My Boy #2

my boy

Author          : Sponge-Y

Main Cast     : Kwon Jiyong & Sandara Park

Support Cast: Park Bom, Big Bang member

Genre            : Romance

Annyeong, saya hadir lagi dengan lanjutan FF yang kemarin. Selamat membaca ^^

Sandara POV

Setiap hari yang kulalui di kampus ini benar- benar seperti neraka. Sepertinya aku baru kuliah di kampus ini selama seminggu, tapi rasanya seperti bertahun- tahun. Jiyong benar- benar membuatku hidup tidak tenang disini. Setiap hari ada saja hal yang dia lakukan hingga membuatku semakin kesal. Eomma… aku ingin di Prancis saja T.T

Tapi sepertinya hari ini aku bisa bernafas lega. Seharian ini aku belum melihat Jiyong. Sepertinya aku harus cepat- cepat pulang sebelum melihat Jiyong dan mendapat masalah lagi.

“Apakah kamu mau langsung pulang, Dara? Tanya Bom.

“Ne. Kajja kita pulang bersama,” Jawabku.

“Pulanglah duluan. Aku pulang nanti. Masih ada hal yang harus kuurus.” Katanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Dasar sok sibuk.

Baiklah, aku akan pulang sekarang. Satu hari tanpa berurusan dengan Jiyong sepertinya menyenangkan. Dengan semangat aku berjalan menuju pintu keluar. Aku menghentikan langkah tiba- tiba ketika melihat Jiyong bersama tiga orang lainnya. Aisshhtt.. kukira aku tidak akan melihatnya hari ini. Tapi tunggu, sedang apa mereka? Aku memberanikan diri berjalan mendekat untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata Jiyong bersama dengan Seunghyun dan Seungri, dan yang satunya lagi aku tidak mengenalnya. Tapi sepertinya ada sesuatu yang tidak beres disini. Kulihat Jiyong dan Seungri bergantian memukuli cowok itu. Ternyata mereka sedang membullynya.

“Ya! Katakan kata- kata itu sekali lagi didepanku sekarang!” Kudengar samar- samar Jiyong berteriak kepada cowok itu.

“Sudahlah Jiyong. Ini sudah cukup, Mari kita pergi,” kali ini giliran Seunghyun yang berbicara.

“Ini belum cukup hyung. Sebelum dia mengatakannya lagi,”Ucap Jiyong sambil memukul cowok itu lagi. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Sepertinya cowok itu akan benar- benar mati di tangan Jiyong. Lagi- lagi Jiyong memukuli cowok itu, ini tidak bisa dibiarkan.

“Hentikan, Jiyong!” aku berteriak dan tanpa kusadari kini posisiku tepat dihadapan mereka. Mampus! Apa yang sedang aku lakukan?

“Ma-maksudku k-kamu tidak bisa melakukan ini,” kataku terbata- bata.

“Apa urusanmu? Ini tidak ada hubungannya denganmu,” Kata Jiyong.

“Ada apa ini?” Tanya seseorang. Kami semua terkejut dan melihat siapa yang datang dan ternyata dia adalah salah satu dosen kita.

“Jiyong, bisa kamu jelaskan apa sebenarnya yang telah terjadi?,” Tanya dosen tersebut kepada Jiyong. Jiyong hanya diam tak menjawab pertanyaan darinya.

“Mereka yang melakukan ini,” kataku sambil menunjuk Jiyong, Seungri dan Seunghyun.

“Benarkah? Kalau begitu kalian ikut aku,” kata dosen tersebut sambil berlalu pergi. Jiyong, Seunghyun, dan Seungri segera mengikutinya di belakang. Kulihat Jiyong menatapku. Aku tahu ini, setelah ini aku pasti akan benar- benar mati di tangan Jiyong. Tapi mau bagaimana lagi? Aku paling tidak suka melihat ada orang yang tertindas. Yah, walaupun sebenarnya akulah yang sering ditindas Jiyong.

“Kamu tidak apa- apa?,” kataku menghampiri cowok itu dan membantunya berdiri. Aku melihat banyak sekali luka di wajahnya. Jiyong benar- benar keterlaluan.

