ saja memiliki sesuatu di antara mereka.”

“Sesuatu?”

“Hm..sesuatu. Aneh memang. Tapi karena aku selalu bersama Dara sepanjang hari kami di akademi. Aku tau pasti. Tatapan mereka..ada sesuatu disana.”Bom menyentuh dagunya sambil memicingkan kedua mata Barbie-nya.

Chaerin mengernyitkan dahi, “Bila sesuatu yang kau maksudkan itu adalah cinta, eonni. Kurasa itu salah. Bukankah Dara eonni jatuh cinta pada Jaejoong oppa? Dan ua tidak hanya jatuh cinta, is-sangat-mencintai Jaejoong oppa.”

Bom mendesah untuk kesekian kalinya, masih memicingkan kedua matanya. Berkata dengan cukup pelan untuk didengarnya sendiri, “Ini rumit. Tapi apapun itu, aku sangat berharap Dara bisa menemukan kebahagiannya yang baru suatu hari. Menemukan lagi seseorang yang akan selalu disisinya apapun yang terjadi..”

Pandangan mereka teralihkan saat makanan datang.

“Oh kau mau, minjiyah?” tanya Bom.

“Berhentilah memanggilku seperti itu eonni. Itu sangat kekanak-kanakkan.”

chaerin pun menahan tawanya.

“Arrasseo, mianhae.. Minzy-a~ Joha? Kau mau?” ucap Bom lagi yang dibalas Minzy dengan senyuman mengejek. “Ani ani.. Aku sudah makan eonni.”

“Ngomong-ngomong, Chae. Apa Dina sudah makan siang?”

“Oh. Dia tadi bilang padaku akan makan siang diluar dengan teman-temannya.Mungkin sebentar lagi akan kembali.” balas Chaerin sambil memasukan potongan steak ke dalam mulutnya.

“Kudengar dia tidak akan lama di Seoul hm?”

“Geurae? Waeyo eonni? Apa Dina akan segera kembali ke New York dalam waktu dekat?” Minzy, yang juga akrab dengan Dina Park ikut berbicara.

“Ya..sayang sekali. Eomma dan Appanya memintanya untuk segera kembali tahun depan. Padahal dia sangat baik dalam merancang dan itu sangat membantu untuk koleksiku.” Chae membuat raut wajah sesedih mungkin yang hanya dibalas Bom dengan cengiran lebar, “Nappeun gijibe.”

🎶Annyeonghaseyo, BIGBANG Imnida..

Tiba-tiba semua mata tertuju pada TV Plasma berukuran cukup besar di ruangan itu, para pengunjung,  para pegawai cafe, tak terkecuali keempat yeoja ini. Berita mengenai boygroup papan atas yang telah terkenal baik di Seoul maupun di dunia sedang disiarkan siang itu dan pada saat itu pula, Minzy menyeringai kepada mereka.

“Missing someone, eonnideul?” tanya maknae yang sukses membuat semburat merah jambu tergambar jelas di pipi Bom dan juga Chaerin.

***

Jiyong kembali memasuki studio dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celananya. Duduk dibalik mejanya tanpa memandang seluruh member yang memperhatikannya dengan alis berkerut.

“Myoya,myoya..ada apa dengannya?” Youngbae berbisik pada Seunghyun.

Jiyong mendesah pelan. INHALE..EXHALE..

“Uh-oh. Dia mulai mengetuk-ngetuk pensilnya. Ini tidak bagus. Jiyong selalu melakukan itu hanya ketika ia terbebani oleh sesuatu.” balas Seunghyun.

“Seperti..menulis lagu,bukan?” jawab Seungri memicingkan mata bersamaan dengan anggukan mantap sahabat-sahabatnya.

“Jiyong-a?” Kini Seunghyun memanggilnya perlahan. Tidak ada respon.

“Hyeong?” Seungri, masih tidak ada respon.

“Jiyong?” kali ini Youngbae, dan masih tidak ada respon.

