The Maid : Part #3

maid

Author :: Sponge- Y
Main Cast :: Sandara Park (25 tahun), Kwon Jiyong (19 tahun)
Other Cast :: Lee Donghae (25 tahun), Park Bom (25 tahun)
Genre :: Romance

Annyeooooong… hallo semua ^^ masih ada yang ingat dengan ff ini? Wkwk. Maaf ya baru sempet dilanjut sekarang. Jika sudah lupa dengan ceritanya mungkin bisa dibaca lagi chap sebelumnya hehehe 😀 dan selamat membaca ^^

Previous Chapter

“Akhirnya aku mendapat pekerjaan Bomie-ah!”

“N- ne? Ahh… perkenalkan aku Sandara. Aku pembantu baru disini.”

“Pembantu? Cihh… kenapa wanita tua itu tidak pernah bosan melakukan ini? Keluar. Aku tidak membutuhkan pembantu.”

“Hah? Tapi Eommamu menyuruhku bekerja disini.”

“Apa kamu tidak dengar? Aku bilang keluar!”

“Pergi dari rumahku sekarang juga!”

“Kumohon, ijinkan aku bekerja disini.”

“Baiklah. Tapi ada satu syarat. Kamu harus menuruti setiap perintahku.”

——————————-Chap 3: One Step Closer——————————-

  • Bangun tidak boleh lebih dari jam 5 pagi!!
  • Meyiapkan sarapan
  • Mengantar ke sekolah
  • Membersihkan seluruh bagian rumah (akan kupecat jika ada debu yang masih tersisa sedikitpun)
  • Mencuci seluruh pakaian (ingat, jangan menggunakan mesin cuci!!)
  • Menjemputku pulang sekolah (jika aku memerlukannya)
  • Menyiapkan makan malam
  • Menemaniku makan malam
  • Mengerjakan semua tugas sekolahku
  • Tidur tidak boleh kurang dari jam 11 malam!!
  • Dan yang paling penting, ikuti semua perintahku!

Dara menatap ngeri secarik kertas yang sedang dipegangnya. Apa anak itu sudah gila?? Oh Tuhan… mungkin sebaiknya dia harus pergi ke rumah sakit jiwa sekarang juga! Sungguh, Kwon Jiyong adalah psikopat!!

“Bagaimana? Kau setuju?” Tanya Jiyong dengan suara menyebalkan. Dara melirik ke arahnya dan melihat Kwon Jiyong sedang tersenyum licik sambil menatapnya. Lucu sekali, kenapa juga Jiyong harus bertanya. Bukankah jika dirinya tidak setuju pun lelaki tersebut akan tetap memaksanya untuk menyetujuinya? Arrggghhh!!!

“Aku akan terlambat jika terus diam seperti ini. Kajja antarkan aku ke sekolah.” Kata Jiyong enteng sambil bangkit dari duduknya. Dara tidak bergeming dan masih duduk di tempatnya dengan tatapan tajamnya ke arah Jiyong. Dia akan membunuhnya, suatu saat Kwon Jiyong akan mati di tangannya!

“Jika sampai hitungan ketiga kau tidak berdiri aku akan me…..”

“Arasso! Arasso!! Aku akan mengantarmu!” Dengan terpaksa Dara mengikutinya sambil mengutuk Jiyong diam- diam. Oh Tuhan…. dia pikir dengan bekerja di tempat sialan ini dirinya akan bahagia. Tapi lihatlah apa yang terjadi sekarang? Dia bahkan lebih pantas dikatakan baby sitter daripada seorang pembantu *sigh*

———–

Dara menghentikan mobil Jiyong tepat di depan pintu gerbang sekolahnya. Masih menunjukkan pukul 06.30, namun ternyata sudah mulai ramai. Dasar murid jaman sekarang, mereka pasti berlomba- lomba datang pagi hanya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya yang tertunda.

“Kau tidak turun?” Tanya Dara sambil menatap heran Jiyong yang masih terdiam di tempatnya.

“Bukankah seorang pembantu harusnya membukakan pintu untuk majikannya?” Jiyong balas bertanya dengan suara yang menyebalkan. Dara memandang tidak percaya ke arah lelaki tersebut. Haruskah dia melakukannya? Tapi tunggu…. dia bahkan punya tangan dan yang lebih penting dia bukan anak kecil!! Urggghhh…. sungguh menyebalkan!