“Sini, biar kuobati lukamu,”kataku sambil mengambil beberapa plaster yang kebetulan kubawa di tasku.

“Ne, gomawo.” Katanya sambil berusaha tersenyum.

JIyong POV

Sialan. Berani- beraninya Dara mencari masalah lagi. Apakah selama ini dia kurang puas dengan apa yang telah kulakukan kepadanya?

“Jiyong, Seunghyun, Seungri. Aku tahu ayah kalian orang penting disini. Tapi bisakah kalian tidak melakukan ini lagi? Aku sudah berulang kali mentolerir kalian, kali ini sepertinya aku harus memberi tahu orang tua kalian,” kata dosen itu.

“Jangan seonsaengnim. Aku bisa mati jika appa mengetahui ini semua,” rengek Seungri.

“Ne seonsaengnim. Kami akan menerima hukuman apa saja asal jangan beritahu orang tua kami,” kata Seunghyun hyung. Aku merasa bersalah disini. Walau bagaimanapun juga ini semua gara- gara aku. Mereka hanya mencoba membantuku.

“Bebaskan mereka. Aku yang bersalah. Aku akan melakukan apa saja yang anda perintahkan, “ ucapku.

“Aku tahu ini pasti memang kamu biang keroknya, Jiyong. Baiklah kalian berdua bebas, dan untuk kamu Jiyong bersihkan semua toilet yang berada di lantai satu. Anggap saja aku sedang berbaik hati kali ini,” katanya panjang lebar.

Apa? Berbaik hati? Hukuman macam apa itu? Dia pikir aku anak SMA apa? Bisa- bisanya aku dihukum membersihkan semua toilet yang ada di lantai satu, SENDIRIAN. Dasar bodoh, aku menyesal telah mengatakan kepada dosen itu untuk membebaskan Seungri dan Sunghyun.

“Jiyong, apa kamu mengerti?,” tanyanya kepadaku.

“Ne, seonsaengnim.” Kataku lalu berjalan keluar diikuti Seunghyun dan Seungri.

“Jiyong hyung. Kamu so sweet banget. Aku terharu kamu mengatakan seperti itu tadi,” kata Seungri dengan ekspresi menjijikkan. Nah kan, untuk kedua kalinya aku menyesal mengatakan itu tadi.

“Sudahlah. Jangan berlebihan,” bentakku dan kulihat dia mengerucutkan bibirnya. Tingkahnya benar- benar memuakkan. Dia pikir dengan melakukan itu dia kelihatan imut apa?

“Lain kali aku tidak akan mau membantumu seperti ini lagi,Ji.Sudah cukup kita melakukannya saat smp, sma dulu dan kupikir kita sudah mulai dewasa sekarang. Kita bisa menilai mana yang baik dan mana yang buruk untuk diri kita sendiri.  Cepatlah lakukan tugasmu. Mari kita pergi,” katanya sambil mengajak Seungri pergi. Kurasa Seunghyun hyung marah kepadaku. Ini semua gara- gara cowok itu dan juga Dara. Aisshhtt.. yeoja itu selalu membuatku kesal.

Lalu dengan malas aku pergi ke toilet yang ada di lantai satu. Belum juga aku sampai di toilet, aku melihat Dara sedang duduk berduaan bersama cowok itu di tempat tadi aku menghajarnya.  Sepertinya dia sedang mengobati luka cowok brengsek itu. Entah kenapa ini membuatku tambah kesal.

“Ya! Dara! Apa yang kamu katakan tadi?”kataku setelah sampai dihadapan mereka. Kulihat Dara terkejut dengan kedatanganku yang tiba- tiba.

“Apa? Aku hanya mengatakan kebenaran,” jawabnya tanpa menoleh kepadaku.

“Kebenaran? Sekarang pergilah ke toilet dan bersihkan semuanya,” kataku.

“Mwo? Kenapa aku harus melakukannya?,” tanyanya dengan nada tinggi.

“Karena kamu harus menggantikan hukumanku. Aku dihukum gara- gara kamu kan?,” balasku tak mau kalah.

“Cih.. kalau aku tidak mau kamu mau apa?,” tanyanya. Sial, ternyata dia berani juga membantahku.