“Omo. hyeo~ngniiiim” hingga Daesung, yang sengaja berpose manis dengan aegyonya sukses membuat jiyong menoleh dengan alis yang terangkat naik.

“Uh-oh” Tiga dari yang lain menelan ludah mereka. Seungri berbisik, “Dragon mode turned on.” Dilihatnya Daesung berlutut menggosokan kedua tangannya “Mianhe, hyung. Jal motthaesseoyo.”

“Hh..” Jiyong mendesah sekali lagi sebelum berkata, “Aku bertemu dengannya.”

Kalimatnya membuat seluruh member berdiri tegak dan heran menatapnya. “Kiko?”

“Ani. Dara noona.”

“…MWOYA?!” seru yang lain bersamaan membuat Jiyong mengerang kesal dan memijat pelan pelipisnya.

“Kalian..berbicara?” Seunghyun adalah yang pertama merespon Jiyong. Wae? Karena dialah yang paling ‘memahami’ Jiyong sejak mereka masih di akademi.

Jiyong mengangguk. “Tidak banyak.”

“Lalu apa lagi yang terjadi?” tanya Youngbae.

“Kami makan siang bersama.”

Seunghyun tersenyum mengerti. “Lalu?”

“Itu saja. Ia akan kembali aktif disini dengan web dramanya. Kukatakan bahwa itu ide yang bagus. Aku yakin dengan acting dia bisa kembali.. Ceria.”

Seunghyun lantas duduk disampingnya, memeluk pundak Jiyong dan berbisik “Kau sungguh gentleman,”

Ah..kuharap aku juga akan segera bertemu dengannya.” Seungri berkata dengan pandangan yang tertuju pada sebuah foto di layar ponselnya. “Nae sarang..” ucapnya lagi sambul mendesah, yang direspon oleh Seunghyun dengan high five tanda setuju.

“Nae noona. My damn own noona..” ucap Seunghyun lirih sambil mengamati kalung berinisal B miliknya. Youngbae dan Daesung pun hanya tertawa melihat kekonyolan mereka.

Jiyong tersenyum dan menggelengkan kepalanya menanggapi, lalu senyuman itu perlahan berubah menjadi sebuah senyuman pahit, Memikirkan tentang ‘bayangan’ . Ya, ‘bayangan’. ia selalu menjadi bayangan sahabatnya, Kim Jaejoong. Geuraedo gwenchanha. Dialah yang ingin melakukannya. Baginya, Jaejoong seperti saudara. Menyakiti perasaannya sama saja dengan menyakiti hati kakaknya sendiri. Sejak kecil Jae selalu mengalah untuknya dan itu membuat Jiyong tumbuh menjadi pribadi yang egois dan dingin. Seenaknya. Hingga suatu hari, saat mereka memulai dunia baru di universitas. Disaat Jiyong mulai berusaha mengobati patah hatinya, disaat ia mulai melihat seorang yeoja yang membuat jantungnya kembali berdegup kencang, sahabat sekaligus saudaranya itu justru pertama kali merasakan apa yang disebut dengan jatuh cinta. Hari demi harinya selalu menyaksikan Jaejoong dan Dara bersama, tertawa dengan bahagia, memulai hubungan mereka.. Jiyong menyaksikan kebahagiaan mereka dan itu cukup untuk membuatnya sadar untuk menjaga jarak, menjaga semuanya tetap seperti apa adanya.Hingga akhirnya mereka beruda menikah dan itu adalah hal yang sangat luar biasa. Namun..semuanya hancur saat sahabatnya pergi. Semuanya hancur saat ia melihat Dara menangis histeris memeluk sahabatnya yang tidak lagi dapat membuka matanya.

Jiyong merasa kehilangan. Dan akan sangat merasa bersalah bila ia membiarkan dirinya jatuh ke salam egonya untuk mendekati Dara. Dia akan selalu menjaga jaraknya, dia akan selalu menjadi Jiyong yang dingin untuknya dan mungkin..mungkin akan selalu seperti itu. Mungkin.