Dengan terpaksa Dara turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Kwon Jiyong. Dia bahkan melihat Jiyong tersenyum puas dan menurutnya itu adalah senyum paling menyebalkan yang pernah dilihatnya. Sungguh, berapa lama lagi bocah ini akan terus menyiksanya?

“Chagiya!” Tiba- tiba seorang gadis berambut pirang dengan rok yang sangat sangat pendek berlari menghampiri mereka. Chagiya?? Uh-oh apa perempuan ini adalah kekasihnya? Dara memperhatikan perempuan tersebut yang kini telah bergelayut manja di lengan Kwon Jiyong. Rambut pirang, tidak terlalu tinggi, berkulit puting dan tentunya sangat cantik. Mungkin dia salah satu murid populer di sekolah ini tapi entah kenapa dia tidak menyukainya.

“Siapa wanita ini?” Dara melihat gadis itu memperhatikannya dari atas sampai bawah dengan tatapan menyelidik. Heeei… heiiii memangnya dia pikir siapa dia bisa memandangnya seperti itu? Biar bagaimanapun juga dia jauh lebih muda darinya.

“Pembantu baruku.” Jawab Jiyong acuh tak acuh.

“Pembantu baru? Omo! Kalian tinggal serumah?” Dara mendengus pelan. Oh ayolaaahh…. dia sungguh tidak mempunyai waktu untuk berurusan dengan anak SMA labil sepertinya. Memangnya kenapa kalau tinggal serumah? Lagipula dia tidak akan pernah dan tidak akan mungkin tertarik dengan orang aneh seperti Kwon Jiyong.

“Hm. Dia juga tidur di kamarku.” Dara membelalakan mata tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tidur di kamarnya? Memangnya sejak kapan dia tidur di kamar Jiyong? Berani- beraninya dia….

“Dan… membantuku mandi mungkin?”

“Yah! Jangan bicara sembarangan! Aku pembantumu bukan baby sittermu!” Teriak Dara sedangkan Kwon Jiyong malah tertawa. Arrrrggghhh!!! Entah kenapa dirinya harus bertemu dan hidup dengan namja menyebalkan seperti Kwon Jiyong. Sungguh takdir yang menyedihkan.

“Apakah ada yang lucu?” Dara mengalihkan pandangannya ke arah gadis tadi yang kini sedang menatap tajam ke arahnya. Bagus…. apakah dia marah? Aishh… ini semua gara- gara Kwon Jiyong gila itu. Lagipula kenapa dia harus bicara seperti itu bahkan ketika ada kekasihnya?

“Emm…. sebaiknya kalian masuk sebelum bel berbunyi. Aku pulang dulu, bye.” Tanpa menunggu jawaban dari mereka Dara langsung pergi begitu saja dan masuk ke dalam mobil Jiyong. Bukannya takut, tapi dia sungguh tidak ingin menjadi sebab pertengkaran sepasang kekasih, apalagi karena Kwon Jiyong bodoh itu.

————

Bawang putih… oh apalagi?

Dara kembali memeriksa ponselnya yang sedang menampilkan halaman resep masakan. Satu jam sudah dia berdiri di dapur ini dan yang dapat dilakukannya hanyalah memotong bawah putih dan beberapa sayuran. Dirinya bahkan tidak tahu apa yang akan dimasaknya kali ini. Dia merindukan Bom, sahabatnya yang terkadang menyebalkan itu. Selama ini dia yang selalu membuatkan makanan untuknya.

Dara mengambil sebuah mentimun dan mengamatinya dengan seksama. Bagaimana cara memotongnya? Haruskah di kupas dahulu? Lalu dari mana dirinya harus mengupas? Ujung ini apa ujung itu?

“Ya! Apa kau akan terus berdiri disana dan membiarkanku mati kelaparan?” Dara terlonjak kaget ketika mendengar suara Jiyong yang berteriak tiba- tiba. Ne, jika bisa dia akan terus berdiri disini dan membiarkan lelaki itu mati kelaparan. Dia akan dengan sangat senang melakukannya!

“Menyingkirlah!”

“Ne?” Dara memandang heran ke arah Jiyong dan melihat lelaki tersebut sedang berjalan ke arahnya.

“Kubilang menyingkirlah, aku akan melakukannya. Aku tidak ingin dapurku kotor karenamu.”