“Ini. Aku akan menyebarkannya,” kataku dengan menujukkan fotonya waktu itu. Hehehe… untung aku masih menyimpannya, aku tahu ini akan sangat berguna suatu saat.

“Ya!Jadi kamu belum menghapus foto itu?”tanyanya dengan wajah kesal. Aku selalu suka dengan ekspresinya yang satu ini. Entah kenapa ketika dia melakukan ini dia kelihatan sangat lucu.

“Mengapa harus dihapus kalau masih berguna,” jawabku cuek. “Cepatlah pergi bersihkan toiletnya. Aku tidak punya banyak waktu sekarang,” lanjutku.

“Ne,”jawabnya pasrah.

“Dan kamu jangan coba- coba membantunya. Urusan kita belum selesai,”Kataku kepada cowok tadi.

Sandara POV

Menyebalkan. Aku sadar aku salah telah mengatakan seperti itu kepada dosen tadi. Kukuira hari ini aku tidak akan bertemu atau bahkan berurusan dengan Jiyong lagi. Lagi pula kenapa dosen tadi menghukum Jiyong dengan menyuruhnya membersihkan toilet? Seperti anak SMA saja. Aduuuhh!!! Toiletnya bau sekali. Aku bahkan tidak menyangka di kampus yang super megah ini menyimpan toilet yang super kotor dan bau. Dengan terpaksa aku membersihkan satu persatu wc disini.

“Ya! Sebelah sini masih kotor.” Kata seseorang. Ternyata Jiyong. Sejak kapan dia berdiri disitu? mengagetkan saja.

“Lihat, ini masih kotor,” katanya lagi sambil menginjak- nginjak lantai yang sudah kubersihkan tadi. Abaikan Dara… anggap saja kamu tidak mendengar sesuatu sekarang. Lagi pula kenapa dia harus menggangguku? Apa dia tidak punya kerjaan lain? Bahkan tadi katanya dia tidak ada waktu sekarang. Cih,, bilang saja dia males melakukan semua ini.

“ Apa kamu tuli? Kamu tidak mendengar kataku?”bentaknya. Terserah. Mau kamu mengatakan apa saja aku tidak mau tahu. Aku benar- benar benci dengan Jiyong sekarang.

“Ya!Ka…,”belum sempat dia melanjutkan kata- katanya aku mendengar seperti ada sesuatu jatuh ke lantai. Aku menoleh, dan kulihat Jiyong sudah terduduk di lantai dengan posisi mengenaskan. Hahahaha… ternyata dia baru saja terpeleset.Syukurin, siapa suruh dia menggangguku.Mati- matian aku menahan agar tawaku tidak meledak. Gila saja, jika aku tertawa sekarang pasti nanti aku akan mati di tangan Jiyong.

“Kamu tidak apa- apa? Sini kubantu berdiri,” kataku sambil mengulurkan tangan.

“Tidak apa- apa. Aku bisa berdiri sendiri,”katanya sambil mencoba berdiri. “apa? Kamu mau menertawakanku sekarang?,” lanjutnya.

“Hahahahaha!! Kamu… wajahmu lucu sekali. Hahahahaha!,” kataku sambil tertawa. Aku sudah tidak bisa lagi menahan tawaku.

“Berani- beraninya kamu menertawakan aku,” bentaknya, dan aku langsung diam begitu saja.

“Ada apa lagi ini? Kamu? Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu yang membersihkan semua ini?,” kata seseorang yang ternyata adalah dosen tadi.  Aku dan Jiyong sama- sama terkejut melihat dia datang secara tiba- tiba.

“Jiyong yang menyuruhmu?,” lanjutnya karena tak segera mendapat jawaban dariku.

“Ne,”aku menjawab pelan. Bodoh kenapa aku mengatakan iya, dan sekarang kulihat Jiyong sedang melotot padaku. Aigoo,, bagaimana ini?

“Jiyong. Bukankah tadi sudah kuperingatkan? Aku pikir aku akan langsung memberi tahu ayahmu sekarang.