Well, cinta dan takdir, itu hanyalah dua hal tidak pernah bisa kau prediksi.

***

Sementara itu, Dara Park lagi-lagi tenggelam dalam memorinya 6 tahun yang lalu..

Flashback

April, 2009연.

Park Sandara , Park Bom, Lee Chaerin dan Gong Minzy nampak sibuk dengan aktivitas masing-masing di salah satu kelas. Diawasi oleh seorang mentor, mereka dan teman-teman sekelas yang lain diharuskan untuk mulai menentukan sebuah pertunjukkan terbaik yang akan dipentaskan untuk Graduation Stage akhir tahun nanti.

“You & I..  kurasa lagu ini paling cocok untuk debut Stageku.” Bom berkata dengan mata berbinar-binar.

Dara menoleh dan tersenyum, masih menggenggam secarik kertas salah satu lagunya, “Hm.. Itu sangat pas dengan suaramu, Bommie. Akan sangat menarik. Dan aku..kurasa akan memilih ‘Kiss’.”

“Nan..ah, igeo.” Chaerin menunjukkan sebuah kertas berisi lirik lagu dihadapan sahabat-sahabatnya yang berjudul 나쁜기집에 (Nappeun Gizibe) “it’s fierce.. Ini akan sangat mewakiliku, angeurae?” ucapnya lagi sambil tersenyum bangga. Minzy mengangguk setuju bersama yang lain.

“Bagaimana denganmu Minzy?” Bom kembali bertanya, diikuti Chaerin dan Dara yang memandang Minzy  dengan sangat penasaran.

“Aku akan menari untuk kelulusan. Aku sedang berlatih menciptakan suatu koreografi.”

Ketiga sahabatnya yang lain bertukar pandang lalu tersenyum lebar, “Joha! kau lebih terlihat bersinar saat kau menari, Minjiya.” ucap Bom yang dibalas dengan Minzy dengan mengerucutkan bibirnya. “Eonni.. Jebal.”

“Ah mian. M I N Z Y-A.”

Disaat yang lain tertawa, bel pun berbunyi. Ini telah memasukki jam makan siang. Beriringan dengan para siswa yang keluar dari kelas, keempatnya pun berjalan bersama sambil bercanda satu dengan lainnya menuju kantin akademi yang mulai ramai.

“YA! Berjalanlah dengan benar atau kau akan jatuh, D. Lihatlah ke depan seperti orang normal eoh?” ucap Bom sambil mengunyah jagungnya.  Dara sibuk bercerita tentang kucing peliharaannya sambil menggenggam beberapa buku du tangan kirinya, lalu berjalan membelakangi jalan ketika kakinya terpeleset dan akan jatuh terjengkang ke belakang.

“DARA JUSIMHAE!” teriak Bom.

Namun sepasang lengan dingin tengah menopang tubuh Dara sebelum punggungnya menyentuh lantai. Dara membuka matanya perlahan dan mendongak. Seorang namja menyelamatkannya. Seorang namja tampan dengan coat hitam panjang dan sweater merah dibalik kemeja putihnya menatap Dara dengan alis terangkat, namun semburat merah juga terpancar di kedua pipinya. Dara yang menatapnya dengan posisi terbalik segera bangkit dan membungkuk padanya,

“G-gomaweoyo..”

Namja itu menggeleng lalu tersenyum. ‘TAMPAN’ pikir Dara.

“Anieyo. Gwenchansimnida, noona.”

“Hm?” alis Dara terangkat. “Apa kau junior?”

Namja itu mengangguk, “Ne.” namun lagi-lagi pipinya merona merah.

Dara tersenyum, ‘Neomu gwiyoweo eottohke..’ pikirnya lagi sambil memainkan kedua jaru telunjuknya seperti seekor hamster. Well, Dara Park selalu melakukannya saat ia gugup, dan itu tak lepas dari sorot mata Park Bom yang kapanpun ia memicingkan matanya, maka ia JELAS merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Namun sebelum Bom sempat memuka mulutnya untuk bertanya, nampak segerombolan namja datang mendekati mereka, salah satunya adalah namja yang paling menyebalkan sekaligus menyenangkan baginya. Choi Seunghyun.