Dia yang akan melakukannya? Kwon Jiyong akan memasak? Dara menggeser tubuhnya dan membiarkan Jiyong mengambil alih pekerjaannya. Whooaaaa….. apakah dia salah makan saat makan siang tadi? Dara berdiri tidak jauh dari Jiyong dan memperhatikan gerak gerik lelaki tersebut. Emmm….. tidak buruk juga, maksudnya…. dia bahkan lebih pintar memasak dari dirinya. Dia benar- benar tidak menyangka jika Kwon Jiyong yang dingin, kasar dan menyebalkan bahkan bisa melakukan pekerjaan seperti ini.

Ting tong ting tong

Tiba- tiba terdengar bel pintu depan berbunyi. Dara melirik ke arah Jiyong dan lelaki itu tidak bergeming sedikit pun. Aishhh…. siapakah yang datang malam- malam seperti ini? Dengan malas dia berjalan ke arah pintu dan tanpa pikir panjang lagi langsung membukanya. Dara terkesiap kaget ketika melihat dua orang lelaki sedang berdiri di depannya dan memandang aneh ke arahnya. Dua orang lelaki, yang satu berambut pirang dengan mata pandanya dan satunya lagi bertubuh besar tinggi dan emmm…. terlihat sangat menakutkan.

“Maaf, siapa kalian?” Tanya Dara sesopan mungkin. Well, lelaki pirang itu mungkin tidak berbahaya tapi siapa yang tahu dengan lelaki yang satunya lagi. Dia benar- benar terlihat seperti preman. Oh! Apa jangan- jangan mereka adalah rentenir penagih hutang?

“Jadi ini pembantu baru Jiyong hyung? Waahh… daebak. Kenalkan, aku Lee Seungri.” Lelaki berambut pirang tersebut mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis ke arah Dara. Dengan ragu Dara menerima uluran tangannya. Dia melirik ke arah lelaki yang satunya lagi dan melihat lelaki tersebut hanya memandang tajam ke arahnya dengan sebelah alisnya terangkat ke atas. Dia benar- benar tidak tahu apa masalah lelaki tersebut dengannya, tapi sepertinya lelaki aneh itu tidak menyukainya.

“Dimana Jiyong hyung? Kau tidak membiarkan kami masuk?” Dara tersentak kaget lalu memberikan sedikit jalan untuk mereka berdua masuk ke dalam. Aaah… sepertinya mereka berdua adalah teman- teman Kwon Jiyong. Bodoh sekali, kenapa baru menyadarinya padahal dilihat dari penampilannya saja sudah kelihatan. Ya, mereka sama anehnya dengan Kwon Jiyong gila itu.

Dara menutup pintu ketika dua orang tersebut telah masuk dan mengikuti mereka dari belakang. Dan sekarang dia baru menyadari posisinya, satu orang perempuan dengan tiga orang lelaki aneh berada dalam satu rumah. Apakah itu akan baik- baik saja? Ah… tapi biar bagaimanapun juga mereka hanyalah anak SMA, dia yakin mereka tidak akan berani macam- macam padanya. Tapi masalahnya, mereka adalah teman Kwon Jiyong dan dia tahu Jiyong sangat membencinya. Bagaimana jika ternyata Jiyong sengaja mengundang mereka untuk melakukan sesuatu atau bahkan untuk menyingkirkannya? Dara menggelengkan kepalanya dan berusaha menghilangkan pikiran kotor dari otaknya. Selalu saja begini, dia dan pikiran anehnya *sigh*

“Kalian datang?” Tiba- tiba Jiyong muncul dari arah dapur dan menatap heran ke arah teman- temannya. Dara melihat Seungri hanya menganggukkan kepalanya pelan sambil tersenyum penuh arti dan well, dia tidak peduli lagi dengan lelaki aneh yang satunya.

“Kami hanya penasaran dengan pembantu barumu yang membuat Sohee marah- marah seperti itu. Aku ingin melihatnya langsung.” Kata Seungri lalu berjalan ke arah sofa dan duduk disana dengan santainya. Dara membelalakan matanya, Sohee? Apakah perempuan tadi pagi dan pacarnya Jiyong itu? Jadi mereka benar- benar bertengkar? Oughhhh!!! Dasar Kwon Jiyong bodoh itu!

“Dan ternyata dugaanku benar. Dia sangat cantik.” Dara hanya tersenyum canggung ketika melihat Seungri tersenyum manis ke arahnya dan mengedipkan sebelah matanya. Baiklah, mungkin jika dia masih anak SMA dia akan histeris seketika saat melihat senyumnya tersebut. Dara mengakuinya, Seungri benar- benar manis. Tapi tetap saja, mereka hanyalah bocah bagi Dara.