“Jangan seonsaengnim. Jangan beritahu ayah saya. Maafkan saya, saya bersalah. Saya yang akan membersihkannya sekarang,” kata Jiyong. Cihh.. kalau sama dosen saja dia mau meminta maaf. Tapi dari perkataannya sepertinya dia takut sama ayahnya.

“Baiklah, tapi akan saya awasi kamu. Dan kamu tetap akan membersihkannya bersama Jiyong,” kata dosen itu lagi. Apa? Kenapa aku juga harus melakukannya? Bukakkah aku korban disini? Aisshhtt.. Jiyong dan dosen ini tidak ada bedanya, sama- sama menyebalkan.

“Tapi kenapa saya juga harus melakukannya seonsaengnim?,” tanyaku membela diri.

“Itu sebagai hukumanmu karena mau saja disuruh Jiyong,” jawabnya. Alasan macam apa itu? Andai saja dia bukan dosen pasti akan kukutuk dia tujuh turunan seperti Jiyong. Tapi aku takut kualat jika mengutuk orang tua,hehehe.

“Cepatlah lakukan. Jangan lupa, saya akan tetap mengawasi kalian,” katanya sambil berlalu.

“Ini,” aku menyerahkan alat pel kepada Jiyong. Dia menerimanya dan kemudian mulai mengepel juga.

Ternyata dosen itu benar- benar mengawasi kita. Sebentar dia masuk melihat kita, lalu keluar lagi. Dan saat ini kudengar dia sedang berada di luar toilet sedang bebincang- bincang entah sama siapa. Sepertinya Jiyong melakukan tugasnya dengan baik. Dari tadi dia diam saja tidak mengatakan apapun dan fokus mengepel. Sebenarnya kenapa dengan dia? Serius sekali mengepelnya, seperti bukan Jiyong saja.

“Dara, disitu masih kotor,” akhirnya dia bersuara juga.

“Ne. Lihat sudah kubersihkan,” kataku sambil membersihkan bagian yang dia maksud.

Dia diam sebentar,lalu berkata lagi, “apa kamu tidak capek?”. Aku hanya diam enggan menjawabnya.

“Dara, apa kamu tidak capek?,” katanya sambil menyodok- nyodok kakiku menggunakan kain pel.

“Ya!Jiyong! sepatuku bisa kotor,”bentakku. Tidak tahukah dia kalau sepatu ini kubeli di Prancis dengan harga yang tidak murah.

“Kotor ya? Kalau begitu akan kulakukan lagi,” katanya sambil menyodokkan kain pel ke kakiku lagi.

“Jiyong!”bentakku. Sebenarnya terbuat dari apa sih kepala orang ini?

Akhirnya dia menghentikan tindakan bodohnya itu dan melanjutkan mengepel. Setelah sekitar 2 jam lamanya kita membersihkan toilet ini, akhirnya selesai juga. Memang harus diperlukan kerja keras untuk membersihkan tempat terkutuk ini.

“seonsaengnim, kami sudah selesai,” kata Jiyong ketika kita sudah sampai di luar.

“Baiklah, kalian boleh pergi sekarang. Tapi kamu harus ingat Jiyong, ini untuk yang terakhir kalinya,” katanya.

“Ne, seonsaengnim,” balas Jiyong.

“Terima kasih seonsaengnim, kami pergi dulu,”kataku kepada dosen itu sambil berjalan pergi.

“Dara, kamu mau pulang?” Tanya Jiyong sambil mensejajarkan langkahnya kepadaku.

“Tidak. Aku mau ke kuburan,”jawabku seenaknya.

“Ya! Seharusnya kamu bicara baik- baik padaku. Aku bisa menyebarkan fotomu kapan saja,” katanya.

Aku berhenti sambil menatapnya heran. Aigooo.. bisa- bisanya dia membahas foto itu lagi.

“Baiklah, aku pulang dulu. Sampai jumpa besok,” katanya sambil berlalu pergi.

Hufftt.. besok? Tentu saja, besok, besoknya lagi dan besok besoknya lagi aku pasti akan terus bertemu dengan Kwon Jiyong. Menyebalkan.