“Jaejoong-a, Waegeurae?” tanya seorang namja dengan rambut Mohawk dan kedua mata sipit yang nyarus tenggelam ketika tersenyum, menepuk pundak Jaejoong. “Aniya.”

“Geurae? Kajja.” ucap namja itu lagi, kali ini mereka mulai melangkah pergi bersama-sama, meninggalkan Dara, Minzy, Chaerin, dan Bom yang tengah sibuk mengunci kepala Seunghyun di lengannya karena namja itu baru saja mengejek kedua pipi gemuknya. “YA! APAAAA!”  Seunghyun merintih memegang lengan Bom dan berusaha melepasnya namun gagal.

“CHUKGEOSSEO NEO, NAPPEUN NOM-A! Berani mengejekku lagi kau sungguh.akan.kukuliti.kucakar.kuambil pita suaramu hingga kau tak mampu lagi bernyanyi!”

Oh, bagaimana Park Bom dan Choi Seunghyun bisa saling mengenal?

Itu karena hampir di setiap project atau ujian akhir salah satu mata kuliah Bom selalu menuntutnya untuk mencari pasangan duet atau partner yang pas untuk lagunya. Well, dan entah kenapa Seunghyun selalu ada untuk membantunya. Kini Chaerin dan Minzy tertawa memegangi perut mereka sambil menyaksikan pertengkaran Bom dan Seunghyun yang sudah sering sekali terjadi. Sedangkan Dara, nampak panik karena secarik kertas berisi lirik lagu miliknya yang terselip di salah satu buku menghilang. Ia menoleh dan mencari di lantai, ke segala arah bahkan membungkuk menuruni tangga, hingga sepasang sepatu putih menghalanginya.

“Igeo chajasseoyo?” (kau mencari ini?)

Mata Dara membulat, “Nae noraeda!” (laguku!) Lalu mengulurkan tangan menerima kertas itu dari tangan seseorang.

“Gomaweoyo..” ucap Dara lirih, mengamati namja dengan berbagai tato di lengannya yang tersenyum tipis, namun cukup jelas menunjukkan betapa tampannya dia. Tanpa sadar, bibir Dara bergerak dengan sendirinya, “Ireumi..mwoeyo?”

HENING.. namja itu mengamatinya dengan ekspresi yang tidak dapat ia pahami.

“Jiyong. Kwon Jiyong.”

Flashback End

Park Sandara, tengah tersenyum mengingat masa lalunya. Namun untuk kali ini, untuk pertama kalinya ia mengingat orang lain. Mengingat namja yang entah dapat membuatnya merasa berbeda, namja yang misterius, namja yang paling memahaminya setelah suaminya, namja yang berusaha ia singkirjan jauh-jauh dari pikiran dan hatinya.

“Jiyong-a..”

To be continued..

Next>>

26 thoughts on “FATE [Chap. 2]

  1. Jadi penasaran sebenernya Dara pny perasaan juga kan buat Jiyong?
    Atau karena Jiyong ngalah ke Jae jadi Dara juga memendam rasanya ke Jiyong?
    Dan akhirnya mereka b2 memilih bahagiain Jae walopun harus ngorbanin cinta mereka?

  2. Kyaaa waeyo? Waeyo? Kenapa harus sama jaejoong? Kalau ngga sama jaejoong gak akan gini ceritanya -,-. Huaaa ini cerita bikin ketawa dan galon dalam waktu yang sama. Oke next chap

  3. Jadi sebener nya Dara dulu pertama kali suka am Ji tapi Jae yang bergerak cepat jadi rasa Dara Ke Ji juga mulai terlupakan , dan sekarang rasa itu mulai muncul lagy ,
    Daehan lucu banget gw lempar ke sumur juga dah , haha

Leave a reply to Mayang Cancel reply