“Berhentilah merayunya.” Jiyong melemparkan bantal ke arah Seungri dan tepat mengenai mukanya hingga membuatnya meringis kesakitan.

“Oh lihatlah. Apa kau cemburu?” Seungri menaik turunkan alisnya seperti orang bodoh yang dibalas dengan lemparan bantal dari Jiyong lagi.

“Aku? Cemburu? Gara- gara nenek sihir itu? Yang benar saja!” Dara menatap tajam ke arah Jiyong yang dibalasnya dengan senyuman mengejek. Nenek sihir?? Setelah memanggilnya ahjumma sekarang bocah itu berani memanggilnya nenek sihir? Oh lihat saja nanti, dia akan benar- benar mati di tangannya!

“Apa yang kau lihat? Bukankan pembantu harusnya membuatkan minum untuk tamu majikannya?” Arrggggghhhhhh!!! Bisakah dia berhenti menyebutkan kata “pembantu”? Dara tahu posisinya di rumah ini dan tanpa perlu Jiyong mengatakannya lagi dia juga sadar jika dia hanyalah seorang pembantu. Menyebalkan.

Dara mengerucutkan bibirnya dan menghentakkan kakinya dengan kasar lalu berjalan menuju dapur. Dilihatnya sepiring spaghety terletak di atas meja makan, jadi bocah menyebalkan itu telah selesai memasaknya. Dengan asal Dara meraih gelas dan mulai membuatkan minuman untuk mereka. Samar- samar dia mendengar mereka sesekali menyebut namanya, dia tahu pasti mereka sedang membicarakannya. Dan Dara yakin Kwon Jiyong pasti akan menjelek- jelekkannya di depan teman- temannya tersebut. Masa bodoh dengan reputasinya! Selama ada Kwon Jiyong jangan harap orang akan memandangnya sebagai wanita baik- baik.

Dara membawa keluar tiga gelas jus jeruk dan meletakkannya di hadapan mereka. Mereka sudah tidak lagi membicarakannya, melainkan membicarakan tentang hal- hal yang tidak dimengerti Dara dan dia tidak akan peduli sedikitpun. Namun dia bisa merasakan jika pandangan Seungri sedang tertuju ke arahnya. Oughhh!! Dia tahu itu, pasti bocah mesum itu sedang memandangnya dengan tatapan menjijikkan. Tidak bisakah Kwon Jiyong sialan itu mencari teman yang jauh lebih normal darinya? Satu teman mesum dan satu teman aneh. Heol!! Benar- benar menyebalkan.

“Jadi dimana kau bisa menemukan pembantu secantik ini hyung?” Kata Seungri sambil mengambil jus jeruk yang baru diletakkan Dara lalu menyesapnya. Dara hendak berdiri dan berjalan ke dapur lagi ketika tiba- tiba pergelangan tangannya di tarik dengan paksa dan membuatnya duduk di samping bocah mesum itu. Dara membelalakan matanya kaget dan mencoba untuk bangkit tapi Seungri tidak membiarkannya.

“Hmm…. bahkan jusnya benar- benar enak. Sungguh pembantu yang sempurna.” Seketika perut Dara mual mendengar apa yang di katakan bocah mesum itu. Sungguh dia hanyalah bocah SMA dan berani- beraninya dia melakukan hal ini padanya. Jika setelah ini dia tidak perawan lagi, dia berjanji akan menuntut Jiyong dan keluarganya!

“Berhentilah bermain- main Rat atau aku akan membakar pantatmu!” Bentak Jiyong sambil menarik paksa Dara dan memaksanya duduk di sampingnya. Oh baiklah… jadi apa-apaan ini? Apa anak jaman sekarang memang suka menarik- narik perempuan?

“Ya hyung!! Kau bahkan sudah bersamanya sepanjang hari. Tidak bisakah aku meminjamnya sebentar?” Dara hampir tersedak air liurnya sendiri ketika mendengar Seungri berkata seperti itu. Pinjam??? Memangnya dia pikir wanita macam apa dirinya ini? Dara tidak habis pikir jika dirinya bisa di pandang rendah di hadapan bocah- bocah ini.

“Yah!! Jaga mulutmu atau…” Bentak Jiyong tiba- tiba tapi belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, bocah aneh di sebelah kiri Seungri memotongnya, “Aishh…. ada apa dengan kalian berdua?”