——-

Entah kenapa aku tidak bersemangat kuliah hari ini. Bahkan dari tadi aku tidak mengerti dengan apa yang dosen terangkan di depan. Dan akhirnya jam kuliah selesai juga.

“Jiyong, tolong bawakan buku- buku ini ke ruang dosen. Saya akan mampir ke ruang dekan dulu,” kata dosen kepada Jiyong.

“Ne, seonsaengnim,” Jawab Jiyong.

“Dara, bawa ini ke ruang dosen,” kata Jiyong kepadaku setelah dosen pergi. Lagi lagi aku. Buku sebanyak itu harusnya cowok yang membawanya. Tapi kulakukan sajalah daripada harus mencari masalah lagi. Dengan susah payah aku membawanya ke ruang dosen.

“Butuh bantuan?,” Tanya seseorang kepadaku. Wooaa.. siapa dia? Manis sekali, sampai sampai aku tak berkedip melihatnya.

“Sini biar kubantu,” katanya sambil mengambil tumpukan buku dari tanganku. “mau di bawa kemana?,” tanyanya lagi.

“ke ruang dosen,” jawabku sambil tersenyum. Dia kemudian berjalan ke ruang dosen dan aku mengikutinya dari belakang.

“Sepertinya aku belum pernah melihatmu, kamu mahasiswa baru?” tanyanya setelah meletakkan buku- buku tadi di ruang dosen.

“Ne, aku baru pindah sekitar seminggu yang lalu,”jawabku.

“Jadi begitu. Kenalkan namaku Lee Donghae, mahasiswa tingkat tiga.” Katanya sambil mengulurkan tangan kepadaku.

“Aku Dara. Park Sandara,” kataku sambil membalas uluran tangannya.

“Kamu mahasiswa tingkat dua?,” tanyanya lagi.

“Ne, jadi apakah aku harus memanggilmu oppa?,” balasku.

“hehehe, terserah. Senyamannya kamu saja,” katanya sambil tersenyum. Aigoo.. senyumannya manis sekali. Dia memang pribadi yang benar- benar sempurna. Ganteng, manis, baik dan ramah pula. Sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan Jiyong. Kenapa aku harus memikirkan Jiyong kali ini?

“Kalau begitu aku pergi dulu Dara, sampai jumpa.” Katanya lalu pergi.

———–

Ini adalah hari minggu. Tentu saja aku tidak mau melewatkannya. Seharian tadi aku telah jalan- jalan sepuasnya dengan Bom. Sekarang sudah larut malam dan aku capek sekali. Kurasa aku akan tidur sekarang juga.

Trililit.. trililit. Kudengar hpku berbunyi, ada telepon masuk. Tumben malam- malam ada telepon masuk, siapa ya? Kulihat dan ternyata nomer tidak dikenal.

“Halo?,”kataku setelah mengangkatnya.

“Dara, bisakah kamu menjemputku sekarang?,” Tanya seseorang di telepon. Sepertinya suaranya tidak asing.

“Dara? Kamu mendengarkan aku? Aku Jiyong,” katanya lagi. Aiisshhtt.. ternyata Jiyong. Sampai malam- malam beginipun dia masih saja menggangguku.

“Ne. Kenapa aku harus menjemputmu? Aku males,” jawabku.

“Lakukan saja. Kamu tahu kan aku masih memiliki foto itu,” balasnya. Foto lagi, foto lagi. Kenapa dia terus menggunakan foto itu untuk mengancamku sih.

“Dara, ppali. Aku tidak bisa menyetir sekarang, aku sedang mabuk. Jadi cepat jemput aku di klub dekat kampus,” katanya lagi.

“Ne, tunggu disitu,” kataku terpaksa sambil menutup telepon. Ternyata dia sedang mabuk. Pantas saja suaranya tadi agak aneh. Tapi kenapa dia harus menyuruh aku yang menjemputnya? Katanya ayahnya sangat kaya, pasti dia memiliki supir pribadi kan. Dengan terpaksa aku pergi menjemputnya juga.