Dara menatap ketiga bocah itu secara bergantian. Pertama, Jiyong memandang tajam ke arah Seungri dan uhhmmmm….. dia terlihat marah? Kedua, bocah mesum itu terlihat ketakutan mungkin karena Jiyong membentaknya. Dan ketiga, bocah aneh yang dari tadi hanya diam saja kini memandang Jiyong dan Seungri dengan tatapan tidak percaya. Eeemmm…. sebenarnya ada apa ini??

“Kajja sebaiknya kita pulang saja Rat. Sepertinya Jiyong sedang tidak ingin diganggu.” Bocah aneh itu berdiri lalu menarik paksa Seungri dari tempat duduknya. Bagus, bagus sekali…. tadi pagi dia telah membuat Jiyong dan pacarnya bertengkar lalu sekarang dia membuat Jiyong dan teman- temannya bertengkar. Tapi tunggu! Semua ini bukan salahnya. Dia bahkan tidak melakukan apa- apa. Semua ini tetap salah Kwon Jiyong sialan itu!

“Ya! Woo Bin-ah, t-tapi…” Seungri mencoba melepaskan genggamannya dari bocah aneh itu tapi dia tidak bergeming dan tetap menyeret Seungri menuju pintu keluar. Dara melirik ke arah Jiyong dan di lihatnya lelaki tersebut hanya memandang mereka dengan tatapan acuh tak acuh. Demi Tuhan…. tidakkah dia merasa sedikit bersalah? Sebenarnya terbuat dari apa otak bocah menyebalkan ini?

“Aahh ne, aku hampir lupa.” Kata Woo Bin tiba-tiba sebelum benar- benar keluar. Lalu dia melanjutkan, “Kau tidak lupa jika minggu depan ulang tahun Krystal bukan? Datanglah, aku tahu dia sangat mengharapkan kedatanganmu.” Dan setelah itu dia membuka pintu dan menyeret Seungri keluar. Dara kembali melirik Jiyong yang saat ini sedang memandang kosong ke depan dengan alis berkerut. Krystal? Siapa lagi dia? Apa dia kekasihnya juga? Oh ayolah…. orang seperti Kwon Jiyong pasti tidak hanya memiliki satu kekasih saja. Dia yakin Krystal pasti wanita yang juga berarti untuknya. Lalu kenapa dia harus peduli?? Aishhh… itu bahkan bukan urusannya sama sekali!!

————

Beberapa hari berlalu dan Dara merasa semakin hari hidupnya seperti berada di dalam neraka. Hidup bersama Kwon Jiyong adalah hal yang paling dibencinya. Setiap hari Jiyong hanya akan membentaknya, berteriak padanya, menyuruhnya ini itu, dan selalu membuatnya kesal. Demi apapun dia benar- benar membenci Kwon Jiyong!

“Ya ahjumma!” Oh itu suaranya lagi. Ketahuilah, ini hari minggu dan Jiyong bahkan tidak keluar rumah dari pagi. Tidak bisakah lelaki itu pergi kemana pun saja? Pergi kencan atau apalah yang penting menghilang dari pandangannya sebentar saja? Ughh!! Benar- benar menyebalkan!

“Ya! Kau tidak mendengarkanku?” Aishh… andai dia tahu, orang tuli sekalipun pasti akan mendengar suaranya jika dia terus berteriak seperti ini. Dengan terpaksa Dara membalikkan badannya dan langsung bertemu dengan tatapan tajam dari seorang Kwon Jiyong.

“Mandi dan bersiaplah. Kita pergi 10 menit lagi.” Kata Jiyong dengan ekspresi datar sedangkan Dara hanya menatapnya dengan bingung. Pergi? Pergi kemana?

“Berhenti menatapku seperti itu! Bersiaplah dan aku akan menunggumu di depan. Jika dalam waktu 10 menit kau belum keluar aku akan memecatmu!” Dara membelalakan matanya tidak percaya. Sepuluh menit? Bocah bodoh itu hanya memberinya waktu sepeluh menit? Uh-oh lalu bagaiamana ini? Dengan cepat Dara berlari menuju ke kamar dan meninggalkan Jiyong yang diam- diam tersenyum melihat tingkah dari gadis tersebut.

————-

Whoooaaaa… Dara terkesiap kagum melihat deretan baju mewah yang terpampang di depannya. Kebanyakan dari mereka terlihat sederhana namun sangat elegan. Dia tahu butik ini salah satu butik yang sangat terkenal di Seoul. Sialan! Andai saja dirinya tidak menjadi miskin seperti ini pasti dia akan dengan sangat mudah membeli beju- baju itu. Tapi ngomong- ngomong untuk apa Kwon Jiyong mengajaknya ke tempat ini?

Dara berjalan mengikuti Kwon Jiyong yang dari tadi hanya mondar- mandir sambil memandang baju- baju tersebut dengan kening berkerut. Demi Tuhan.. apakah dia hanya akan seperti itu sepanjang hari? Menyebalkan!

Tiba- tiba Jiyong menghentikan langkahnya yang membuat Dara hampir membentur punggungnya. Dia mendengus kesal sambil mengusap pelan dadanya. Sabar Dara…. berhadapan dengan Kwon Jiyong benar- benar membutuhkan banyak kesabaran. Jangan sampai dirinya menyerah hanya gara- gara lelah menghadapi sikap bocah gila ini. Ha! Dirinya bukan tipe orang seperti itu. Apapun yang akan terjadi, dia harus bertahan. Ya, setidaknya dia bisa mendapatkan uang untuk bersenang- senang nanti.

“Menurutmu mana yang bagus?” Dara mengalihkan pandangan ke arah Jiyong yang sedang menatap baju- baju di depannya dengan kening berkerut. Eeemm…. apa maksudnya? Oh apakah Jiyong ingin membelikan baju untuknya? Apa bocah menyebalkan ini merasa bersalah telah memperlakukannya secara tidak manusiawi dan ingin meminta maaf? Ah.. tapi baju- baju ini sama sekali bukan tipenya, mereka kelihatan terlalu imut dan Dara tidak menyukainya.

“Aku tidak menyukainya. Sama sekali bukan seleraku.” Kata Dara sedangkan Jiyong hanya memandang aneh ke arahnya.

“Ya! Menurutmu aku akan membelikannya untukmu? Katakan saja mana yang bagus.” Kali ini giliran Dara yang memandang aneh ke arah Jiyong. Astaga… harusnya dia tahu jika lelaki ini sama sekali tidak mempunyai hati nurani. Meminta maaf? Cihh…. mungkin kata- kata itu sama sekali tidak ada di dalam kamusnya. Dasar bodoh. Tapi untuk apa dia ingin membeli baju- baju ini? Aishh… untuk apa juga dia harus peduli!

Dara mendengus kesal lalu menunjuk salah satu dari baju- baju tersebut secara acak. Hah! Masa bodoh mana yang lebih bagus, dia sama sekali tidak peduli. Lagipula akan lebih baik jika seseorang yang diberinya baju tersebut tidak akan menyukainya. Dasar Kwon Jiyong menyebalkan! Dan tanpa pikir panjang lagi Jiyong segera memanggil pelayan butik dan menyuruhnya untuk membungkus baju tersebut.

—————-

Udara Seoul di akhir pekan ini tergolong cukup cerah. Dara merentangkan tangannya dan menghirup udara dalam- dalam. Aigoo… sudah berapa lama dirinya tidak merasakan kebebasan seperti ini? Jalan- jalan dengan bebas, pergi berbelanja, membeli ini itu, kapan terakhir kali dia melakukannya? Aishh…. ini semua gara- gara Kwon Jiyong sialan itu. Dia bahkan harus bekerja 24 jam penuh dalam seminggu tanpa ada waktu libur sehari pun. Bukankah ini tidak adil?

Dara melirik ke arah butik dan dilihatnya Kwon Jiyong sedang membayar barang belajaannya sedangkan dia menunggunya di luar. Ahh…. mungkinkah baju tersebut untuk Krystal? Bocah aneh waktu itu bilang jika minggu depan adalah ulang tahun gadis itu dan bahkan dia meminta Jiyong untuk datang. Tentu saja Jiyong harus memberinya hadiah dan pasti dia membeli baju tersebut untuk diberikan pada Krystal. Ya! Kenapa dirinya harus peduli? Tidak, dia sama sekali tidak mempedulikannya. Hanya saja… hei bukankah Jiyong sudah mempunyai wanita yang bernama Sohee itu? Bagaimana perasaannya jika Sohee tahu pacarnya membelikan hadiah untuk gadis lain? Dasar lelaki jaman sekarang.

“Kajja.” Terdengar suara Jiyong yang tiba- tiba membangunkan Dara dari lamunannya. Dara memandang punggung lelaki tersebut yang bahkan tidak mau repot- repot untuk menunggunya. Heol! Tidak bisakah dia lebih sopan padanya? Paling tidak berbasa- basilah ingin mengajaknya jalan- jalan atau apapun itu. Lagipula di akhir pekan seperti ini bukankah saat yang tepat untuk jalan- jalan?