Aku telah sampai di klub yang Jiyong maksud, lalu aku masuk ke dalam. Disini sangat ramai dan aku mulai mencari- cari keberadaan Jiyong. Tempat macam apa ini? Tercium bau alcohol dan asap rokok disana sini. Banyak juga perempuan- perempuan yang sengaja memamerkan lekukan tubuhnya. Kurasa aku salah kostum sekarang. Aku hanya memakai pakaian rumah karena aku belum sempat ganti tadi. Sebenarnya dimana Jiyong? Dari tadi aku mencarinya dan belum menemukannya. Tiba- tiba ada dua orang laki- laki bertubuh besar berjalan mendekatiku. Mau apa mereka?

“Sepertinya ada yang tersesat disini,” kata salah satu dari mereka.

“Sepertinya dia santapan yang lezat,” kata yang satunya lagi sambil berjalan mendekat.

Tidaaakk!! Mau apa mereka? Jiyooonggg… tolong aku. Mereka terus berjalan mendekat dan mau tidak mau aku harus mundur.

“Gadis cantik, apa kamu sendirian disini?,” Tanyanya lagi dan aku tidak menjawab apa apa karena ketakutan.

“Kemarilah, mari kita bermain main malam ini,” kata yang satunya lagi sambil meraih tanganku.

“Tidak. Lepaskan aku,” bentakku. Aku ingin menangis sekarang.Jiyoongg… dimana kamu?

Bruuaakkhh… kulihat tiba- tiba ada seseorang memukul laki- laki yang sedang memegang tanganku tadi. Ah, ternyata itu Jiyong. Aku menghela nafas lega.

“Jangan setuh dia, dia pacarku,” katanya kepada kedua laki- laki tersebut sambil menarikku keluar. Apa dia bilang?  Pacarnya? Demi apapun juga aku lebih milih jadi perawan tua ketimbang jadi pacarnya.

“Masuklah, kita pulang sekarang,” katanya menyuruhku masuk ke mobil. Tapi aneh, wajahnya terlihat benar- benar sedang emosi. Apa dia benar benar marah melihat aku diperlakukan seperti tadi? Sadar, Dara. Tidak mungkin dia berpikiran seperti itu.

Di mobil dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Bahkan melirikku saja tidak. Tapi tunggu? Dia menyetir? Bukannya dia tadi bilang dia sedang mabuk dan tidak bisa menyetir? Aiisshhtt… dia mempermainkanku lagi kali ini. Dan kali ini kita telah sampai di depan apartemenku. Bahkan dia tahu dimana aku tinggal tanpa bertanya lebih dulu kepadaku. Apa selama ini dia memata- mataiku? Aisht.. itu tidak mungkin.

“Mianhe karena hampir membuatmu celaka tadi,” akhirnya dia mengatakan sesuatu. Apa? Dia meminta maaf? Sepertinya aku perlu mengabadikan momen ini.

“Ne, aku turun,” kataku kemudian.

“Karena aku sudah mengatakan kepada laki- laki brengsek tadi bahwa kamu adalah pacarku, maka mulai saat ini kamu adalah pacarku,” katanya lagi.

“Mworago?,” Aku tersentak kaget. Apa maksudnya bahwa aku adalah pacarnya sekarang?

To be continue…

Gimana dengan part ke-2 nya? Hehehe. Jangan lupa komennya ya… makasih ^^

<< Back Next >>

36 thoughts on “My Boy #2

  1. Seenak nya aja yaaa bilang pacar . aigoo jiyong orang paling pede seduniaaa ,hahaHa
    wahh ada bang hae nieh , asekkk pasti bakal bikin jiyong cemburu nieh , hahaha
    tapi aq ngerasa kok ini ngebut banget ya ,hihi

  2. Dara unnie mau nggak ya jadi pacarnya jiyong oppa? wahh ada musuh baru buat jiyong oppa nih, lee dong hae oppa. Yaahh jiyong oppa labil ihh katanya nyuruh dara unnie yang nyetir kok sekarang malah jiyong oppa sendiri yang nyetir?😆

  3. Hahaha
    Jiyong bilang aja mau nembak dara tapi pake cara yang agak unik
    Biar gak malu saat ditolak sama dara mengingat selama ini dia selalu ngerjain dara
    Akan susah nih,udah ada orang ketiga muncul

Leave a comment