“Jiyong-ah!” Panggil Dara sambil berlari mengejarnya sedangkan lelaki tersebut tetap tidak bergeming. “Emmm.. kita langsung pulang? Aku lapar. Bisakah kita makan dulu? Aaaahh di akhir pekan seperti ini jalanan di sekitar Hongdae pasti ramai. Kau tidak ingin pergi kesana? Oh! Taman bermain. Kudengar disana sering memberi diskon besar- besaran ketika akhir pekan. Pasti akan sangat menyenangkan bukan?” Jiyong menghentikan langkahnya tiba- tiba lalu menatap Dara dengan sebelah alis terangkat ke atas. Sial! Perasaannya sama sekali tidak enak jika Jiyong sudah menatapnya seperti itu. Sebentar lagi dia pasti akan memarahinya dan berteriak, “Kau mau dipecat?” Aishhh… dasar bocah menyebalkan.

“Kau ingin jalan- jalan? Baiklah. Kajja.” Dara menatap tidak percaya ke arah Jiyong. Apa dirinya tidak salah dengar? Aahhh tidak mungkin! Mungkin tadi dia hanya mendengar orang sekitar yang kebetulan berbicara seperti itu. Sangat tidak mungkin kalau kata- kata tersebut keluar dari mulut seorang Kwon Jiyong.

“Ya! Berhentilah menatapku seperti itu!” Tiba- tiba Dara merasa pergelangan tangannya ditarik dan dia mengikuti Jiyong begitu saja. Oh! Tunggu dulu….Dara menatap pergelangan tangannya yang saat ini sedang di genggam oleh Jiyong lalu tersenyum lebar. Jadi benar Jiyong ingin mengajaknya jalan- jalan? Kyaaaahhhh…. jika Jiyong bisa seperti ini terus dia janji akan mengurangi kadar kebenciannya terhadap bocah itu.

————–

Hari ini seperti mimpi bagi Dara. Entah sudah berapa lama dirinya tidak merasakan kebebasan seperti ini. Ngomong- ngomong ada apa dengan Jiyong? Hari ini bocah itu tidak seperti Jiyong yang biasanya. Bahkan dia mengajaknya jalan- jalan, membelikannya makanan, baju, gelang.. aishh sudahlah, mungkin dia hanya merasa bersalah karena telah memperlakukannya secara tidak manusiawi selama ini.

“Ini.” Kata Jiyong tiba- tiba sambil melemparkan plastik berisi bir dan beberapa snack tepat di depan Dara. Setelah lelah berjalan Dara membujuk jiyong untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan di tepi sungai Han. Anehnya Jiyong sama sekali menolaknya dan disinilah mereka sekarang, duduk di rumput tepi sungai Han sambil menikmati udara segar.

Dara mengambil satu kaleng bir yang baru saja dibeli Jiyong dan langsung meneguknya. Aigoo… bahkan dia hampir lupa bagaimana rasanya bir. Setelah menerima uang bayaran pertama nanti dia akan membeli banyak bir dan berpesta bersama Bom. Yeeeaaahhh!! Benar- benar ide yang cemerlang. “Kau tidak ingin minum?” Dara menyodorkan satu kaleng bir kepada Jiyong sedangkan lelaki tersebut hanya menggeleng pelan tanpa mengalihkan pandangannya. Apakah dia sedang memikirkan sesuatu? Baiklah dia tidak akan mempedulikan lelaki tersebut. Yang terpenting dia hanya ingin menikmati hari ini. Siapa yang tahu hari seperti ini akan datang lagi? *sigh*

Beberapa menit berlalu dan keheningan menyelimuti mereka. Yang terdengar hanyalah suara orang yang berlalu lalang dan suara angin yang berhembus. Dara menoleh menatap Jiyong dan dilihatnya lelaki tersebut memandang lurus ke depan dengan kening berkerut. Baiklah… dia sama sekali tidak menyukai kesunyian.

“Jadi siapa Krystal?” Ouugghh jinjja! Dari semua topik pembicaraan yang mungkin kenapa dia harus bertanya tentang Krystal? Entahlah tapi hanya itu yang tiba- tiba muncul dalam pikirannya. Jiyong menoleh sebentar lalu kembali menatap lurus ke depan. Lalu dia menjawab pelan, “Adikku.” Mwo? Jadi Krystal adalah adiknya? Dia melanjutkan, “Saat aku berusia 10 tahun orang tuaku bercerai dan ibuku menikah lagi. Suaminya adalah ayah Krystal, jadi bisa dibilang Krystal adik tiriku.”

“Lalu kenapa kau tidak tinggal dengan mereka?”

“Aku membenci ibuku.” Dara melihat raut muka Jiyong yang tiba- tiba berubah. Well, Dara tidak heran lagi. Dari pertama kali mendengar Jiyong memanggil ibunya dengan sebutan nenek sihir dia sudah mengira jika bocah tersebut tidak menyukai Eommanya. Tapi kenapa? Apalagi jika dilihat- lihat Eommanya tidak seburuk itu. Yaahh… mengingat apa yang telah dilakukan Eomma Jiyong untuk membantunya.

“Aishh… sepertinya aku terlalu banyak bicara. Baiklah sekarang giliranmu.” Dara menatap heran ke arah Jiyong. Gilirannya untuk apa? Dasar lelaki aneh. Lalu Jiyong melanjutkan, “Ceritakan tentangmu.”

Dara mengangguk paham sambil tersenyum simpul. Baiklah… jika dipikir- pikir sejak pertama kali mereka bertemu dia bahkan tidak memperkenalkan diri dengan benar. Dan bahkan saat ini bisa dibilang pertama kalinya mereka berbicara normal. Biasanya Jiyong hanya akan membentaknya, menyuruhnya ini itu, mengancamnya, hufftttt dan itu membuatnya sangat lelah.

“Apa yang ingin kau tahu dariku?”

“Apa ada lelaki yang kau suka?” Dari semua pertanyaan yang mungkin kenapa bocah aneh ini menanyakan hal seperti itu? Dara tertegun sejenak sambil menimang- nimang haruskah dia bercerita padanya apa tidak. Well, sepertinya tidak ada ruginya juga kalau menceritakannya pada Jiyong, lagipula bocah itu bisa jadi tempat curhat untuknya bukan? Kekeke.

“Ne. Namanya Lee Donghae, aku sudah menyukainya sejak beberapa tahun yang lalu. Dan kau tahu apa? Dia pergi meninggalkanku begitu saja dan dua minggu yang lalu dia bilang jika dia menyayangiku. Aishh.. terkadang aku tidak mengerti jalan pikiran lelaki. Mereka sering melakukan apapun seenaknya saja tanpa memikirkan perasaan orang lain.”

“Apa dia tampan?” Dara mengalihkan pandangannya menatap Jiyong dan dilihatnya lelaki tersebut sedang menatap serius ke arahnya. Lalu dia menjawab, “Tentu. Dia sangat tampan dan yang lebih penting dia bukan bocah menyebalkan sepertimu.” Jiyong menyipitkan matanya dan menatap lurus ke arah Dara.

“Apa katamu? Bocah?” Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana Dara merasakan ada perasaan tidak suka dari nada bicara Jiyong. Wae? Memangnya ada yang salah jika dia memanggilnya bocah? Dara mengangkat sedikit dagunya lalu mengangguk ragu. Benar- benar….. entah kenapa Kwon Jiyong selalu bisa mengintimidasinnya seperti ini. Tidak peduli jika dia yang benar dan Jiyong yang salah tetap saja dirinya akan selalu kalah dihadapan Jiyong.

“Kau mau bukti jika aku bukanlah bocah seperti apa yang kau katakan?” Ehh? Apa maksudnya? Dengan cepat Jiyong menggeser tubuhnya mendekat lalu beberapa detik kemudian Dara merasa tangannya ditarik dan sesuatau yang basah tapi lembut menempel tepat di bibirnya. Omo!! Apa yang dilakukannya? Belum sempat dia memproses apa yang sebenarnya terjadi Jiyong memaksanya untuk membuka mulutnya dan dengan perlahan Dara menutup kedua matanya. Ciuman pertamanya…. oh astaga… Kwon Jiyong telah mencuri ciuman pertamanya!!

 ~ to be continue ~

Jangan lupa selalu tinggalkan komentar ^^

 <<back next>>>

33 thoughts on “The Maid : Part #3

  1. Gara gara dikatain ‘bocah’ jiyong oppa jadi nyium dara unnie gitu? ato emang jiyong oppa suka sama dara unnie? jiyong oppa keliatan cemburu ihh😄 first kissnya dara unnie udh diambil jiyong oppa deh😝

Leave a reply to rarakwon Cancel reply